Meretas Dakwah Lewat Komunitas -->

Meretas Dakwah Lewat Komunitas

Admin
Selasa, 18 Februari 2014
Islamedia - Mari, sebelum waktu kita untuk menabur kebaikan terhenti, rontok terbawa ke muara yang tidak kita kenal. Kita hentikan ketepekuran pesimis, atau ketengadahan angkuh. Kita adalah pahlawan, untuk apapun yang kita dedikasikan. Bukan orientasi. Bukan nama, hanya saja agar kelak mereka teriak girang, (Rahmat Abdullah)

Dulu dan saat ini ketika memutuskan untuk membangun dan memasuki wilayah ranah dakwah yang bukan ‘mainstream’, ada kesadaran akan konsekuensi pilihan ini. Bahwa menghadapi masyarakat yang majemuk dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang kadang njomplang, tentu dibutuhkan kesabaran yang lebih.

Di masyarakat, segala sesuatu sering kali diukur dari sisi kontribusi kita di sana.
Tentu ini sangat kontras dengan kondisi jika kita tinggal di perumahan yang memang mendukung gaya hidup individualis, jika kita tidak mewaspadainya. Kesibukan, tingkat pendidikan maupun ekonomi yang biasanya merata membuat satu sama lain sering jarang berinteraksi. Sikap cuek dengan sekitar, sering kali menjadi ciri khas kehidupan di perumahan.

Sekali lagi ini hanya masalah pilihan. Masalah selera. Bagi seorang kader dakwah, di lingkungan manapun yang ia pilih maka begitu dia memutuskan tinggal di lingkungan itu, maka saat itu pula misi dakwah di lingkungan itu juga mulai berjalan. Tidak peduli dia memutuskan tinggal di kampung atau pun perumahan. Kondisi apa pun yang mungkin menghalangi, harus siap dihadapi dan ditaklukkan. Entah ketika ada kegiatan apapun itu seperti gotong royong atau kerja bakti jika kita tidak pernah muncul maka sangat mungkin orang akan membicarakan kita. Misalnya, di rapat-rapat di tempat kita tinggal jika jarang kelihatan tentu akan membuat orang memandang kita sebelah mata. Etika dan kesopanan masih di junjung tinggi, kepada yang lebih tua jika tidak bisa menempatkan diri bisa-bisa kita akan dikucilkan di sana.

Maka saya memandang, ketika kita mengusung dakwah di sebuah komunitas apa pun itu maka adalah sebuah keniscayaan kita akan berhadapan dengan mereka yang beragam dalam sifat dan prilakunya. Ada yang mapan secara ekonomi dan tidak jarang juga pandai. Punya status sosial tinggi. Pendapat mereka hampir selalu diiyakan oleh masyarakat. Apalagi di kampung yang tingkat primordialismenya masih kental. Atau perkumpulan yang masih menjunjung tinggi anti kemapanan. Bukan berarti kita tidak bisa masuk kesana juga.

Komunitas di tengah masyarakat bisa menjadi alat berdakwah syiar Islam. Sejalan dengan arus modernitas dan kompleksitas permasalahan dakwah, untuk mengembangkan dakwah berbasis komunitas,

Basis komunitas dimanfaatkan atas dasar berbagai latar belakang para penyuluh agama Islam serta dai di lapangan. Program ini, jelas dan sangat tepat menggali potensi-potensi komunitas lokal.

Dakwah merupakan gerakan perubahan yang telah dicontohkan Rasulullah. Oleh karena itu, dakwah harus digerakkan menuju sebuah perubahan yang lebih baik, tidak sekedar formalistik,

Sebagai respon atas tujuan dakwah, unsur manajemen menjadi sebuah kebutuhan mendasar di tengah arus modernitas. Manajemen dakwah perlu terus dkembangkan secara berkala sesuai kebutuhan.

Peran tokoh agama dan para dai dinilainya menjadi pilar pembangunan. Pasalnya, mereka diharapkan mampu menjadi filter terhadap berbagai isu dan berita berpotensi pemicu konflik.
Kita perlu membangun situasi kondusif di masyarakat. Ini penting untuk memastikan pembangunan dan roda-roda kehidupan berjalan dengan baik.

Dan inilah dakwah. Kita akan bersinggungan dengan pemuda, karang taruna, remaja masjid, Pak ustadz, Ketua DKM, Pak RT, Pak RW, Pak Dukuh, Ketua Tahlilan, Majelis Taklim dan jabatan-jabatan informal lainnya. Arus dakwah ini seringkali harus bersinggungan dengan mainstream yang berlaku di masyarakat itu. Sering kali melawan arus utama. Siap tidak siap, kita harus menunjukkan prinsip-prinsip yang kita yakini kebenarannya itu. Dan kadang itu akan berbenturan dengan keyakinan-keyakinan di sana.

