Islamedia - Peraih Hadiah Nobel dan aktivis pendidikan Malala Yousafzai (17 th), pada Senin (8/6) kemarin, mendesak para pemimpin dunia untuk menghentikan penindasan terhadap minoritas muslim Rohingya di Burma.
"Aku berdiri di pihak Rohingya, dan aku mendorong siapapun di manapun untuk bersikap serupa," kata Malala seperti dilansir surat kabar Fajar Pakistan yang memuat rilis dari lembaga Malala Fund.
"Aku menyeru kepada para pemimpin Burma dan dunia, agar mengambil tindakan segera demi menghentikan penindasan tak berperikemanusiaan terhadap rakyat minoritas muslim Rohingya Burma," tandas Malala.
Setelah rakyat Rohingya dicabut kewarganegaraannya, penindasan terhadap mereka kian ganas. Dalam beberapa tahun belakangan, khususnya sejak tahun 2012, rakyat Rohingya telah mengalami berbagai bentuk penindasan yang levelnya kian parah.
Dalam empatinya atas derita muslim Rohingya, Malala menekankan mengenai hak muslim Rohingya untuk memperoleh kewarganegaraan di negeri kelahiran mereka sendiri, dengan menyatakan bahwa mereka berhak atas kesetaraan hak dan kesempatan.
"Rakyat Rohingya berhak memeroleh kewarganegaraan di tanah tumpah darah mereka sendiri, tempat mereka hidup dari generasi ke generasi. Mereka berhak atas kesetaraan hak dan kesempatan," papar Malala dalam pernyataannya.
Pada Agustus 2013, Malala memenangkan Hadiah Perdamaian Anak-anak Internasional bagi pengabdiannya dalam mempromosikan pendidikan. Ia kini tinggal dan bersekolah di Birmingham, Inggris. (ismed/iina)
"Aku berdiri di pihak Rohingya, dan aku mendorong siapapun di manapun untuk bersikap serupa," kata Malala seperti dilansir surat kabar Fajar Pakistan yang memuat rilis dari lembaga Malala Fund.
"Aku menyeru kepada para pemimpin Burma dan dunia, agar mengambil tindakan segera demi menghentikan penindasan tak berperikemanusiaan terhadap rakyat minoritas muslim Rohingya Burma," tandas Malala.
Setelah rakyat Rohingya dicabut kewarganegaraannya, penindasan terhadap mereka kian ganas. Dalam beberapa tahun belakangan, khususnya sejak tahun 2012, rakyat Rohingya telah mengalami berbagai bentuk penindasan yang levelnya kian parah.
Dalam empatinya atas derita muslim Rohingya, Malala menekankan mengenai hak muslim Rohingya untuk memperoleh kewarganegaraan di negeri kelahiran mereka sendiri, dengan menyatakan bahwa mereka berhak atas kesetaraan hak dan kesempatan.
"Rakyat Rohingya berhak memeroleh kewarganegaraan di tanah tumpah darah mereka sendiri, tempat mereka hidup dari generasi ke generasi. Mereka berhak atas kesetaraan hak dan kesempatan," papar Malala dalam pernyataannya.
Pada Agustus 2013, Malala memenangkan Hadiah Perdamaian Anak-anak Internasional bagi pengabdiannya dalam mempromosikan pendidikan. Ia kini tinggal dan bersekolah di Birmingham, Inggris. (ismed/iina)