Islamedia - Dalam rentang Tahun 2020 – 2030 negeri kita bakal mendapat anugrah luar biasa berupa Bonus Demografi. Pada periode tersebut Indonesia akan memiliki ledakan aset sumber daya manusia potensial yang luar biasa dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai 70 % dari total jumlah penduduk yang diperkirakan mencercah 450 juta jiwa pada tahun 2035. Ini berarti 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia tidak produktif yang terdiri dari anak-anak dan lanjut usia.
Bayangkan jika semua usia produktif itu bekerja dan jumlah tanggungannya kecil, kedepan masyarakat sekaligus negara akan memiliki “saving” yang cukup besar.
Peristiwa Ini merupakan momentum berharga yang jika dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal akan memiliki dampak positif bagi percepatan peningkatan kualitas pembangunan dan kesejahteraan bangsa. Sebagaimana beberapa negara yang telah berhasil memanfaatkan bonus demografi ini untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, diantaranya Cina yang pertumbuhan ekonominya sebelum bonus demografi menjadi 9,2 persen,Korsel dari 7,3 menjadi 13,2, singapura dari 8,2 meningkat menjadi 13,6 dan Thailand dari 6,6 meningkat tajam menjadi 15,5.
Oleh karenanya beberapa persiapan menyongsong Bonus Demografi menjadi hal yang harus di utamakan oleh pemerintah jika kita tidak mau anugrah ini malah menjadi menjadi “bencana” buat negara. Antaranya :
(1) Pemerintah harus menyiapkan “Blue print” ideal sistem pembangunan dan pengembangan Generasi emas yang berkualitas demi menjawab tantangan pasar international yang kompetitif kedepannya. Anggaran 20% bagi pendidikan harus bisa dimanfaatkan seluas-luasnya bagi upaya ini. Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura. Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing.
(2) Perbaikan Mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Bangsa yang kuat dan berkualitas hanya akan terwujud jika kita memiliki SDM yang sehat jiwa dan raga. Menyiapkan generasi yang sehat sama pentingnya dengan menyiapkan generasi yang cerdas. Upaya informasi, edukasi dan konseling bagi peningkatan status kesehatan masyarakat harus menjadi porsi utama untuk mewujudkan generasi yang sehat. Tindakan preventif terhadap upaya yang dapat melemahkan generasi kita seperti narkoba, rokok, seks bebas maupun MIRAS harus di jauhkan. Aspek lain yang juga harus mendapatkan perhatian adalah tingkat ASFR yang masih tinggi, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 membuktikan bahwa angka fertilitas remaja (ASFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan.
Kehamilan pada remaja (usia 15–19 tahun) banyak menyumbang kepada jumlah kematian Ibu di Indonesia, sebab persalinan terlalu muda berisiko tinggi terjadinya komplikasi saat melahirkan, sehingga ibu terancam mengalami perdarahan selain itu Persalinan di usia muda juga mengancam keselamatan bayi lantaran risiko bayi kurang gizi (berat badan rendah) dan lahir cacat sangat tinggi. Belum lagi ibu-ibu muda ini yang notabene tergolong kepada SDM usia produktif harus kehilangan masa emasnya untuk meningkatkan kualitas diri sekaligus mengaktualisasikan dirinya.
(3) Perluasan lapangan kerja dan wiraswasta. Bonus Demografi akan lebih dirasakan lagi di seluruh lapisan masyarakat jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai juga dengan terciptanya lapangan kerja yang banyak. Upaya perluasan kesempatan bekerja yang bervariatif juga harus direncanakan secara baik oleh pemerintah sehingga mampu menyasar ke seluruh lapisan masyarakat. Dari yang berpendidikan tinggi hingga yang rendah harus sama-sama memiliki akses mendapatkan penghidupan sesuai kemampuannya masing-masing. Strategi yang juga harus di kembangkan adalah mencetak pelaku usaha ( Intrepreuneur) baru dengan terus mengedukasi wirausahawan muda, agar jangan hanya berpaku pada lahan pekerjaan yang ada tapi siap membuka lahan kerja baru.
Oleh itu persiapan menyongsong bonus demografi itu harus dimulai dari sekarang, agar pada waktunya kita tidak panen “persoalan” tapi “kesejahteraan”.
