Islam edia - Bangun tidur afifahku 5 th...bertanya padaku : "mi mengaji tidak?". 'tidak fah, kan libur?" jawabku. ...
Islamedia - Bangun tidur afifahku 5 th...bertanya padaku : "mi mengaji tidak?". 'tidak fah, kan libur?" jawabku.
Anak-anak seperti yg aku amati akan mengikuti kebiasaan yg dilakukan orang-orang di sekitarnya.Makanya sering aku sampaikan pada ibu-ibu, teman-teman kuliah, jika ada yg beralasan untuk tidak datang ngaji gara-gara takut direpotkan oleh anak-anak balita bahkan bayinya, aku jawab "bawa aja mereka, wajar anak2 itu akan rewel, tdk nyaman di awal, mereka perlu pembiasaan saja, lama-lama mereka akan menikmati juga dan bisa dikondisikan. Namanya ibu-ibu kapan lagi bisa belajar kalo tidak begini?sedangkan kebutuhan ilmu itu terus melaju, tidak malah berkurang seiring bertambahnya usia perjalanan kehidupan, bahkan makin keras tantangan masa yg akan datang".
Justru dengan di bawanya anak-anak ketika menghadiri majelis ilmu orang dewasa akan sangat terekam di benak mereka oo iya dulu bundaku/ibuku/mamaku/ummiku seringnya kesini, ke tempat ini, temennya orang2 baik, mendengarkan ini belajar ini, dsb sehingga memori yg baik itu akan terbawa hingga dewasa dan akan menciptakan karakter yang baik pula. Bukan rekaman-rekaman tentang oo ibuku sering ke pasar ini, mall ini, cafe ini untuk ngrumpi dsb#smg tidak yaa..
Belum lagi pasti ingatan mereka akan merekam secara tidak langsung tentang ilmu2 yang di sampaikan pemateri. Sehingga bisa jadi yang belajar emaknya malah yang pinter duluan anaknya #eh...Sesuatu hal penting yg jarang kita sadari ternyata membawa anak-anak dlm majelis kebaikan justru dapat membangun rasa percaya diri mereka sejak kecil.
Dalam kisah yg diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia bercerita : "Umar memasukkanku bersama para tokoh Badar. Lalu salah seorang dari mereka berkata, mengapa engkau memasukkan anak ini kedalam kelompok kami?, sedangkan kami juga punya anak-anak yang seumur dengannya?". Umar menjawab "itu yang kamu tahu". Maka pada suatu hari Umar memanggil mereka dan juga memanggilku. Setahuku, tidaklah Umar memanggilku ketika itu melainkan untuk memperlihatkan diriku kepada mereka. Umar lantas melontarkan pertanyaan kepada mereka, "Apa penjelasan kalian tentang firman Allah SWT : idzaa jaa-a nashrullahi wal fath...?"(hingga akhir surat). Sebagian dari mereka menjawab, "Allah SWT memerintahkan agar kita memujiNya dan memohon ampun kepadaNya jika telah datang pertolongan Allah kepada kita dan kemenangan". Sebagian yang lain mengatakan "Kami tidak tahu". Sedangkan sebagian yg lain tidak menjawab. Umar kemudian berkata padaku "wahai putra Abbas, apakah penjelasanmu juga begitu?" Aku menjawab, "tidak". Umar bertanya lagi, "lalu bagaimana menurutmu?" Aku menjawab, "itu merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada kita tentang dekatnya ajal Rasulullah SAW jika telah datang pertolongan Allah SWT dan kemenangan, serta engkau lihat manusia berbondong-bondong masuk kedalam agama Allah. Yang dimaksud dengan kemenangan (Al Fathu) disini adalah fathul Makkah(penaklukan kota Mekah). Yang demikian itu adalah pertanda ajalmu, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya, sesungguhnya Dia Maha penerima taubat. "Kemudian Umar berkata, "Aku tidak mengetahui makna ayat tersebut melainkan seperti yang engkau katakan" HR Bukhori(4294) dan Ath-Thabarani dalam Mu'jamul Kabir(10617).
Demikian kisah dikalangan para sahabat mereka saja membawa anak2 dalam majelis kebaikan yg justru akan menambah kepercayaan diri anak2. kenapa kita tdk mencontoh mereka dg alih2 anak2 belum waktunya, melanggar hak asasi anak2 dsb?
Dengan memawa anak-anak ke majelis orang dewasa akan terlihat kebutuhannya dan kekurangan-kekurangannya, dengan demikian akan seorang pendidik akan bisa membimbingnya kearah yang lebih sempurna. Melatih mental anak dengan memotivasinya agar berani memberikan jawaban ketika ada lontaran pertanyaan sehingga ia terlatih berbicara dengan adab dan sopan santun.Dia dapat berbicara akalnyapun akan semakin meningkat dan jiwanya akan terdidik. Mereka juga akan mengenal pembicaraan orang dewasa sedikit demi sedikit sehingga kelak ia siap terjun ketengah masyarakat.
Bolehlah saya kutip perkataan teman seorang kader dakwah "tunggu anak keturunan kami yang sudah biasa ikut dikegiatan taklim,syuro, baksos, yankes, aksi demo disiang panas,... mereka akan ditempa menjadi generasi yang kuat iman, kuat fisik, dan insyaa Allah berkepribadian Qur an dan tunggu wahai orang-orang yang selama ini benci kepada kami... anak dan keturunanmu Insyaa Allah akan mencintai perjuangan ini,...Aamiin.
