Islam edia .co - Cinta itu indah di awal, tapi akan lebih indah jika takpernah berakhir... Maka jika sudah jatuh cinta semikanlah dia ag...
Islamedia.co - Cinta itu indah di awal, tapi akan lebih indah jika takpernah berakhir...
Maka jika sudah jatuh cinta semikanlah dia agar takpernah berakhir...
Masih lekat dalam ingatanku pagi dhuha selepas mengantar Aisyah kami di SBB Nurul Iman, kuberanikan diri naik bajaj, ya pertama kalinya semenjak kembali di Jakarta. Dalam benakku aku akan menuju sebuah tempat yang menawarkan belajar Tahsin Al Qur an dan kajian keislaman tiap hari Jum at. Ku tahu setelah beberapa hari lalu lewat ada sebuah spanduk bertuliskan, Belajar Tahsin Ibu tiap Selasa Pagi jam 08:00-10:00.
Jalan Mardhani Raya No. 5, tak berapa jauh dari tempatku tinggal, dan kupikir jadwal belajar takbakalan mengganggu aktifitas utamaku sebagai Ibu Rumah Tangga.
Tak ada kata terlambat ketika mau belajar meski sambil menggendong batita. Daripada nanti nanti sudah menggendong cucu#ups..
"Assalamu'alaikum"... sapaku ketika sudah memasuki gedung 2 lantai terlihat hanya ada beberapa halaqoh di dalamnya.
Dengan penuh percaya diri langsung aku gabung dengan salah satu halaqoh, dan aku langsung mendekati ibu-ibu yang terlihat sebagai pembimbing dalam grup itu.#mbetulin gendongan Afifah
"Bu saya ingin ikut belajar" pintaku pendek dengan muka cengar cengir:)
Aku takpedulikan ibu-ibu lain saat itu yang memandangku penuh keheranan. mungkin dalam benak mereka "ini siapa?, dari mana, muka culun, kepedean banget"..
Kedatanganku begitu bersemangat hingga lupa memperkenalkan diri.
"Iya mbak, ini dengan mbak siapa ya? apa sebelumnya sudah pernah belajar tahsin?" Jawab ustadzah yang baru kukenal, tapi aku sangat terkesan sekali dengan tuturnya yang lembut itu.
"Sudah bu, tp ga pernah selesai soalnya sudah keburu pindah tempat tinggal, sebelum seluruh level selesai" jawabku lagi.
"Baiklah mb, coba nanti saya check dulu bacaannya ya mbak, tapi pake mushaf saya ya mbak". Lanjutnya
Takberapa lama aku sudah berhadapan dengan surat Al Qiyamah, surat yang tak asing bagiku karena aku sendiri sangat memfavoritkan surat itu sebelumnya. Kubaca semampuku.
"Ok, mbak anti boleh bergabung dan belajar di sini. ini kelas PTC (Pra Tahsin C). karena baru ini level yang ada dan kita sudah berjalan beberapa bulan semester ini, apa mbak sanggup mengikuti ketertinggalan?". demikian penjelasan ustadzah itu yang setelah ku tahu namanya Bu Maryani, dan di panggil bu Yani.
"Insyaa Allah bu,"..jawabku optimis.
Hari pertama pencarian aktivitasku sukses tiada terkira aku bersyukur akan punya teman-teman dan ilmu yang baru di Sanggar Al Qur an itu.
Eits setelah itu aku memperkenalkan diri dengan teman-teman satu halaqoh qur an, yang aku yakin mereka masih keheranan dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Adalah mereka ibu Haifani Ekayuswanti, Lilik Faizah, Inen Zarin Dede, Wini Wulandani, Novita Yunianti dan beberapa ibu muda juga seorang nenek yang sangat bersemangat waktu itu aku sangat kagumi.
Perkenalan hari itu sangat terkesan, mereka adalah ibu-ibu luar biasa, yang mendedikasikan dirinya tetap belajar meski kesibukan masing-masing tak sedikit. Aku bertambah semangat dibuatnya.
Hingga suatu hari beberapa bulan kemudian, aku diminta oleh seorang ustadzah "Bu Anin ngajar di tahsin anak ya"..
Jawabku "lho bu saya kan masih belajar disini, masa udah disuruh ngajar si?"..
"Udah gapapa, nanti ikut pelatihannya dulu tapi ya..." ujar ustadzah Rahma diplomatis
"Tapi bu, saya bawa anak balita, gimana?"elakku lagi.
"Udah jalani dulu saja" jawabnya meyakinkanku lagi..
Akhirnya aku tak dapat menolak, kuiyakan dengan penuh haru, kembali aku ingat hadits yang disampaikan bu Yani dikelas tahsin "Tolok ukur kebaikan seorang muslim adalah belajar dan mengajarkan al qur an" HR Bukhori
Dengan penegasannya sekali lagi dikatakan "dan" bukan kemudian adalah satu hal yang dilakukan satu waktu, bukan selanjutnya.
