Islamedia - Tak ada yang mengira pria kurus ini adalah seorang guru
olahraga yang setiap hari – harinya mengajar Pendidikan Jasmani. Ya, karena
selain berperawakan kurus, pria yang bernama lengkap Putra Rahmat Kurniawan ini
dari kostum yang dikenakannya sangat jauh dari guru penjas kebanyakan. Pria ini
lebih sering berpenampilan ustadz, pakaian yang hampir semuanya mirip dengan
pakaian (alm) Ust Jefry Al Bukhory. Berpakaian dengan model gamis dengan warna
mencolok warba warni, kadang ungu, kadang hijau, bahkan tak jarang berpakaian
merah ngejreng, pund engan kepala yang selalu berpeci.
Buku – bukur referensi yang
dipajang di rak rumahnya, di kompleks perumahan Terminal Induk Wonogiri pun
jauh dari buku – buku referensi Penjas selama ini, karena buku – buk yang
dipajang dirak adalah buku tafsir Qur’an, kitab Ihya Ulumudin, buku – buku Aa
Gym, dan buku referensi keislaman lainnya.
Pria yang sehari – harinya
mengampu mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SDN Jatisrono V Wonogiri ini
memang Nampak sedikit berbeda dengan guru Penjas kebanyakan. Selain penampilan
yang sangat mirip dengan ustadz, Putra memang seorang ustadz beneran. Tercatat,
dari pengakuannya beberapa waktu lalu, pria alumni PJKR Universitas Negeri
Semarang ini memiliki beberapa majelis taklim ibu – ibu di Wonogiri.
“Konsep yang saya pakai gaul tapi
mengena. Saya padukan konsep gaul ala Ustadz Jefry dengan penyampaian ala
Ustadz Maulana. Alhamdulillah dua –duanya mengena. Saya padukan juga konsep
muhasabah diakhir majelis seperti ustadz favorit saya dulu saat kuliah di
Unnes, Ustadz Usep Badruzzaman, para ibu itu juga banyak yang menitikkan air
mata,” jelas pria yang juga instruktur
senam ini.
Dikatakan Putra, bahwa untuk
menjadi ustadz itu sebenarnya tidak harus menempuh kuliah di fakultas dakwah
atau tarbiyah di Sekolah Islam, bahkan dari bidang ilmu manapun, dari profesi
apapun, ustadz tidak mengenal profesi ataupun disiplin ilmu.
“Jadi sebenarnya ustadz itu
adalah sebuah kebutuhan bagi kita, panggilan jiwa sebagai seorang muslim.
Memberikan ilmu keislaman atau bisa disebut dengan mendakwahkan Islam. Dan
mendakwahkan islam itu wajib bagi seluruh ummat Islam, termasuk guru penjas
seperti saya,” tandas pria yang hobi bermain basket ini.
Salah satu yang sebenarnya bisa dilakukan,
imbuh pria gemar memakai motor gedhe (Moge) ini adalah dengan mencontohkan dengan
tindakan. Dikatakan Putra, jika apapun dilakukan sembari mencontohkan, maka
orang akan lebih mudah untuk terpengaruh dalam hal kebaikan. “Misalnya ketika
panggilan adzan di masjid atau surau terdengar, lalu kita bergegas untuk datang
ke masjid dan sholat di awal waktu, dan hal tersebut dilakukan berulang –
ulang, maka orang cenderung lebih mudah mengikuti ajakan kita,” ungkapnya.
Selain beraktivitas sebagai guru
Penjas di SDN V Jatisrono, pria yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya
ini juga aktif diberbagai pengajian keislaman di Wonogiri, baik sebagai peserta
maupun sebagai ustadz. Selain itu dia juga aktif dalam komunitas One Day One
Juz, komunitas membaca Quran online yang sekarang sedang naik daun.
Dwi Purnawan (Twitter
@dwi_itudua)