Islamedia - Sauw Nawra gadis kecil berumur delapan tahun harus terdampar di camp
pengungsian dan berpisah dengan keluarga ibu dan ayahnya, kini ia
tinggal di camp pengungsian Pasar Tiga, Medan Sumatera Utara bersama
puluhan pengungsi Rohingya lainya.
Setelah sebelumnya lama terkatung-katung di laut bertarung dengan ombak, menahan rasa lapar dan dahaga karena kehabisan bekal. Lari dari kekejaman fundamentalis Budha di Myammar.
Selama hampir dua pekan (6-16 Desember), redaksi Islamicgeo.com bersama utusan Rohingya berada di Indonesia dan melakukan kunjungan ke camp-camp dan Rudenim pengungsi Rohingya di berbagai tempat di Indonesia. [M.Anas/Islamicgeco/YL/Islamedia]
Setelah sebelumnya lama terkatung-katung di laut bertarung dengan ombak, menahan rasa lapar dan dahaga karena kehabisan bekal. Lari dari kekejaman fundamentalis Budha di Myammar.
Sempat dua kali terdampar di dua pulau Thailand, namun mendapat
perlawanan dan pengusiran oleh Fundamentalis Budha di Thailand, hingga
akhirnya ditemukan oleh nelayan Indonesia, yang terpanggil oleh hati
nurani melihat kondisi Shaw naw Ra dan pengungsi lainnya yang sangat
memperihatinkan.
Utusan Rohingya (ARU) dan Kantor Berita Arakan (ANA) yang ditemani oleh
Redaksi Islamicgeo.com beberapa hari lalu (9/12) sempat bertemu dan
mewancarai langsung Sauw Nawra, perjalanan panjangnya hingga sampai ke
Indonesia.
Warga desa kami terpencar-pencar setelah orang Budha menyerang dan
membakar kampung kami, ibu dan ayahku pun lari ke arah lain, sementara
aku bersama saudaraku berlari ke arah berbeda, dan setelah berkali-kali
berusaha hingga akhirnya kami bisa menaiki perahu kecil bersama
sekelompok warga desa yang melarikan diri. Kami pun sampai ke kota
perbatasan Thailand; kami kembali mendapat serangan dari orang-orang
Budha Thailand dan kami kembali lagi ke laut".
Sang gadis kecil kembali melanjutkan perjuangannya
"Kemudian perahu terus bertarung dengan ombak, hingga kami sampai di
perbatasan lainnya di daerah Thailand, namun Angkatan Laut Thailand
mencegah kami, dan kami kembali lagi ke laut, hingga setelah
berhari-hari kami sampai dan terdampar di tempat yang tak kami ketahui,
dan kami pun bertahan di atas perahu hingga perbekalan makan dan minum
habis. Tangisan anak-anak dan perempuan pun semakin keras. Kami terus
dalam kondisi seperti ini, hingga perahu bergerak karena dorongan ombak,
kami kembali dibawah oleh ombak ke arah yang kemudian kami ketahui
-nelayan-nelayan Indonesia berlayar-, dan ketika nelayan-nelayan
Indonesia melihat kondisi kami, mereka pun mengambil dan menolong kami.
Dan memasukkan kami ke negeri ini, hingga perjalanan kami sampai ke camp
pengungsian di Indonesia ini."
Gadis kecil mengakhiri cerita perjalanannya dengan mengatakan:
"Dan aku sekarang hidup di sini bersama para pengungsi lainnya, namun
tanpa keberadaan ibu dan ayah, mereka masih terperangkap di dalam
Arakan".
Selama hampir dua pekan (6-16 Desember), redaksi Islamicgeo.com bersama utusan Rohingya berada di Indonesia dan melakukan kunjungan ke camp-camp dan Rudenim pengungsi Rohingya di berbagai tempat di Indonesia. [M.Anas/Islamicgeco/YL/Islamedia]