Aku jadi tertegun inilah cara Allah mengajariku agar terus bersemangat untuk terus belajar dan mengajarkan surat-suratNya. Dengan syarat harus terus belajar.
Hari pun terus berlalu, dalam beberapa bulan berikutnya baru ku tahu Sanggar Qur an adalah tempat beberapa orang yang sedang merintis dan terus mengembangkan cara bagaimana membumikan Al Qur an, mengakrabkan Al Qur an dengan ummat, yang semakin tergerus oleh hiruk pikuknya teknologi informatika saat ini. Mereka ingin membumikan bahasa-bahasa langit agar menjadi nyanyian keseharian orang-orang metropolis di tengah sibuknya kota Jakarta.
Semakin terharu dan membuatku semangat serta bahagia kenapa aku dikenalkan dengan orang-orang sholeh sholehah kala itu. Terimakasih ya Rabb, jangan cabut nikmat ini dari sisi kami, nikmat bisa menyibukkan diri dengan Al Qur an, ..seperti yang Engkau janjikan Barangsiapa yang menyibukkan diri dengan Al qur an maka Allah akan memberi lebih dari apa yang dia Minta".
Awalnya paksaan untuk bertilawah satu juz perhari, selanjutnya itu adalah kebutuhan yang menjadi kebiasaan karena kami biasakan dalam Halaqoh Qur an.
Betapa banyak cinta yang kudapat, juga ketulusan orang-orang di dalamnya, semoga ini terus bersemi,..dan melahirkan keberkahan
Masih lekat beberapa halaqoh melingkar kala itu, dan kini sudah menjadi puluhan, bahkan ratusan jama'ah meramaikan Sanggar Qur an, dari segala jenjang usia. Semoga ini adalah keberkahan dari Allah, atas kelurusan, ketulusan, cita-cita para da'i/yah pecinta Qur an
Moga pahala yang terus mengalir bagi mereka ustadz ustadzah kami, salam takzim dariku. Malu aku belum bisa membalas banyak sekali budi baik kalian. Moga kebersamaan perjuangan inilah, yang terus menyemikan dan mengabadikan kebahagiaan hingga di syurga tertinggiNya.
wallahua'lam.
Anindya Sugiyarto
Sebuah persembahan buat sahabat perjuangan dan ustadz/ah kami di SAQ Mardhani 5&56
Maka jika sudah jatuh cinta semikanlah dia agar takpernah berakhir...
Masih lekat dalam ingatanku pagi dhuha selepas mengantar Aisyah kami di SBB Nurul Iman, kuberanikan diri naik bajaj, ya pertama kalinya semenjak kembali di Jakarta. Dalam benakku aku akan menuju sebuah tempat yang menawarkan belajar Tahsin Al Qur an dan kajian keislaman tiap hari Jum at. Ku tahu setelah beberapa hari lalu lewat ada sebuah spanduk bertuliskan, Belajar Tahsin Ibu tiap Selasa Pagi jam 08:00-10:00.
Jalan Mardhani Raya No. 5, tak berapa jauh dari tempatku tinggal, dan kupikir jadwal belajar takbakalan mengganggu aktifitas utamaku sebagai Ibu Rumah Tangga.
Tak ada kata terlambat ketika mau belajar meski sambil menggendong batita. Daripada nanti nanti sudah menggendong cucu#ups..
"Assalamu'alaikum"... sapaku ketika sudah memasuki gedung 2 lantai terlihat hanya ada beberapa halaqoh di dalamnya.
Dengan penuh percaya diri langsung aku gabung dengan salah satu halaqoh, dan aku langsung mendekati ibu-ibu yang terlihat sebagai pembimbing dalam grup itu.#mbetulin gendongan Afifah
"Bu saya ingin ikut belajar" pintaku pendek dengan muka cengar cengir:)
Aku takpedulikan ibu-ibu lain saat itu yang memandangku penuh keheranan. mungkin dalam benak mereka "ini siapa?, dari mana, muka culun, kepedean banget"..
Kedatanganku begitu bersemangat hingga lupa memperkenalkan diri.
"Iya mbak, ini dengan mbak siapa ya? apa sebelumnya sudah pernah belajar tahsin?" Jawab ustadzah yang baru kukenal, tapi aku sangat terkesan sekali dengan tuturnya yang lembut itu.
"Sudah bu, tp ga pernah selesai soalnya sudah keburu pindah tempat tinggal, sebelum seluruh level selesai" jawabku lagi.
