Islamedia - Allah SWT kadang memberikan
begitu banyak kenikmatan yang sering melenakan semua orang, sehingga ucapan
syukur pun sering sekali lupa untuk diucapkan sebagai bentuk terima kasih kita
kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT juga sering menumpakan kita dengan begitu
banyak cobaan, sehingga ibadah yang porsinya ditambahpun kadang tidak
meringankan beban cobaan yang sedang Allah SWT berikan.
Sering
juga kita menilai semua kejadian adalah kebetulan, dan sebenarnya kita tahu
bahwa di dunia ini tidak ada yang bersifat kebetulan, semua sudah dalam
skenario Allah SWT. Ketika kita bisa keluar dari satu cobaan, kadang diri ini
tidak sabar untuk memuji dirinya yang sudah keluar dari satu kesulitan, tapi di
lupa untuk mendahulukan berterima kasih kepada Allah SWT, yang sebenarnya sudah
membuat skenario untuk menghilangkan satu cobaan kepada kita.
Saya
berpendapat, implementasi adalah hal sangat sulit dari sekedar menuntut ilmu,
karena implementasi tidak cuma bicara, membaca dan mendengar, tapi implementasi
adalah bertindak, berbuat, dan semuanya pasti memiliki kensekuensi. Ambil
contoh ketika muka kita di pukul seseorang dengan ujug – ujug, maka berdasar
ilmu yang sering kita dapatkan adalah sikap kita harus bersabar. Selesai urusan
!.
Namun
kenapa kita cenderung emosi, bertindak lebih anarkis dari sebelumnya, itu
karena kita jarang melakukan latihan/implementasi/terjun dalam kenyataan. Sekaliber
apapun gelar aktivis semasa berada di kampus, gelar itu pun tidak cukup untuk
mengarungi realitas kehidupan. Ideal
dalam tataran teori itu mudah. Tapi setelah masuk kedunia nyata ternyata ideal
adalah sesuatu yang menurut Aid Al Qarni harus dijauhkan, karena berdasarkan
analisa yang saya lihat, idealisme dalam realita akan menyulitkan diri kita
sendiri, dan hal ini amat bertentangan dengan risalah Islam yang dibawa oleh
Rasulullah SAW, yang telah membawa Islam dengan ungkapan : Permudah jangan di
Persulit !
Balik lagi kepada
kenikmatan dan kesengsaraan dalam hidup. Saya berpendapat semua itu adalah kesenangan. Dan saya tidak asal berbicara,
karena begitupun dengan ungkapan yang sering kita dengar pula, bahwa seorang
muslim adalah sosok yang luar bisa indah, ketika ditimpa musibah di bersabar,
ketika diberi kenikmatan di bersyukur, dan keduanya adalah perkara yang baik.
Kesimpulan dari tulisan
singkat ini adalah, mari kita coba memaknai semua kejadian dengan lapang dada, dan bahagia. Hal ini penting karena akan menimbulkan keoptimisan. Menurut
salah satu tokoh entrepenuer kota bandung, Adri Maadsa, bahwa rasa optimis akan
mempengaruhi alam bawah sadar kita, sehingga kita bisa terus bergerak maju
walupun sedetik sebelumnya kita telah terjatuh, walaupun sehari sebelumnya kita
telah ditimpa musibah,walaupun berjuta kali kita dihimpit kesengsaraan, maka keoptimisan yang timbul dari sikap tegar menghadapi segala kejadian akan membuat
kita bertahan.
1000 kali gagal bukanlah
masalah besar, yang menjadi masalah ada, berapa kuatkah kita bangkit setelah
gagal 1000 kali, mampukah kita bangun untuk mencoba untuk menyongsong kegagalan
yang 1001, 1002, 1003, dst hingga syahid menembus dada. Allah Akbar !.
Abu Tsabit