Kehebatan Sebuah Ideologi

Islam edia -  Ideologi. Apakah ideologi itu? Dan seberapa krusial kah kehadirannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Mungkin...

Islamedia - Ideologi. Apakah ideologi itu? Dan seberapa krusial kah kehadirannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Mungkin tak banyak pemuda yang berminat untuk mendiskusikan tentang ideologi. Diskusi tentang ideologi mungkin hanya bertahan dan sering dikaji dalam lingkungan akademis semata atau paling tidak Non Goverment Organization’s (NGO’s). Padahal ideologi adalah hal yang sangat penting untuk dikaji agar kita tidak terjerumus dalam pola berpikir yang salah atau terikut pada permainan ideologi yang berseberangan dengan yang kita yakini.

Ideologi merupakan sebuah akar pemikiran yang tak sekedar membetuk mindset berpikir akan tetapi juga merupakan sebuah jelmaan dari visi, misi dan falsafah hidup. Bahkan sebuah peradaban bertahan dibangun di atas sebuah pondasi kokoh bernama ideologi. Semakin kuat peradaban tersebut menandakan semakin kuat pula ideologi yang tertanam atau ditanamkan kepada seluruh lapisan masyarakat yang hidup didalamnya. Dalam sejarah tatanan dunia kita mendapati begitu banyak ideologi yang berkembang, mulai dari Islam, komunisme, sosialisme, liberalisme, leninisme, marxisme, dsb.

Di Indonesia, paham ideologi komunisme, marxisme dan leninisme telah dilarang untuk disebarkan berdasarkan TAP MPRS No. 25 Tahun 2006. Akan tetapi masih diperbolehkan untuk dikaji dalam lingkungan akademis.

Dalam sebuah seminar yang diselenggarakan di Fakultas Hukum UGM desember 2013 lalu, Prof. Purwo Santoso yang merupakan Guru Besar FISIP UGM pernah mengatakan bahwa “Kehebatan ideologi bukan sekedar benar atau tidaknya, tapi sejauh mana mempersuasi orang banyak. Sadarlah, ada ide yang tidak digembar gemborkan tetapi di akui eksisistensinya yakni neo liberalisme. Misalnya yang selama ini digembar gemborkan oleh World Bank dan IMF yang merupakan bentuk kapitalisme ekonomi global berkedok Good Governance yang justru memperlemah daya saing negara berkembang. Dan ajaran ini masuk dalam kurikulum kuliah, menjadi satu paket. Tidak ada label neo liberal disana, melainkan jika dihayati ada ideologi neo-lib didalamnya. Masuknya juga tidak disadari, tiba-tiba sudah ada didalam dan mempengaruhi secara massif termasuk dalam pembuatan peraturan perundang-undangan.

Dengan kata lain, politik yang canggih adalah politik dengan basis ide. Misalnya yang dilakukan oleh soeharto saat membuat label orde baru pada zamannya. Disini politik Seoharto dengan penguatan basis ide bermain dimana diketahui, tidak ada istilah orde lama sebelumnya. Orde baru yang di-created oleh Seoharto pada hakikatnya hanya sekedar label untuk menandakan bahwa dizamannya lebih baik ketimbang orde sebelumnya.”

Berjuang di ranah demokrasi dengan membuka kran kebebasan dari berbagai lini tentu memiliki tantangan tesendiri. Mengambil pelajaran dari masuknya paham liberalisme yang begitu masif tanpa pernah disadari juga seharusnya menjadi pelajaran kepada para aktivis islam. Kita punya tujuan mulia dan besar yakni untuk menegakkan Kalimah Allah dimuka bumi, menjadikan negeri yang kita cintai ini menjadi negeri yang bernafaskan islami dan tidak bertentangan dengan hukum-hukum illahi. Akan tetapi untuk menggapai semua itu dibutuhkan sebuah proses yang panjang, pengorbanan yang tidak sedikit dan usaha yang tiada henti. Kita dituntut mampu mengelola kecerdasan kolektif dalam amal jama’i untuk menyusun sebuah ‘agenda reformasi’ untuk menciptakan musim semi di zaman reformasi. Dibutuhkan sebuah strategi manis dan jitu saat berjuang diranah demokrasi agar tak menjadi common enemy.

Belajar dari politik basis ide, terkadang ada masa dimana kita tidak sekedar berteriak-teriak atau berkoar-koar saja. Beberapa kata atau kalimat samaran yang membawa misi rahasia dapat dijadikan sebuah teknik atau metodologi pilihan, agar kita para misi kebenaran tak terkalahkan dengan para pembawa misi kebathilan. Ideologi islam beserta pernak pernik visi besar nan hebat yang kita yakini juga butuh untuk disebarkan melalui agenda-agenda pembinaan yang kita ajarkan melalui lingkaran pengajian, pelatihan kepemimpinan, tulisan-tulisan di buletin mingguan, dsb nya. Agar pengaruh yang kita berikan semakin masif dan mampu memiliki daya pengaruh di tingkat lokal, nasional dan internasional. Tidak hanya dalam ranah pemerintahan melainkan juga dalam seluruh ranah kehidupan seperti halnya Islam yang Syumul, memiliki kesempurnaan tiada tandingan dalam satu rangkaian sistem kehidupan...

Wallahua’lam bissawab. Semoga bermanfaat.

Riska Alkadri, SH

Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada