Aspek-aspek Pribadi Bertakwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan shaum (puasa) selama satu bulan di bulan Ramadhan, menghendaki maksud tertentu, yakni agar orang beriman yang melaksanakan kewajiban shaum tersebut, menjadi orang-orang bertakwa.
Karenanya, berbagai aktivitas Ramadhan, mengarahkan kepada pembentukan manusia yang memiliki kualifikasi kemampuan mengemban misi peradaban ilahiah, manusia yang berkepribadian utuh dalam aspek ruhiah, akliah dan jasadiah.
Dari aspek ruhiah, kita dapati berbagai aktivitas Ramadhan yang membimbing seorang mukmin memelihara dan meningkatkan ruhiahnya. Sebut saja sholat taraweh atau qiyamullail (shalat malam), tilawah Al-Quran, I’tikaf dan sebagainya.
Dalam memenuhi kebutuhan akliah, setiap mukmin dapat merasakan nikmat mendengarkan kuliah shubuh, baik itu melalui berbagai media massa atau di masjid-masjid. Ia pun dapat menghadiri kuliah dzuhur atau ceramah taraweh. Semuanya dilakukan dalam rangka menambah wawasan keislamannya, agar ia dapat melaksanakan ibadah kepada Allah dengan dasar ilmu, bukan sekadar taklid buta.
Demikian pula arahan-arahan yang berorientasi jasadiah, antara lain: arahan untuk menikmati keberkahan makan sahur, Rasulullah bersabda:
عَنْأَنَسَبْنَمَالِكٍيَقُولُ: قَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ:« تَسَحَّرُوافَإِنَّفِىالسَّحُورِبَرَكَةً(رَوَاهُالْبُخَارِىُّ)
”Lakukanlah makan sahur, karena padanya terdapat keberkahan” (HR. Bukhari)
Menyegerakan ifthar (berbuka puasa) dengan makan yang halal, sehat dan bergizi. Demikianlah Islam memberi arahan agar tidak berlebihan dalam menkonsumsi makanan dan minuman, sebagaimana firman Allah Swt:
وَڪُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُ ۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ. الأعراف: ٣١
”Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan israf ‘berlebihan’. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al ’Araaf: 31)
Jika makna “manusia beradab” adalah ia yang memiliki moralitas agama yang mulia, dalam bulan Ramadhan setiap mukmin ditempa untuk menjadi manusia seperti itu. Karena dalam bulan Ramadhan-lah ia dilatih untuk memelihara lisan, bersikap, dan berprilaku moralis, serta mengendalikan hawa nafsunya. Bersambung ...
Sumber: Ikadi.or.id
Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan shaum (puasa) selama satu bulan di bulan Ramadhan, menghendaki maksud tertentu, yakni agar orang beriman yang melaksanakan kewajiban shaum tersebut, menjadi orang-orang bertakwa.
Karenanya, berbagai aktivitas Ramadhan, mengarahkan kepada pembentukan manusia yang memiliki kualifikasi kemampuan mengemban misi peradaban ilahiah, manusia yang berkepribadian utuh dalam aspek ruhiah, akliah dan jasadiah.
Dari aspek ruhiah, kita dapati berbagai aktivitas Ramadhan yang membimbing seorang mukmin memelihara dan meningkatkan ruhiahnya. Sebut saja sholat taraweh atau qiyamullail (shalat malam), tilawah Al-Quran, I’tikaf dan sebagainya.
Dalam memenuhi kebutuhan akliah, setiap mukmin dapat merasakan nikmat mendengarkan kuliah shubuh, baik itu melalui berbagai media massa atau di masjid-masjid. Ia pun dapat menghadiri kuliah dzuhur atau ceramah taraweh. Semuanya dilakukan dalam rangka menambah wawasan keislamannya, agar ia dapat melaksanakan ibadah kepada Allah dengan dasar ilmu, bukan sekadar taklid buta.
Demikian pula arahan-arahan yang berorientasi jasadiah, antara lain: arahan untuk menikmati keberkahan makan sahur, Rasulullah bersabda:
عَنْأَنَسَبْنَمَالِكٍيَقُولُ: قَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ:« تَسَحَّرُوافَإِنَّفِىالسَّحُورِبَرَكَةً(رَوَاهُالْبُخَارِىُّ)
”Lakukanlah makan sahur, karena padanya terdapat keberkahan” (HR. Bukhari)
Menyegerakan ifthar (berbuka puasa) dengan makan yang halal, sehat dan bergizi. Demikianlah Islam memberi arahan agar tidak berlebihan dalam menkonsumsi makanan dan minuman, sebagaimana firman Allah Swt:
وَڪُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُ ۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ. الأعراف: ٣١
”Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan israf ‘berlebihan’. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al ’Araaf: 31)
Jika makna “manusia beradab” adalah ia yang memiliki moralitas agama yang mulia, dalam bulan Ramadhan setiap mukmin ditempa untuk menjadi manusia seperti itu. Karena dalam bulan Ramadhan-lah ia dilatih untuk memelihara lisan, bersikap, dan berprilaku moralis, serta mengendalikan hawa nafsunya. Bersambung ...
Sumber: Ikadi.or.id