Mensukseskan bonus demografi dalam rangka mewujudkan Golden Generation tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan stakeholder. Tetapi perlu partisipasi masyarakat dan peran penting pihak swasta sebagai pelaku usaha. Harapannya, bonus demografi sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi sebuah keniscayaan.
Dra. Wirianingsih, M.Si.
Bayangkan jika semua usia produktif itu bekerja dan jumlah tanggungannya kecil, kedepan masyarakat sekaligus negara akan memiliki “saving” yang cukup besar.
Peristiwa Ini merupakan momentum berharga yang jika dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal akan memiliki dampak positif bagi percepatan peningkatan kualitas pembangunan dan kesejahteraan bangsa. Sebagaimana beberapa negara yang telah berhasil memanfaatkan bonus demografi ini untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, diantaranya Cina yang pertumbuhan ekonominya sebelum bonus demografi menjadi 9,2 persen,Korsel dari 7,3 menjadi 13,2, singapura dari 8,2 meningkat menjadi 13,6 dan Thailand dari 6,6 meningkat tajam menjadi 15,5.
Oleh karenanya beberapa persiapan menyongsong Bonus Demografi menjadi hal yang harus di utamakan oleh pemerintah jika kita tidak mau anugrah ini malah menjadi menjadi “bencana” buat negara. Antaranya :
(1) Pemerintah harus menyiapkan “Blue print” ideal sistem pembangunan dan pengembangan Generasi emas yang berkualitas demi menjawab tantangan pasar international yang kompetitif kedepannya. Anggaran 20% bagi pendidikan harus bisa dimanfaatkan seluas-luasnya bagi upaya ini. Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura. Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing.
(2) Perbaikan Mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Bangsa yang kuat dan berkualitas hanya akan terwujud jika kita memiliki SDM yang sehat jiwa dan raga. Menyiapkan generasi yang sehat sama pentingnya dengan menyiapkan generasi yang cerdas. Upaya informasi, edukasi dan konseling bagi peningkatan status kesehatan masyarakat harus menjadi porsi utama untuk mewujudkan generasi yang sehat. Tindakan preventif terhadap upaya yang dapat melemahkan generasi kita seperti narkoba, rokok, seks bebas maupun MIRAS harus di jauhkan. Aspek lain yang juga harus mendapatkan perhatian adalah tingkat ASFR yang masih tinggi, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 membuktikan bahwa angka fertilitas remaja (ASFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan.
Kehamilan pada remaja (usia 15–19 tahun) banyak menyumbang kepada jumlah kematian Ibu di Indonesia, sebab persalinan terlalu muda berisiko tinggi terjadinya komplikasi saat melahirkan, sehingga ibu terancam mengalami perdarahan selain itu Persalinan di usia muda juga mengancam keselamatan bayi lantaran risiko bayi kurang gizi (berat badan rendah) dan lahir cacat sangat tinggi. Belum lagi ibu-ibu muda ini yang notabene tergolong kepada SDM usia produktif harus kehilangan masa emasnya untuk meningkatkan kualitas diri sekaligus mengaktualisasikan dirinya.
(3) Perluasan lapangan kerja dan wiraswasta. Bonus Demografi akan lebih dirasakan lagi di seluruh lapisan masyarakat jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai juga dengan terciptanya lapangan kerja yang banyak. Upaya perluasan kesempatan bekerja yang bervariatif juga harus direncanakan secara baik oleh pemerintah sehingga mampu menyasar ke seluruh lapisan masyarakat. Dari yang berpendidikan tinggi hingga yang rendah harus sama-sama memiliki akses mendapatkan penghidupan sesuai kemampuannya masing-masing. Strategi yang juga harus di kembangkan adalah mencetak pelaku usaha ( Intrepreuneur) baru dengan terus mengedukasi wirausahawan muda, agar jangan hanya berpaku pada lahan pekerjaan yang ada tapi siap membuka lahan kerja baru.
Oleh itu persiapan menyongsong bonus demografi itu harus dimulai dari sekarang, agar pada waktunya kita tidak panen “persoalan” tapi “kesejahteraan”.
Mensukseskan bonus demografi dalam rangka mewujudkan Golden Generation tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan stakeholder. Tetapi perlu partisipasi masyarakat dan peran penting pihak swasta sebagai pelaku usaha. Harapannya, bonus demografi sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi sebuah keniscayaan.
Dra. Wirianingsih, M.Si.