Adalah kewajiban kita untuk mendakwahkan semua itu. Dan seni dakwah di sinilah menjadi hal yang harus selalu kita mainkan. Tidak ada yang baku di sini, karena tiap komunitas tentu membutuhkan pendekatan yang khusus. Boleh jadi satu pendekatan cocok dengan gaya hidup orang kampung, tapi di sisi lain dia tidak pas untuk gaya hidup di komplek perkotaan.

Yang perlu kita perjuangkan pertama kali adalah akseptabilitas kita di masyarakat. Ya, penerimaan mereka terhadap kita. Maka upaya yang harus kita lakukan adalah mendekati mereka, merangkulnya, dan membuat mereka percaya dengan dakwah ini. Bukan malah sebaliknya karena sikap yang kita salah, alih-alih membuat mereka dekat dengan dakwah ini, malah mereka akan lari dan alergi dengan dakwah.

Atau bahkan kita akan mendekat mereka tiba-tiba menjauh, ‘mungkin’ kita saat datang dengan pakaian kokoh rapih dll. Tidak salah juga tapi kita juga bisa melihat terlebih dahulu apa yang mereka harapan dan apa yang bisa kita dekat dengan mereka.

Ada setidaknya 3 (tiga) hal yang harus kita bangun dalam diri kita agar akseptabilitas ini dapat kita wujudkan :

1. Integritas
Sungguh faktor integritas ini sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat kepada kita. Rasulullah bahkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul, telah dikenal dengan gelar al-amin nya. Tentu kita ingat dengan kesusahan yang terjadi saat peletakan hajar aswad ketika renovasi ka’bah. Hampir-hampir terjadi pertumpahan darah. Maka ketika Rasulullah memberikan penyelesaiannya, semua menerima dengan lapang dada.

Memang membangun intregitas bukan perkara yang mudah. Butuh banyak amal dan kerja nyata yang harus dilakukan. Selalu jujur. Dapat dipercaya. Senantiasa membantu kepada yang membutuhkan pertolongan. Ringan tangan. Tidak mengingkari janji. Selalu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Perhatian dan peduli kepada tetangga. Ikut memakmurkan masjid/mushola. Ini hanya sebagian contoh untuk membangun intregitas kita.

2. Kapabilitas
Masyarakat akan menghargai jika kita mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu yang (mungkin) dibutuhkan masyarakat. Selalu asah kemampuan yang kita punyai. Jangan pernah alergi untuk mencoba mengambil sebuah peran yang akan mengasah kemampuan kita.
Burn yourself.

3. Konsistensi
Selalu dibutuhkan nafas panjang dalam setiap etape dakwah ini. Karena dakwah tidak pernah selesai hanya dalam satu atau dua generasi. Karenanya agar dakwah ini menghunjam kuat di masyarakat, dibutuhkan konsistensi.

Konsisten dalam segala aspek. Ucapan. Perilaku. Gerak dakwah. Dalam segala kondisi dan waktu. Tidak musiman. Tidak sesaat. Pun tidak hanya di waktu-waktu tertentu maupun untuk orang-orang tertentu.

Maka setelah kita mengupayakan ketiga hal di atas, dimana pun kita memutuskan untuk meretas sebuah komunitas dan basis dakwah bagi keluarga kita, maka yakinkan kita bahwa kita memang mampu menjadi agen dakwah di sana. Berusaha untuk berguna bagi orang lain. Sebagaimana ucapan Sayyid Qutb rahimahullah : “Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar dan tidak akan pernah mati.”

Ini beberapa Komunitas yang pernah saya masuki bersama teman-teman yang saya anggap bisa kita kerja bareng untuk merangkul mereka:

1    - Jakmania Garis Keras
.     - Punk Muslim Indonesia
      - Komunitas Anak Jalanan
      - Kampung Jalanan
      - Komunitas Pecinta Alam

Demikian beginilah Jalan ini mengajarkan kami, lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal,

Senyumlah pada setiap orang, gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain, jadilah kamu terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.

"Jika mereka bertanya kepadamu tentang SEMANGAT, jawablah
Bahwa BARA itu masih TERSEMAT dalam dadamu!
Bahwa API itu masih TERSENYUM dalam dirimu!
Bahwa MATAHARI itu masih TERBIT dari hatimu!
Bahwa LETUPAN itu dalam DUNIAmu!
Katakan itu pada mereka, orang-orang yang RAGU akan KEMAMPUAN dirimu!
Karena MIMIPImu saat ini, adalah KENYATAAN untuk hari esok!!"

#Al-Banna



Yuda al Durra
Wasekjend KAMMI Pusat