
Hal yang cukup menarik perhatian saya, dari diskusi singkat tersebut adalah keinginan dari SETARA INSTITUT agar Kemendikbud mengevaluasi kegiatan sekolah yang dinamakan ROHIS. Karena menurut Bonar, ROHIS inilah yang ia pandang sebagai tempat persemaian bibit-bibit radikalisme dan fundamentalisme di Indonesia.
Hmmm, sebagai pribadi yg pernah ikut kegiatan ROHIS di SMA, saya fikir pandangan Bonar ini nampaknya terlalu mengeneralisir. Secara pribadi saya banyak mendapatkan pendidikan yang baik dan positif dari ROHIS. Salah satunya adalah; bagaimana menjadi Muslim yang baik yang mencintai Allah dan RasulNya juga menjadi Muslim yang baik yang mencintai sesamanya serta banga negaranya.
Mudah-mudahan saja Kemendikbud tidak serta merta melakukan pengawasan melekat pada ROHIS, apalagi bila sampai membekukannya. Karena saya tahu persis, ROHIS ini adalah organisasi yang memiliki banyak kegiatan positif bagi pembentukan kepribadian anak muda indonesia yang beriman, bertaqwa dan tetap mencintai Indonesia.
#Tambahan
Data yang berbeda ternyata disampaikan oleh Bonar di salah satu media nasional yang lainnya yakni Tempo, beberapa saat yang lalu ia menyampaikan data yakni hanya 7 % pelajar yg sepakat dgn gerakan ISIS sebagaimana yg terlampir di tempo.co . Secara pribadi saya tdk tahu data mana yg shahih. Namun demikian apapun hasil riset yg dilakukan Setara Institut ini tidak boleh dijadikan argumentasi bagi pemerintah untuk meredupkan dakwah islam di bumi nusantara tercinta ini.
Tatan Ahmad Santana