Problem Cinta dan Nikah Beda Agama -->

Problem Cinta dan Nikah Beda Agama

Sabtu, 13 September 2014
Islamedia.co - "Lu sebenernya lebih cinta Tuhan lu apa dia sih?"

Kata-kata itu terngiang di telinga saya sampai sekarang. Bukan diucapkan oleh seseorang kepada saya, tapi oleh seseorang kepada teman saya yang pernah memiliki pacar beda agama. Teman saya muslimah, mantan pacarnya laki-laki non muslim. Hebatnya, kata-kata itu keluar dari seorang wanita mualaf, menasehati kawan saya yang sempat gamang ingin pindah agama.

Pernikahan beda agama rasanya tidak ada latar belakang lain selain cinta. Kalau perjodohan, agak mustahil orang tua menjodohkan anaknya dengan orang yang berbeda iman. Masalahnya, seperti kata-kata di atas, ada pertentangan cinta saat seseorang - khususnya muslim - ingin menikah beda agama, yaitu cinta pada Tuhannya atau cinta pada pasangannya.

Kalau kata orang cinta itu tidak mengenal logika, seperti itu lah gambaran Qur'an surat Al-Baqarah ayat 221. "...Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu..." Allah swt telah mematok ukuran kebaikan pada seorang wanita, yaitu keimanannya. Maka berlandaskan ukuran itu, logikanya wanita mukmin lebih baik daripada wanita musyrik. Tapi dorongan naluri seorang lelaki bisa menilai wanita musyrik lebih menarik daripada wanita mukmin.

Allah sudah terangkan sumber masalah dari pernikahan beda agama ini, yaitu prioritas cinta. Tetapi syariat telah berlaku, bahwa pernikahan harusnya berlandaskan keimanan, bukan cinta yang emosional.

Terhadap sumber masalah ini, Allah keluarkan peringatan:

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA.” dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah [9]: 24)

Pahamilah bahwa setiap perasaan cinta yang datang adalah ujian dari Allah swt, apakah akan kita tempatkan cinta itu lebih tinggi dari cinta kepada Allah, atau diletakkan lebih rendah, atau dibuang jauh-jauh. Karena hati manusia ada dalam kendali-Nya, maka perasaan itu bersumber dari Yang Maha Mengatur Segala Urusan. Kembali kepada seorang mukmin, apakah ia jadikan perasaan itu ajang pembuktian keimanan, atau ia biarkan dirinya terjerumus.

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah [2]: 165)

Bila anda menghadapi godaan menikah beda agama, susun lagi prioritas cinta yang benar, lalu ambil keputusan!

http://zicoofficial.wordpress.com/2014/09/12/problem-cinta-dan-nikah-beda-agama/