Islamedia - Sebagian besar yang terkena kelaparan tersebut tinggal di bagian utara negeri itu, yang terguncang oleh konflik bersenjata.
Lebih dari tiga juta warga Mali menderita kekurangan pangan sebagai akibat krisis politik dan keamanan di bagian utara negeri itu, demikian dikemukakan PBB pada Rabu (19/8/2015) pekan lalu pada peringatan Hari Kemanusiaan Dunia.
Mbaranga Gasarabwe, koordinator aksi kemanusiaan PBB di Mali, menyatakan bahwa "lebih dari 715.000 anak-anak terkena resiko malnutrisi akut" di tingkat nasional.
Mali merupakan negara Sahelian dengan kondisi keamanan pangan yang terus terancam sepanjang waktu dikarenakan jarang dan kurangnya hujan. Lebih khusus lagi bagian utara Mali terdera resikonya lebih parah.
"Sebagian besar dari tiga juta orang yang terancam kekurangan pangan itu tinggal di utara," kata Moussa Ouattara, seorang penasehat pemerintah Mali. "Selain karena berupa daerah gurun, di sana juga ada konflik bersenjata yang memperlemah ekonomi masyarakat dan membawa mereka kepada kelaparan."
Pada tahun 2012, kekerasan meledak menyusul gagalnya upaya kudeta dan pemberontakan Tuareg yang membuka pintu bagi militan jejaring Al-Qaeda mengambi alih bagian utara negara itu.
Pada awal 2013, bekas pasukan kolonial Perancis mengirimkan pasukan mereka ke negara Afrika itu, dan dengan bantuan Chad serta pasukan negara Afrika lainnya, berhasil mengatasi militan di kota-kota utama Mali di bagian utara tersebut.
Namun, beberapa bulan belakangan, serangan-serangan terus berlangsung terhadap penjaga perdamaian dari PBB dan personel tentara Mali.
Pada Selasa (18/8/2015), pasukan penjaga perdamaian PBB di Mali membangun zona aman, dengan radius 20 km di sekitar kota Kidal, untuk melindungi warga setempat.
Langkah tersebut diambil setelah pertempuran pecah antara milisi pro-pemerintah melawan kelompok pemberontak Tuareg, hingga menyebabkan belasan orang tewas. (aacomtr/ismed)
Lebih dari tiga juta warga Mali menderita kekurangan pangan sebagai akibat krisis politik dan keamanan di bagian utara negeri itu, demikian dikemukakan PBB pada Rabu (19/8/2015) pekan lalu pada peringatan Hari Kemanusiaan Dunia.
Mbaranga Gasarabwe, koordinator aksi kemanusiaan PBB di Mali, menyatakan bahwa "lebih dari 715.000 anak-anak terkena resiko malnutrisi akut" di tingkat nasional.
Mali merupakan negara Sahelian dengan kondisi keamanan pangan yang terus terancam sepanjang waktu dikarenakan jarang dan kurangnya hujan. Lebih khusus lagi bagian utara Mali terdera resikonya lebih parah.
"Sebagian besar dari tiga juta orang yang terancam kekurangan pangan itu tinggal di utara," kata Moussa Ouattara, seorang penasehat pemerintah Mali. "Selain karena berupa daerah gurun, di sana juga ada konflik bersenjata yang memperlemah ekonomi masyarakat dan membawa mereka kepada kelaparan."
Pada tahun 2012, kekerasan meledak menyusul gagalnya upaya kudeta dan pemberontakan Tuareg yang membuka pintu bagi militan jejaring Al-Qaeda mengambi alih bagian utara negara itu.
Pada awal 2013, bekas pasukan kolonial Perancis mengirimkan pasukan mereka ke negara Afrika itu, dan dengan bantuan Chad serta pasukan negara Afrika lainnya, berhasil mengatasi militan di kota-kota utama Mali di bagian utara tersebut.
Namun, beberapa bulan belakangan, serangan-serangan terus berlangsung terhadap penjaga perdamaian dari PBB dan personel tentara Mali.
Pada Selasa (18/8/2015), pasukan penjaga perdamaian PBB di Mali membangun zona aman, dengan radius 20 km di sekitar kota Kidal, untuk melindungi warga setempat.
Langkah tersebut diambil setelah pertempuran pecah antara milisi pro-pemerintah melawan kelompok pemberontak Tuareg, hingga menyebabkan belasan orang tewas. (aacomtr/ismed)