Islamedia - Saudaraku, hari ini Selasa (7/7), bertepatan hari ke-20 Ramadhan. Malam ini adalah malam ke-21 Ramadhan. Kita telah memasuki babak ke-3, 10 hari terakhir Ramadhan. Babak puncak, babak pamungkas, babak penentuan.
Sepuluh hari terakhir Ramadhan, bak puncak sebuah gunung. Di mata para pendaki gunung sejati, mendaki puncak gunung adalah segalanya. Sebuah aib besar bila mereka hanya berhenti di tengah-tengah gunung. Badai dan angin kencang serta dinginnya udara gunung yang menusuk-nusuk kulit, belum lagi ditambah dengan berbagai risiko tinggi yang membaluti gunung, ternyata tidak menjadi penghalang bagi para pendaki sejati untuk menaiki puncak sebuah gunung.
Mengapa? Bukan sekadar ingin mengejar kepuasan pribadi. Bukan pula sekadar ingin menampilkan kehebatan diri. Lebih dalam dari itu, dari puncak sebuah gunung, mereka, para pendaki sejati dapat mengagumi keindahan alam ciptaan Sang Maha Kuasa. Dari puncak sebuah gunung pula, mereka mengakui kehebatan penciptanya. Dari atas puncak gunung, saat mata ini memandang jauh ke bawa, memandang ke sampingnya, tak sekadar indah dan mempesona juga semakin membuat para pendaki mengakui akan kelemahan dan kekecilannya.
Sepuluh hari terakhir adalah puncak dari Ramadhan. Di sepuluh hari inilah segala pahala berlipat-lipat Dia sediakan bagi para pemburu Ramadhan. Tak sekadar pahala yang berlipat-lipat, segala rahmat, berkah, ampunan plus bonus Lailatul Qadar, Ilahi Rabbi sediakan untuk mereka, para pencari keberkahan Ramadhan. Di puncak ibadah Ramadhan, sepuluh hari terakhir ini Allah SWT benar-benar mengobral pahala bagi hamba-Nya yang shaleh dan shalehah.
Sayangnya, di puncak akhir Ramadhan ini, saat Ilahi Rabbi mengobral pahala-Nya, ibadah kebanyakan dari kita umat Islam justru melemah, letoy. Bukannya mengencangkan ikat pinggang, bersemangat memburu pahala di 10 hari terakhir mendatangi masjid-masjid dan mushalla, kita malah berlomba-lomba mendatangi mall dan pusat perbelanjaan di sekitar rumah kita.
Kebanyakan dari kita bukannya lebih mendekatkan diri ke akhirat dengan memperbanyak shalat, zikir, tilawah dan tadarus Qur’an, bershalawat, bertaqarub kepada-Nya, sebaliknya malah mendekatkan diri ke dunia, bersungguh-sungguh mengejar keperluan dunia dan menjauhi kepentingan akhirat.
Tengok saja, di masjid-masjid dan mushalla kita, kaum Muslimin yang memburu pahala Allah semakin “maju”. Jumlah shaf di masjid-masjid dan mushalla kita semakin “maju” ke depan. Bila di awal-awal Ramadhan masjid sesak karena dipenuhi jamaah, namun memasuki puncak Ramadhan, 10 hari terakhir Ramadhan, masjid-masjid kita terlihat lenggang.
Fenomena berkebalikan terlihat di mall dan pasar-pasar, baik pasar modern dan tradisional. Di sepuluh hari terakhir Ramadhan, pengunjung mall dan pasar semakin membludak. Bahkan, mall dan pasar sesak dikunjungi oleh pemburunya yang mayoritas tentunya umat Islam. Naudzubillahi min dzalik.
Padahal, bila memasuki 10 hari terakhir, puncak Ramadhan, Nabi Muhammad saw mengencangkan tali pinggangnya (tidak menggauli istrinya). Beliau beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Bahkan, pada tahun terakhir dari umur beliau, Rasulullah saw beri’tikaf selama dua puluh hari.
Apa yang dilakukan Rasulullah juga diikuti oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, orang-orang shaleh terdahulu. Sejak awal Ramadhan, mereka giat memburu pahala. Dan ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, mereka tambah porsi ibadah kepada Allah SWT. Mereka bertakaruf, mendekatkan diri kepada Allah dengan beritikaf penuh selama sepuluh hari Ramadhan.
Selama Itikaf itulah mereka menjalani berbagai macam ibadah. Memperbanyak berdoa, tilawah dan tadarus al-Qur’an, berdzikir, shalat, dan ibadah-ibadah lainnya. I’tikaf lebih ditekankan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, karena pada saat-saat itulah terdapat malam Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sebagaimana sabda Nabi saw, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR Bukhari No 2020 dan Muslim No 1169).
Tidak ada ibadah yang sulit, tak terkecuali Itikaf bila kita mau mengusahakannya. Dengan niat ikhlas, mengharap ridha Ilahi Rabbi, kesungguhan diri, insya Allah, Dia akan memudahkan jalan kita meraih takwa-Nya.
Selamat beritikaf, memburu pahala yang diobral Ilahi Rabbi di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Ya Rabb, luruskan niat kami menjalani ibadah Itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan ini. Mudahkan jalan kami sehingga mampu mendapatkan pahala Lailatul Qadar.
Rivai Hutapea