"Baiklah mb, coba nanti saya check dulu bacaannya ya mbak, tapi pake mushaf saya ya mbak". Lanjutnya
Takberapa lama aku sudah berhadapan dengan surat Al Qiyamah, surat yang tak asing bagiku karena aku sendiri sangat memfavoritkan surat itu sebelumnya. Kubaca semampuku.
"Ok, mbak anti boleh bergabung dan belajar di sini. ini kelas PTC (Pra Tahsin C). karena baru ini level yang ada dan kita sudah berjalan beberapa bulan semester ini, apa mbak sanggup mengikuti ketertinggalan?". demikian penjelasan ustadzah itu yang setelah ku tahu namanya Bu Maryani, dan di panggil bu Yani.
"Insyaa Allah bu,"..jawabku optimis.
Hari pertama pencarian aktivitasku sukses tiada terkira aku bersyukur akan punya teman-teman dan ilmu yang baru di Sanggar Al Qur an itu.
Eits setelah itu aku memperkenalkan diri dengan teman-teman satu halaqoh qur an, yang aku yakin mereka masih keheranan dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Adalah mereka ibu Haifani Ekayuswanti, Lilik Faizah, Inen Zarin Dede, Wini Wulandani, Novita Yunianti dan beberapa ibu muda juga seorang nenek yang sangat bersemangat waktu itu aku sangat kagumi.
Perkenalan hari itu sangat terkesan, mereka adalah ibu-ibu luar biasa, yang mendedikasikan dirinya tetap belajar meski kesibukan masing-masing tak sedikit. Aku bertambah semangat dibuatnya.
Hingga suatu hari beberapa bulan kemudian, aku diminta oleh seorang ustadzah "Bu Anin ngajar di tahsin anak ya"..
Jawabku "lho bu saya kan masih belajar disini, masa udah disuruh ngajar si?"..
"Udah gapapa, nanti ikut pelatihannya dulu tapi ya..." ujar ustadzah Rahma diplomatis
"Tapi bu, saya bawa anak balita, gimana?"elakku lagi.
"Udah jalani dulu saja" jawabnya meyakinkanku lagi..
Akhirnya aku tak dapat menolak, kuiyakan dengan penuh haru, kembali aku ingat hadits yang disampaikan bu Yani dikelas tahsin "Tolok ukur kebaikan seorang muslim adalah belajar dan mengajarkan al qur an" HR Bukhori
Dengan penegasannya sekali lagi dikatakan "dan" bukan kemudian adalah satu hal yang dilakukan satu waktu, bukan selanjutnya.
Aku jadi tertegun inilah cara Allah mengajariku agar terus bersemangat untuk terus belajar dan mengajarkan surat-suratNya. Dengan syarat harus terus belajar.
Hari pun terus berlalu, dalam beberapa bulan berikutnya baru ku tahu Sanggar Qur an adalah tempat beberapa orang yang sedang merintis dan terus mengembangkan cara bagaimana membumikan Al Qur an, mengakrabkan Al Qur an dengan ummat, yang semakin tergerus oleh hiruk pikuknya teknologi informatika saat ini. Mereka ingin membumikan bahasa-bahasa langit agar menjadi nyanyian keseharian orang-orang metropolis di tengah sibuknya kota Jakarta.
Semakin terharu dan membuatku semangat serta bahagia kenapa aku dikenalkan dengan orang-orang sholeh sholehah kala itu. Terimakasih ya Rabb, jangan cabut nikmat ini dari sisi kami, nikmat bisa menyibukkan diri dengan Al Qur an, ..seperti yang Engkau janjikan Barangsiapa yang menyibukkan diri dengan Al qur an maka Allah akan memberi lebih dari apa yang dia Minta".
Awalnya paksaan untuk bertilawah satu juz perhari, selanjutnya itu adalah kebutuhan yang menjadi kebiasaan karena kami biasakan dalam Halaqoh Qur an.
Betapa banyak cinta yang kudapat, juga ketulusan orang-orang di dalamnya, semoga ini terus bersemi,..dan melahirkan keberkahan
Masih lekat beberapa halaqoh melingkar kala itu, dan kini sudah menjadi puluhan, bahkan ratusan jama'ah meramaikan Sanggar Qur an, dari segala jenjang usia. Semoga ini adalah keberkahan dari Allah, atas kelurusan, ketulusan, cita-cita para da'i/yah pecinta Qur an
Moga pahala yang terus mengalir bagi mereka ustadz ustadzah kami, salam takzim dariku. Malu aku belum bisa membalas banyak sekali budi baik kalian. Moga kebersamaan perjuangan inilah, yang terus menyemikan dan mengabadikan kebahagiaan hingga di syurga tertinggiNya.
wallahua'lam.
Anindya Sugiyarto
Sebuah persembahan buat sahabat perjuangan dan ustadz/ah kami di SAQ Mardhani 5&56