[#AYTKTM] Surat Cinta untuk Perempuan Sederhana -->

[#AYTKTM] Surat Cinta untuk Perempuan Sederhana

Admin
Sabtu, 28 Desember 2013
Islamedia - Dia perempuan sederhana, tak pernah kulihat polesan bedak dipipinya, wajahnya teduh, sesekali tampak cerewet, ketika urusan bantu-membantu keluarga dia mungkin orang yang paling ngotot menjadi yang pertama.

Dia seakan selalu menjadi inspirasi untuk saya selalu berprinsip Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani.

Pada kesempatan ini ingin kusampaikan surat cinta kepadanya.

Surat Untuk Istriku : Epi Puji setiawati yang sesekali ku panggil Mei.

Untuk  Mei, yang senantiasa ku rindu…
Mei, tak terasa kita sudah mendarat lagi di pelataran Desember, tepatnya beberapa jam yang lalu setelah kita saling bertukar senyum dan kenangan.

Kenangan tentang perjalanan kita yang mengulang pada putaran yang sama dan sekedarnya.
Aku melamarmu di bulan Mei, menikahimu, dan sampai lahirnya ke dua anak kita juga di pelataran Mei, betapa bulan selalu mengelabui kita dengan dongeng kusam yang sepatutnya kita kuburkan.

Duduklah sejenak, biar kupandangi saja kau hingga fajar, aku ingin membaca tiap ruas rusukmu yang aku patahkan, juga tiap senyummu yang menjadi kabur, keriput pipimu yang menggenang laksana bukit nan ngarai. 

Bahkan aku lupa foto terakhir yang kau abadikan, tentang sebuah kedigdayaaan perempuan ; dan Aku mengagumimu.

Mei, ingatkah kita menikah waktu itu usia kita masih belasan, lalu kita bermimpi tentang jendela yang kita beri tirai bunga-bunga, dan kita terbang laksana merpati, aku menikahimu dalam derai tangisan yang lugu. Apakah kau menyadari itu?

Lelakimu yang periang tiba-tiba berpugak-pugak membanting tulang, juga lelakimu yang kau ikuti kemanapun pergi, hanya sekedar meninggalkan mendung pada langitmu.

Aku berterimakasih karena kau telah mengajariku terbang dengan sepasang sayap, mengajariku menyenyumi bara, dan berkelahi dengan ketakutan.

Lihatlah tubuhmu, tak ada sisa-sisa periode kegembiraan pada masa mudamu yang kau tinggalkan.
Kita menghabiskan sore dengan drama keluarga, yang terlahir dari Mei.

Mei, yang semoga Alloh senantiasa menyayangimu…

Aku ingin mencoba mereka-reka bait senyummu di pertemuan kita yang terakhir nanti.
Jika tiba-tiba kelak malam gelap dan hilanglah semua, ku ingin kau menuliskan namaku dalam sejarahmu yang bertinta emas, bahwa aku adalah lelakimu yang bertanggung jawab.
Yang merelakan mengubur dalam-dalam bangku kuliah, dan belajar banyak hal padamu tentang kehidupan, tentang kupu-kupu yang terbang rendah di halaman.

Wahai Mei, Bersabarlah!


Jika kelak aku mendahuluimu :
Anggaplah tak ada apa-apa, kecuali retak-retak kecil yang mengelupas ditubuhmu.
Biar orang-orang tahu bahwa pertemuan-pertemuan kita adalah hanya deretan langkah kaki yang mengilu beku.

Yang Illahi putuskan pada setiap perjalanan kita.
Lalu kabarkan pada orang-orang ;
Bahwa engkau hanya menemaniku di sini, sambil bercakap dan sambil menunggu,
Dia menjemputku, menjemputmu, menuju suatu tempat yang didalamnya mengalir sungai-sungai susu.

Katakan juga : betapa aku mengagumimu.

Mei, aku senantiasa merindukanmu.
Semoga Alloh menjagamu….

Apapun yang terjadi tetaplah menjadi pribadi yang senantiasa melayani dengan tulus.

Dari suamimu
Achmad Miladi


Biodata Penulis :

Achmad Miladi adalah penulis asal Tegal yang aktif di FLP Tegal, pernah belajar di PP. DARUT TAUHID BANDUNG, sekarang bekerja di SPBU.44.524.01 Prupuk Kaligayam Margasari Tegal, bisa dihubungi di nomor hp : 085727148656, karya-karyanya ada di Buku kumpulan Puisi DARAH DI BUMI SYUHADA, Fam Publishing. Buku Kumpulan Cerpen dan Puisi Bulan Tuhan, Sembilan Mutiara Publishing.


[Lomba #AYTKTM]