Islamedia - Sebuah lembaga HAM Palestina menegaskan, perlintasan darat Rafah yang menghubungkan antara Mesir dan Jalur Gaza ditutup secara total sejak tujuh bulan lalu sehingga situasi krisis warga di sana semakin parah.
Lembaga Kemanusiaan, Demokrasi dan HAM dalam keterangannya hari ini Sabtu (23/5) menyatakan, di tengah berlanjutnya blokade ketat dimana semua pintu perlintasan, gerbang keluar masuk milik bersama antara Gaza dan dunia luar ditutup selama sembilan tahun berturut-turut, kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin buruk pasca agresi Israel terakhir tahun lalu.
Meski berkali-kali masyarakat internasional dan dunia Arab berjanji akan membuka dan sejumlah tuntutan untuk membuka perlintasan dan segera dilakukan rekontruksi di Jalur Gaza, namun hal itu tidak berarti banyak.
Sejak 24 Oktober tahun lalu, pemerintah Mesir yang kini dikuasai rezim kudeta menutup perlintasan Rafah hingga akhir tahun lalu selama 63 hari. Kemudian di awal tahun 2015, pemerintah Mesir meneruskan penutupan Rafah hingga 136 hari. Sehingga total telah ditutup selama 7 bulan. Ini yang membuat kondisi kemanusiaan semakin buruk. Warga yang memegang surat rujukan kesehatan keluar dalam kondisi memperihatikan. Bahkan sebagian mereka harus menemui ajalnya. Para pelajar Palestina atau pegawai pemilik visa luar negeri juga tidak bisa melanjutkan studi atau kerja mereka di luar.
Pusat HAM ini mengecam sikap dunia internasional dan dunia Arab yang hanya mengeluarkan janji-janji saja untuk meringankan blokade dan menekan Israel membuka blokade namun tidak ada bukti nyata.
Dalam beberapa saat lalu, Mesir membuka perlintasan hanya beberapa hari dan sebagian kecil saja memberikan ruang kepada warga untuk keluar terutama dalam kasus kemanusiaan.[infopalestine/islamedia/YL]
Lembaga Kemanusiaan, Demokrasi dan HAM dalam keterangannya hari ini Sabtu (23/5) menyatakan, di tengah berlanjutnya blokade ketat dimana semua pintu perlintasan, gerbang keluar masuk milik bersama antara Gaza dan dunia luar ditutup selama sembilan tahun berturut-turut, kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin buruk pasca agresi Israel terakhir tahun lalu.
Meski berkali-kali masyarakat internasional dan dunia Arab berjanji akan membuka dan sejumlah tuntutan untuk membuka perlintasan dan segera dilakukan rekontruksi di Jalur Gaza, namun hal itu tidak berarti banyak.
Sejak 24 Oktober tahun lalu, pemerintah Mesir yang kini dikuasai rezim kudeta menutup perlintasan Rafah hingga akhir tahun lalu selama 63 hari. Kemudian di awal tahun 2015, pemerintah Mesir meneruskan penutupan Rafah hingga 136 hari. Sehingga total telah ditutup selama 7 bulan. Ini yang membuat kondisi kemanusiaan semakin buruk. Warga yang memegang surat rujukan kesehatan keluar dalam kondisi memperihatikan. Bahkan sebagian mereka harus menemui ajalnya. Para pelajar Palestina atau pegawai pemilik visa luar negeri juga tidak bisa melanjutkan studi atau kerja mereka di luar.
Pusat HAM ini mengecam sikap dunia internasional dan dunia Arab yang hanya mengeluarkan janji-janji saja untuk meringankan blokade dan menekan Israel membuka blokade namun tidak ada bukti nyata.
Dalam beberapa saat lalu, Mesir membuka perlintasan hanya beberapa hari dan sebagian kecil saja memberikan ruang kepada warga untuk keluar terutama dalam kasus kemanusiaan.[infopalestine/islamedia/YL]