Wallahua'lam*Maraji' : Mencetak Generasi Rabbani! Ummu Ihsan Choiriyah dan Abu Ihsan Al Atsary
Anindya Sugiyarto
Anak-anak seperti yg aku amati akan mengikuti kebiasaan yg dilakukan orang-orang di sekitarnya.Makanya sering aku sampaikan pada ibu-ibu, teman-teman kuliah, jika ada yg beralasan untuk tidak datang ngaji gara-gara takut direpotkan oleh anak-anak balita bahkan bayinya, aku jawab "bawa aja mereka, wajar anak2 itu akan rewel, tdk nyaman di awal, mereka perlu pembiasaan saja, lama-lama mereka akan menikmati juga dan bisa dikondisikan. Namanya ibu-ibu kapan lagi bisa belajar kalo tidak begini?sedangkan kebutuhan ilmu itu terus melaju, tidak malah berkurang seiring bertambahnya usia perjalanan kehidupan, bahkan makin keras tantangan masa yg akan datang".
Justru dengan di bawanya anak-anak ketika menghadiri majelis ilmu orang dewasa akan sangat terekam di benak mereka oo iya dulu bundaku/ibuku/mamaku/ummiku seringnya kesini, ke tempat ini, temennya orang2 baik, mendengarkan ini belajar ini, dsb sehingga memori yg baik itu akan terbawa hingga dewasa dan akan menciptakan karakter yang baik pula. Bukan rekaman-rekaman tentang oo ibuku sering ke pasar ini, mall ini, cafe ini untuk ngrumpi dsb#smg tidak yaa..
Belum lagi pasti ingatan mereka akan merekam secara tidak langsung tentang ilmu2 yang di sampaikan pemateri. Sehingga bisa jadi yang belajar emaknya malah yang pinter duluan anaknya #eh...Sesuatu hal penting yg jarang kita sadari ternyata membawa anak-anak dlm majelis kebaikan justru dapat membangun rasa percaya diri mereka sejak kecil.
Dalam kisah yg diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia bercerita : "Umar memasukkanku bersama para tokoh Badar. Lalu salah seorang dari mereka berkata, mengapa engkau memasukkan anak ini kedalam kelompok kami?, sedangkan kami juga punya anak-anak yang seumur dengannya?". Umar menjawab "itu yang kamu tahu". Maka pada suatu hari Umar memanggil mereka dan juga memanggilku. Setahuku, tidaklah Umar memanggilku ketika itu melainkan untuk memperlihatkan diriku kepada mereka. Umar lantas melontarkan pertanyaan kepada mereka, "Apa penjelasan kalian tentang firman Allah SWT : idzaa jaa-a nashrullahi wal fath...?"(hingga akhir surat). Sebagian dari mereka menjawab, "Allah SWT memerintahkan agar kita memujiNya dan memohon ampun kepadaNya jika telah datang pertolongan Allah kepada kita dan kemenangan". Sebagian yang lain mengatakan "Kami tidak tahu". Sedangkan sebagian yg lain tidak menjawab. Umar kemudian berkata padaku "wahai putra Abbas, apakah penjelasanmu juga begitu?" Aku menjawab, "tidak". Umar bertanya lagi, "lalu bagaimana menurutmu?" Aku menjawab, "itu merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada kita tentang dekatnya ajal Rasulullah SAW jika telah datang pertolongan Allah SWT dan kemenangan, serta engkau lihat manusia berbondong-bondong masuk kedalam agama Allah. Yang dimaksud dengan kemenangan (Al Fathu) disini adalah fathul Makkah(penaklukan kota Mekah). Yang demikian itu adalah pertanda ajalmu, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya, sesungguhnya Dia Maha penerima taubat. "Kemudian Umar berkata, "Aku tidak mengetahui makna ayat tersebut melainkan seperti yang engkau katakan" HR Bukhori(4294) dan Ath-Thabarani dalam Mu'jamul Kabir(10617).
Demikian kisah dikalangan para sahabat mereka saja membawa anak2 dalam majelis kebaikan yg justru akan menambah kepercayaan diri anak2. kenapa kita tdk mencontoh mereka dg alih2 anak2 belum waktunya, melanggar hak asasi anak2 dsb?
Dengan memawa anak-anak ke majelis orang dewasa akan terlihat kebutuhannya dan kekurangan-kekurangannya, dengan demikian akan seorang pendidik akan bisa membimbingnya kearah yang lebih sempurna. Melatih mental anak dengan memotivasinya agar berani memberikan jawaban ketika ada lontaran pertanyaan sehingga ia terlatih berbicara dengan adab dan sopan santun.Dia dapat berbicara akalnyapun akan semakin meningkat dan jiwanya akan terdidik. Mereka juga akan mengenal pembicaraan orang dewasa sedikit demi sedikit sehingga kelak ia siap terjun ketengah masyarakat.
Bolehlah saya kutip perkataan teman seorang kader dakwah "tunggu anak keturunan kami yang sudah biasa ikut dikegiatan taklim,syuro, baksos, yankes, aksi demo disiang panas,... mereka akan ditempa menjadi generasi yang kuat iman, kuat fisik, dan insyaa Allah berkepribadian Qur an dan tunggu wahai orang-orang yang selama ini benci kepada kami... anak dan keturunanmu Insyaa Allah akan mencintai perjuangan ini,...Aamiin.
Wallahua'lam*Maraji' : Mencetak Generasi Rabbani! Ummu Ihsan Choiriyah dan Abu Ihsan Al Atsary
Anindya Sugiyarto
Rawasari Jakpus