Islamedia - Universitas Birmingham telah setuju untuk mengirimkan naskah mushaf Al-Qur'an temuannya ke lembaga Pusat Penelitian untuk Sejarah, Kesenian, dan Kebudayaan Islam (IRCICA) di Istanbul, untuk diperiksa lebih lanjut, demikian laporan Makkah Daily mengutip pernyataan Direktur Jenderal IRCICA, Halit Eren.
Pihak Universitas sendiri telah mengumumkan keberadaan manuskrip itu pada Juli lalu. Menurut keterangan versi Universitas, manuskrip itu bertitimangsa mendekati masa hidup Nabi Muhammad SAW membuatnya menjadi salah satu yang tertua di dunia.
"IRCICA akan secara hati-hati mempelajari manuskrip tersebut dengan menggunakan referensi dari manuskrip-manuskrip dan kitab-kitab yang tersedia dari berbagai variasi penulisan untuk mengkonfirmasi tanggal salinan Birmingham," ujar Eren.
Eren mengatakan bahwa analisis radiokarbon yang dilakukan pihak universitas tidak selalu memberikan waktu pasti dan bisa lebih atau kurang 10 tahun.
Ia juga memperingatkan manuver intrik para orientalis yang berulah menebarkan keraguan terhadap keaslian kitab suci Al-Qur'an yang sekarang beredar dan dipakai muslim di seluruh dunia.
"Sejumlah orientalis berusaha untuk mencari-cari perbedaan antara salinan mushaf dari khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kita tidak temukan perbedaan mendasar antara kedua mushaf tersebut, dan sejumlah perbedaan di sana sini tidak mengubah makna," tambahnya.
Direktur IRCICA meyakini bahwa sejauh ini kitab suci Al-Quran tertua ada di Turki, Tashkent, dan Mesir, selain di Yaman.
"Kalau gejolak di Yaman kini sudah selesai, kami akan menguji salinan kitab suci Al-Qur'an di sana yang bisa jadi merupakan yang tertua di dunia," kata Eren. (iina/ismed)
Pihak Universitas sendiri telah mengumumkan keberadaan manuskrip itu pada Juli lalu. Menurut keterangan versi Universitas, manuskrip itu bertitimangsa mendekati masa hidup Nabi Muhammad SAW membuatnya menjadi salah satu yang tertua di dunia.
"IRCICA akan secara hati-hati mempelajari manuskrip tersebut dengan menggunakan referensi dari manuskrip-manuskrip dan kitab-kitab yang tersedia dari berbagai variasi penulisan untuk mengkonfirmasi tanggal salinan Birmingham," ujar Eren.
Eren mengatakan bahwa analisis radiokarbon yang dilakukan pihak universitas tidak selalu memberikan waktu pasti dan bisa lebih atau kurang 10 tahun.
Ia juga memperingatkan manuver intrik para orientalis yang berulah menebarkan keraguan terhadap keaslian kitab suci Al-Qur'an yang sekarang beredar dan dipakai muslim di seluruh dunia.
"Sejumlah orientalis berusaha untuk mencari-cari perbedaan antara salinan mushaf dari khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kita tidak temukan perbedaan mendasar antara kedua mushaf tersebut, dan sejumlah perbedaan di sana sini tidak mengubah makna," tambahnya.
Direktur IRCICA meyakini bahwa sejauh ini kitab suci Al-Quran tertua ada di Turki, Tashkent, dan Mesir, selain di Yaman.
"Kalau gejolak di Yaman kini sudah selesai, kami akan menguji salinan kitab suci Al-Qur'an di sana yang bisa jadi merupakan yang tertua di dunia," kata Eren. (iina/ismed)