
Islamedia - Setelah melangsungkan akad nikah, orang perlu mengumumkan pernikahannya,
i'lan, agar masyarakat mengetahui. Melalui walimah, pengantin yang baru menikah
mengabarkan kepada orang banyak, menyatakan rasa syukurnya atas rezeki yang
dikaruniakan Allah padanya, serta memohon doa agar pernikahan yang baru saja
dilangsungkan dibarakahi oleh Allah dan Allah ridha kepada keluarga baru itu
beserta seluruh keturunannya kelak.Allahumma amin.
Pada masa dulu, orang memberitahu kepada khalayak dan sanak
kerabat secara lisan. Mereka kemudian mengabarkan kepada orang lain dan siapa
saja yang ditemui, jika pihak yang mengadakan walimah mengizinkan. Selain
khalayak umum, ada orang-orang yang secara khusus diundang. Mengundang dengan
cara ini, lebih dekat dengan silaturahmi dan lebih dekat dengan kesucian hati
serta kebersihan niat.
Zaman kemudian berkembang, orang semakin sulit menyediakan
waktu kalau tidak diberitahu jauh sebelumnya secara tertulis. Kesibukan pada
masing-masing pihak, pengundang maupun yang diundang, menjadikan undangan
tertulis lebih praktis. Melalui undangan tertulis, kita lebih memungkinkan untuk
mengundang orang yang lebih banyak.
Setelah undangan tertulis marak digunakan, mulai ada
pergeseran. Undangan cetak tidak hanya menyangkut fungsinya untuk memberitahu
orang. Ada sejumlah hal yang kemudian masuk di dalamnya. Awalnya sekedar agar
tidak tampak terlalu bersahaja, sehingga orang berusaha mendesain kartu
undangan sehingga tampak lebih menarik dan lebih anggun. Pilihan kertas juga
demikian, semakin berkembang.
Sejauh semua itu masih
fungsional, sepanjang pemahaman saya masih tidak masalah. Hanya saja, saya
kemudian mulai bertanya ketika melihat undangan-undangan nikah yang mewah dan
lebih banyak fungsi aksesorisnya. Atau, malah fungsi prestise.
Undangan-undangan itu dicetak di atas kertas yang jauh melebihi kebutuhan. Ada
sekian aksesoris yang tidak fungsional, kecuali sekedar sebagai keunikan dan
kekhasan. Padahal, sesudah itu undangan-undangan itu dibuang ke tempat sampah.
Kertas yang biasanya bertuliskan ayat suci Al-Qur'an, surat Ar-Rum ayat 21 itu,
berbaur dengan sampah-sampah lain yang siap diangkut tukang sampah.
Saya sempat berpikir, apakah
undangan yang demikian ini tidak mubazir?
Membuat sesuatu yang jauh
melebihi kebutuhan, kertasnya kadang sampai berlembarlembar
yang ditumpuk-tumpuk, padahal
hanya dibaca sesaat. Sesudah itu tidak berguna lagi.
Ironis sekali. Undangan-undangan
mubazir itu justru banyak yang berasal dari kita yang beragama Islam. Bahkan
dari kita yang tampak sekali ghirah keagamaannya.
Saya tidak hendak mengajak Anda
untuk bersikap kaku dengan tulisan ini. Tidak. Kita melihat kenyataan sekarang
bahwa kehadiran undangan cetak hamper-hampir tidak mungkin untuk dihilangkan.
Sehingga undangan itu mempunyai fungsi untuk menyampaikan khabar, untuk i'lan
(mengumumkan) atas peristiwa membahagiakan. Melalui undangan, kita lebih
memungkinkan mengundang banyak orang.
Melalui tulisan ini, saya hendak
mengajak berpikir sejenak, sehingga kita bisa menghindari kemubaziran. Tetapi,
kita juga menjauhkan diri dari sikap terlalu bakhil. Kemubaziran banyak lahir
dari sikap israf (berlebih-lebihan), sedang sikap bakhil (kikir, terlalu
mengurang-ngurangkan) menjauhkan kebaikan.
Langkah ini dapat dilakukan
dengan mencegah diri dari pemakaian undangan cetak yang berlebih-lebihan.
Undangan boleh jadi tetap elegan, tetapi tidak berlebihan dalam pemakaian
kertas dan penggunaan aksesoris.
Menjauhkan kemubaziran juga bisa
dilakukan dengan memberi manfaat tambahan pada kartu undangan yang dicetak.
Misalnya, dengan mengoptimalkan fungsi seluruh kertas yang ada. Sehingga selain
bermanfaat untuk menyampaikan undangan walimah, juga bermanfaat untuk dakwah
dalam waktu lama. Bukan yang sekali dilihat, segera dimasukkan tong sampah.
Memberi manfaat lebih ini
dilakukan dengan mendesain pesan-pesan maslahat. Bisa juga dengan menyertakan
fungsi lain yang diperlukan orang, kalender misalnya. Bisa juga tabel zakat.
Atau, Anda bisa menambahkan jadwal shalat untuk daerah tempat walimah dilaksanakan yang mudah dibawa kemana-mana.
Sedang kelebihan kertas yang ada bisa dimanfaatkan juga dengan mendisain
pembatas buku sekaligus mengisinya dengan pesan maslahat.
Masih banyak sentuhan lain yang
dapat diberikan. Anda dapat memikirkan peluang-peluang itu agar undangan tidak
terlalu mubazir. Semoga dengan demikian, lebih dekat kepada barakah dan ridha
Allah. Dengan demikian setan tidak mempunyai kesempatan untuk menimbulkan kemubaziran.
Mudah-mudahan ikhtiar kita untuk
menjadikan berbagai langkah selama proses dengan sesuatu yang manfaat dan
maslahat, menjadikan pernikahan kita barakah,sakinah mawaddah wa rahmah.
Semoga kelak Allah mengaruniai keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan
kalimat laa ilaaha illaLlah.
Dikutip dari buku Kado Pernikahan karya Mohammad Fauzil Adhim
[islamedia]
[islamedia]