Islamedia - Selama Ramadhan 'Israel' memang memberikan sedikit kemudahan bagi ribuan jamaah Muslim masuk al-Aqsha. Setelah berlalu, rentetan pengekangan dan pelanggaran terhadap masjid Al-Aqsha kembali digelar. Sebaliknya kemudahan diberikan kepada warga pemukim Yahudi untuk melakukan ritual dan peringatan hari besar di Al-Aqsha dengan penjagaan ketat dari pasukan 'Israel' dalam jumlah besar.
'Israel' ingin mengatakan, Palestina dan umat Islam punya waktu dan hari di Al-Aqsha dan kami juga punya waktu dan hari di tempat tersebut. Warga Palestina dan umat Islam sebagai pemilik hak dikurangi dan dibagi menjadi dua sebagai langkah awal untuk merampasnya secara keseluruhan. Persis seperti yang terjadi dengan tanah mereka dan tempat suci lainnya di sana yang dirampas secara perlahan dengan kekuatan militer. Sayang dunia Arab dan Islam yang besar ini hanya bisa diam.
Sejak dua pekan lalu, 'Israel' mulai melancarkan langkah-langkah nyata dan jelas membagi masjid Al-Aqsha menjadi dua baik penjadwalan waktu dan tempat-tempatnya. Secara penuh umat Islam dilarang masuk antara jam 7.30 hingga jam 11.00, kemudian dilarang lagi pada jam 1.30 hingga jam 2.00. Di jam-jam tersebut warga yahudi dibolehkan masuk dengan penjagaan ketat pasukan 'Israel'. ini langkah awal sebelum 'Israel' menguasai penuh atau dibagi dua seperti yang berlaku dengan masjid Ibrahimi di Hebron.
Pembagian waktu di Al-Aqsha bertujuan mengubah sebagian tempat shalat dan halaman masjid tersebut menjadi sinagog Yahudi yang digunakan oleh warga Yahudi menggelar ritual mereka. Apa yang dilakukan 'Israel' saat ini bagian dari langkah sekarang. Sementara di sisi lain, 'Israel' menyebarkan manipulasi opini dunia tentang Kuil termasuk membenarkan pembangunan “rumah mutiara Yahudi” di Al-Quds dekat Al-Aqsha.
Pembangunan sinagog “rumah mutiara Yahudi” dengan anggaran sangat besar dan luas untuk mewujudkan sejumlah strategis; menampung 20 juta pengunjung dari seluruh dunia setiap tahunnya, mereka akan menerima penjelasan dengan kuil mitos mereka. Nantinya sinagog besar ini salah satunya sisinya berdempetan dengan masjid Al-Aqsha di dinding Al Barraq yang mereka sebut sebagai tembok ratapan yang kini sudah dikuasai penuh 'Israel'. Tempat itu akan menjadi titik tolak penguasaan ke Al-Aqsha.
Jika kita membandingkan usaha dan mobilisasi 'Israel' menguasai Al-Aqsha dengan upaya yang dilakukan bangsa Palestina dan umat Islam untuk mengokohkan tempat suci ini maka sangat berbanding tak berimbang. Upaya bangsa Palestina menjaga Al-Aqsha kurang mendapatkan sambutan dan dukungan. Sementara proyek pembangunan “rumah mutiara yahudi” didukung penuh dan dikendalikan langsung oleh elit 'Israel' terutama PM Netanyahu. [Ridhwan Al-Ahras]