Islamedia - Dulu Al-Azhar dikenal
sebagai pusat peradaban ilmu ke-Islam-an yang moderat, banyak orang dari
berbagai belahan dunia berbondong-bondong mengambil istifadah ilmu di Al-Azhar.
Kini, konstelasi
politik Mesir yang telah terpecah belah masuk ke ranah Al-Azhar. Menyebabkan
kampus tercinta ternodai oleh aksi demonstrasi, pembakaran kampus Al-Azhar
-fakultas perdagangan-, di tempat terpisah terjadi pula pengrusakan fasilitas
kampus di Al-Azhar Putri, ditambah aksi pembunuhan massal secara terang-terangan
di mana-mana. Kesal namun bungkam, terasa mimpi menyaksikan kejadian yang ada.
Siapa yang salah?
Pemerintah adidaya
kah? Al-Ikhwanul Muslimun kah? Atau Grand Syekh Al-Azhar yang salah melangkah?
Rasanya tidak bisa menyalahi satu persatu dari mereka, itu semua sudah terjadi
dan harus ada jalan keluar terbaik.
Rekonsiliasi
kedua-belah pihak tidak akan berjalan mulus, kenyataannya seperti itu, bukan
untuk mematahkan semangat, tapi praktek di lapangan membuktikan masing-masing
kubu tetap terus bertahan dengan pendapatnya masing-masing. Akhirnya masyarakat
yang tak berdosa ikut merasakan kepahit-getiran suasana yang ada, mahasiswa
yang tak bersalah pun menjadi korban, kenyamanan terus dipertanyakan.
Jalan terakhir selain
pertolongan Allah sepertinya perlu ada wasilah campur tangan dan peran dunia
Islam untuk menghentikan kekacauan di Mesir.
Renungan dan Prediksi
Al-Qur’an
ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ
شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
“Masuklah kalian ke
negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman” (QS Yusuf [12]: 99)
Sejenak membaca
parsial ayat di atas seakan Al-Qur’an telah menjamin keamanan bagi siapa saja
yang hendak masuk ke Mesir. Tetapi setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata
dugaan jaminan keamanan itu kurang tepat, sebab ayat tersebut sama sekali
tidak menyifati Mesir sebagai sebuah negeri yang aman, tapi sifat aman berlaku
bagi keluarga Ya’qub as. sebagai sebuah jaminan.
Coba perhatikan zahir
ayat آمنين merupakan haal dari objek ادخلوا bukan haal/sifat dariمصر, itupun kedudukan i’rabnya merupakan jawab syarth. Artinya, jawab syarthterlaksana jika syarthnya terlaksana, dengan kata lain jaminan
keamanan hanya berlaku bagi keluarga Ya’qub as. saja, dan pada waktu itu saja,
bukan jaminan keamanan bagi tanah/negeri Mesir.
Jadi, rasanya kurang
tepat menjadikan ayat tersebut sebagai isyarat atau dalil bahwa Mesir mendapat
jaminan keamanan, apalagi sepanjang masa sebagaimana tanah Haram dalam surat
At-Tiin ayat 1-3:
وَالتِّينِ
وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3
“Demi (buah) Tin dan
(buah) Zaitun) (1), dan demi bukit Sinai (2), dan demi kota (Makkah) ini yang
aman (3)” (QS At-Tin [95]: 1-3)
Ayat di atas secara
sharih Allah menyifati Makkah sebagai negeri/kota yang aman وهذا البلد
الأمين. Jaminan keamanan ini sharih/tegas. Dan ditegaskan juga dalam ayat-ayat
lain yang berbicara tentang Haram (suci)-nya tanah ini. Keamanan dan
ke-Haram-an Makkah juga ditegaskan dalam ayat dan hadis-hadis shahih secara
bergandengan.
Jadi, kalau disebut
aman berarti juga bermakna haram. Tinggal selanjutnya bagaimana kita memahami
makna haram dan aman ini? Yang dipahami, sebagaimana disebutkan dalam
hadis-hadis shahih, keharaman di sini bermakna larangan menumpahkan darah dan
berperang, karena itulah disebut aman.
