Islamedia - Untuk mereka yang telah mencicipi indahnya keimanan dan ketakwaan, lepas sejengkal darinya, sadar atau tidak, sebenarnya adalah sebuah kepiluan dan kepahitan. Mendapatkan keimanan bukan hal yang mudah. Keimanan adalah emas, berlian, dan harta karun yang tak ternilai harganya. Yang sejatinya hanya perlu di gali di dasar hati kita.
Ingatan saya terbang ke masa lalu, tujuh tahun yang
lalu. Saat keimanan belum peka dan bercahaya dalam hati saya. Memang saat ini
pun keimanan ini masih compang-camping. Tapi, minimal iman itu sudah berhasil
digali dan bersemayam di hati.
Kepada hal yang dirasa menjadi perantara datangnya
hidayah Allah dan merasuknya iman ke hati seseorang, tak apalah bersyukur dan
berterima kasih banyak padanya. Dan grup
musik religi ini, lewat alunan nada dan melodi indahnya, mencoba membantu
menumbuhkan dan menguatkan iman di dasar hati manusia. Menguatkan lewat
syair dan temponya.
Namun,
sekarang sang maestro telah tiada.
Terlihat dari syair
lagunya, begitu rindunya dia dengan Sang Pencipta. Maka, telah Dia persembahkan
juga kado terindah untuk maestro kita. Semoga surga telah tersedia untuknya.
Bait-bait puisi ini
untuk mengenang jejak perjuangannya, berusaha
teguh merambah dakwah di ranah yang lebih luas. Ranah seni, dimana
justru banyak manusia menduakan dan melupakan Sang Pencipta di ranah ini.
......................................
Melodimu masih terngiang di telingaku
Getar pita suaramu masih terasa lewat bait-bait lagu
Keinginan hatimu masih terbaca kala kucoba heningkan qalbu
Luapan emosimu masih meletup, saudaraku..
Saudaraku...
Entah sudah beribu kesempatan terlewati untuk melihatmu
Beribu praduga tercatat malaikat tentangmu
Beribu syak wasangka memenuhi benakku
Juga beribu ucapan hebat terkulum dalam mulutku
Saudaraku..
Aku tahu kau mencoba mengajarkan
Cinta abadi di dunia
Lewat nada dan syairmu
Mencoba membuat hati manusia menggenggam iman dan terteduh
Banyak manusia menulis melodi untuk menduakan Penciptanya
Bertebaran anak manusia menggubah nada untuk melupakan nikmatNya
Tapi..
Goresan melodi di kertasmu adalah buah karya pengabdian pada Sang Pencipta
Alunan nada syairmu menggambarkan wujud syukur nikmatNya
Tabungan duniamu kiranya telah cukup
Hingga Allah memanggilmu karena rinduNya yang sangat padamu
Seperti Thalhah ..
Sang syahid yang masih hidup
Lagumu semoga selalu hidup di hati-hati insan yang rindu pada Penciptanya..
Lagumu semoga menopang keimanan dan sebagai alunan amal jariyah bekal ke surga..
Saudaraku..
Selamat jalan..
Selamat berpulang..
"Selamat Jalan Saudaraku"
Puisi ini dibuat
untuk mengenang perjuangan Kang Aden edCoustic
Oleh : Alfinna
Azzahra
Yogyakarta, 31
Desember 2013