Islamedia.co - Salah satu yang sering bikin penasaran orang, apakah dengan arsitektur terbuka, Masjidil Haram terasa panas menyengat bagi para jamaahnya. Dengan proyek terbaru berikut ini, Masjidil Haram dipastikan bakal kian teduh dan sejuk lagi.
Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Abdullah, telah menyetujui proyek pemasangan 300 payung raksasa di halaman Masjidil Haram Mekkah, serupa dengan yang sudah ada di Masjid Nabawi Madinah. Demikian dilaporkan kantor berita IINA Desember (2014) lalu.
Gubernur Mekkah, Pangeran Mishaal bin Abdullah menyatakan terima kasihnya atas sikap pihak kerajaan tersebut. Ia menyampaikan, dengan pemasangan payung itu, dapat mengurangi kesulitan yang dialami para jamaah dalam melaksanakan ibadah di halaman masjid di bawah teriknya sinar matahari.
"Kami telah memutuskan untuk memasang lebih dari 300 payung di halaman sekitar Masjidil Haram termasuk di area yang baru saja diperluas," kata Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais, kepala lembaga kepresidenan untuk Dua Masjid Suci.
Ia mengatakan payung-payung tersebut akan menutupi sekira 275.000 hektar ruang terbuka di sekeliling masjid. Masjid Nabawi di Madinah telah lebih dulu memiliki sekitar 250 payung raksasa demi kenyamanan para jamaah.
Serupa kuncup mekar bunga, payung-payung itu sudah diprogram untuk melipat dan membuka secara berurutan, selang beberapa menit, untuk menghindari gesekan antar payung. Operasi buka tutup payung yang nyaris tak terdengar itu, sudah secara otomatis disesuaikan dengan perubahan suhu harian. Payung-payung membuka pada setiap pagi, sebagai atap tembus cahaya, dan kembali menutup setiap malamnya, dalam waktu kurang dari tiga menit.
Pada saat musim panas, payung yang terbuka menyediakan perlindungan dari sinar matahari dan menangkal balik sebagian besar energi radiasi matahari. Ketika ditutup saat malam tiba, payung-payung itu memungkinkan sisa panas yang terserap lantai dan tembok, untuk kembali ke atmosfir.
Proses tersebut berkebalikan saat musim dingin. Ketika suhu relatif rendah, payung-payung itu menutup sepanjang hari agar memungkinkan matahari musim dingin membagikan hangatnya. Payung baru membuka pada malam hari, untuk memerangkap panas yang sudah terserap sebelumnya agar tetap di bawah.
Masjidil Haram sendiri sudah dilengkapi pendingin udara. Dengan diturunkannya suhu di halaman sekitar masjid, maka berarti mengurangi kebutuhan pendingin udara di bagian dalam. Penyediaan payung sesuai dengan keperluan tadi, tambah lagi kian memberi kenyamanan bagi para jamaah umrah, haji dan shalat. (iina)
Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Abdullah, telah menyetujui proyek pemasangan 300 payung raksasa di halaman Masjidil Haram Mekkah, serupa dengan yang sudah ada di Masjid Nabawi Madinah. Demikian dilaporkan kantor berita IINA Desember (2014) lalu.
Gubernur Mekkah, Pangeran Mishaal bin Abdullah menyatakan terima kasihnya atas sikap pihak kerajaan tersebut. Ia menyampaikan, dengan pemasangan payung itu, dapat mengurangi kesulitan yang dialami para jamaah dalam melaksanakan ibadah di halaman masjid di bawah teriknya sinar matahari.
"Kami telah memutuskan untuk memasang lebih dari 300 payung di halaman sekitar Masjidil Haram termasuk di area yang baru saja diperluas," kata Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais, kepala lembaga kepresidenan untuk Dua Masjid Suci.
Ia mengatakan payung-payung tersebut akan menutupi sekira 275.000 hektar ruang terbuka di sekeliling masjid. Masjid Nabawi di Madinah telah lebih dulu memiliki sekitar 250 payung raksasa demi kenyamanan para jamaah.
Serupa kuncup mekar bunga, payung-payung itu sudah diprogram untuk melipat dan membuka secara berurutan, selang beberapa menit, untuk menghindari gesekan antar payung. Operasi buka tutup payung yang nyaris tak terdengar itu, sudah secara otomatis disesuaikan dengan perubahan suhu harian. Payung-payung membuka pada setiap pagi, sebagai atap tembus cahaya, dan kembali menutup setiap malamnya, dalam waktu kurang dari tiga menit.
Pada saat musim panas, payung yang terbuka menyediakan perlindungan dari sinar matahari dan menangkal balik sebagian besar energi radiasi matahari. Ketika ditutup saat malam tiba, payung-payung itu memungkinkan sisa panas yang terserap lantai dan tembok, untuk kembali ke atmosfir.
Proses tersebut berkebalikan saat musim dingin. Ketika suhu relatif rendah, payung-payung itu menutup sepanjang hari agar memungkinkan matahari musim dingin membagikan hangatnya. Payung baru membuka pada malam hari, untuk memerangkap panas yang sudah terserap sebelumnya agar tetap di bawah.
Masjidil Haram sendiri sudah dilengkapi pendingin udara. Dengan diturunkannya suhu di halaman sekitar masjid, maka berarti mengurangi kebutuhan pendingin udara di bagian dalam. Penyediaan payung sesuai dengan keperluan tadi, tambah lagi kian memberi kenyamanan bagi para jamaah umrah, haji dan shalat. (iina)