Dengan kata lain
kehendak Allah yang menjamin keharaman Makkah, adalah kehendak yang
sifatnya Syar’i bukan Qadari Kauniy. Kehendak Syar’i berarti kehendak yang disukai Allah,
tapi mungkin saja terjadi, mungkin saja tidak. Sedangkan Qadari, adalah kehendak Allah yang pasti terjadi,
baik Dia sukai atau tidak Dia sukai.
Sebagaimana dijelaskan
para Ulama yang membedakan antara dua Iradah ini (Syar’iyyah dan Qadariyyah Kauniyyah). Karena itulah sangat mungkin apa yang
diharamkan oleh Allah terjadi di tanah suci Makkah, sebagaimana pemberontakan
Juhaiman tahun 1979, dan Rusaknya Ka’bah oleh Yazid ibn Muawiyah dan Hajjaj,
serta terpenggalnya Abdullah ibn Zubair di pelataran Ka’bah oleh Hajjaj.
Ada ayat lain dalam
Al-Qur’an yang juga harus direnungkan lebih lanjut, mengisyaratkan akhir dari
konflik Mesir yang berkepanjangan, terdapat dalam surat Al-Qashash ayat 5:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ
عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ
وَنَجْعَلَهُمْ
أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ
“Dan Kami hendak
memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan
hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi)” (QS Al-Qashash [28]: 5)
Jika dianalogikan dari
ayat di atas mengindikasikan bahwa kekuasaan pemerintah yang lalim akan jatuh
di tangan rakyat yang terzalimi setelah melalui proses yang panjang, dalam
beberapa tafsir dikatakan setelah runtuhnya kerajaan Fir’aun, daerah-daerah
kekuasaan yang sebelumnya ada dalam kendali Fir’aun akhirnya diwarisi oleh nabi
Musa as. beserta umatnya -Bani Israil-. Mereka memperoleh akibat yang baik di
dunia sebelum di akhirat kelak.
Demikianlah Allah
memperlihatkan kekuasaan-Nya. Suatu hal yang rasanya tidak mungkin terjadi
yaitu tumbangnya suatu kekuasaan besar oleh orang-orang yang lemah karena
ditindas dan dianiaya. Benarlah Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja
yang dikehendaki-Nya, membuat dan mencabut kekuasaan dari siapa saja yang
dikehendaki-Nya, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
قُلِ اللَّهُمَّ
مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن
تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ
إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: “Wahai
Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran [3]: 26)
Ada ulama yang
mengatakan bahwa persoalan Mesir jangan dianggap sebagai konflik politik.
Sebab, jika melihat persoalan tersebut dari sisi politik saja maka hati akan
terasa kosong. Lebih dari itu, bahwa Allah telah menyiapkan skenario besar
dalam peristiwa ini.
Doa dan Harapan
Kesucian dan kemurnian
Al-Azhar tidak akan pernah punah jika seluruh komponen bersatu dalam menjaga
wibawa dan martabat Al-Azhar dari gempuran kelompok yang bermoral lacur, mereka
memang sengaja untuk menghancurkan kekharismatikan Al-Azhar. Ketahuilah bahwa
Al-Azhar akan tetap berdiri kokoh menjadi menara Islam di dunia.
Kami yang terikat
ukhuwah Islamiyah yang posisinya jauh dari Negeri Para Nabi itu hanya bisa
mendoakan dan terus mendoakan agar Mesir terhindar dari fitnah yang
berkepanjangan. Semoga saja bantuan doa kita semua yang tulus dipanjatkan bisa
menjadikan Mesir kembali pulih dari sakitnya dan semoga semua pihak bisa
mengintrospeksi diri. Allahumma Ihfadz Mishra wa Ahlaha. Ya Allah, jaga Mesir dan penduduknya. []
Wallahu a’lam.