Islamedia - “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri
Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah
rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”. (QS At Tahrim: 11)
.
Ayat tersebut adalah bercerita tentang seorang istri yang sabar menghadapi perilaku buruk suaminya, dan sekaligus membantu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dalam kasus tersebut, istri Fira’aun, Asiyah binti Muzahim, sangat sabar menerima kekejaman Fir’aun terhadap dirinya.
“Wanita paling utama di surga adalah Khadijah binti Kuwalid, Fatimah
binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim istri
Fir’aun.” (HR Ahmad dan Thabrani). Dirinya tetap tabah dan sabar menghadapi kekejaman suaminya dan hanya pasrah pada Allah SWT.
Seorang istri penyabar seperti istri Fir’aun yang Allah SWT gambarkan
pada ayat tersebut tentu memberikan jasa sangat besar dalam memelihara
keutuhan rumah tangga, kebahagiaan suami dan kegembiraan anak-anaknya.
Ia tidak akan mudah menceritakan kesulitan dan berbagai permasalahan
yang akan menyedihkan dan mecemaskan suaminya. Walaupun sebenarnya istri
menyimpan kepahitan dalam hatinya, semua kesulitan dihadapinya dengan
penuh ketabahan dan sikap pasrah kepada Allah. Hal itu menjadikan rumah
tangganya selalu dipenuhi kegembiraan, keceriaan dan penuh tawa.
Sabar dalam bahasa Arab bisa diartikan lapang dada menerima kesulitan,
kepahitan dan rintangan tanpa keluh kesah, menggerutu dan lainnya. Bila
seseorang menggerutu menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi
rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.
Istri yang sabar, maka ia akan memberikan semangat, motivasi dan
dorongan hidup kepada suaminya menghadapi segala macam hadangan dan
rintangan, namun ia juga dapat menjaga kehormatan suami di hadapan
anak-anak, orang lain dan lain sebagainya.
Walaupun dalam kondisi nyata, riil, pada kehidupan sekarang ini sangat
sulit, susah, jarang terjadi dan lainnya. Namun, sikap semacam ini akan
memunculkan hubungan yang cukup mesra dalam rumah tangga, karena
anak-anak selalu menaruh hormat kepada bapaknya.
Dan sebaliknya, jika istri seorang yang pemarah, serta karakter kurang
baik lainnya, maka akan menimbulkan konflik berkepanjangan dalam rumah
tangganya. Bahkan konflik tersebut bisa melebar kepada anak-anak, orang
tua, tetangga, bahkan masyarakat.
Jika hal ini terjadi, pasti anak-anak dalam rumah tangga semacam ini
akan mengalami stress dan kebingungan. Selain itu, tetangga pun akan
merasa enggan berdekatan dengan rumah tangga yang dipenuhi konflik.
Oleh karena itu, setiap laki-laki sangat perlu memperhatikan sifat calon istrinya (--begitu pula sebaliknya, setiap wanita juga sangat perlu untuk memperhatikan sifat calon suaminya--) apakah dia bersifat penyabar atau pemarah, tabah menempuh kesulitan atau manja.
Hal ini perlu diketahui oleh pasangan (calon suami dan istri),
sebab sifat buruk banyak berpengaruh dalam hidup berumah tangga. Karena
itu pastinya tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga dengan
suasana penuh permusuhan, pertentangan, perselisihan dan yang hanya akan
menciptakan hidup penuh derita dan nestapa.
Semoga keluarga atau mahligai pernikahan yang sudah kita bangun dari awal tidak kandas di tengah jalan. Semoga bahtera ini akan terus berjalan hingga layar terus berkembang tiba ditempat yang dituju. Wallahua’lam.

Ustadz Cepy Pramana