Islamedia.co - Beberapa wilayah di Indonesia tengah mengalami kekeringan sebagai akibat
musim kemarau. Pada masa ini, semangat berbagi mesti dikedepankan.
Caranya pun beragam, tentu dengan disesuaikan kemampuan.
Teladan
sahabat Rasulullah, Ustman bin Affan bisa menjadi contoh. Ketika bencana
kekeringan melanda Madinah, kaum Muslimin terpaksa menggunakan sumur
Rum sebagai sumber air satu-satunya.
Sayangnya, sumur tersebut
milik Yusuf, seorang Yahudi tua yang serakah. Untuk mengambil air sumur
itu, kaum Muslimin harus membayar mahal dengan harga yang ditetapkan si
Yahudi.
Melihat keadaan penduduk Madinah, Utsman segera menemui
Yusuf, si pemilik sumur. “Wahai Yusuf, maukah engkau menjual sumur Rum
ini kepadaku?” tawar Utsman.
Si pemilik sumur segera menyambut
permintaan Utsman. Dalam benaknya ia berpikir, Utsman adalah orang kaya.
Ia pasti mau membeli sumurnya berapa pun harga yang ia minta.
Di
sisi lain ia juga tidak mau kehilangan mata pencahariannya begitu saja.
“Aku bersedia menjual sumur ini. Berapa engkau sanggup membayarnya?”
“Sepuluh ribu dirham,” jawab Utsman."
Si Yahudi tua tersenyum
sinis. “Sumur ini hanya akan kujual separuhnya. Kalau bersedia, sekarang
juga kau bayar 12 ribu dirham, dan sumur kita bagi dua. Sehari untukmu
dan sehari untukku, bagaimana?”
Setelah berpikir sejenak, Utsman
menjawab, “Baiklah, aku terima tawaranmu.” Setelah membayar seharga yang
diinginkan, Utsman menyuruh pelayannya untuk mengumumkan kepada para
penduduk, bahwa mereka bebas mengambil air sumur Rum secara gratis.
Sejak
itu, penduduk Madinah bebas mengambil air sebanyak mungkin untuk
keperluan mereka. Lain halnya dengan si Yahudi tua. Ia kebingungan
lantaran tak seorang pun yang membeli airnya. Ketika Utsman datang
menemuinya untuk membeli separuh sisa air sumurnya, ia tidak bisa
menolak walau dengan harga yang sangat murah sekalipun. (*/rol/islamedia/js)