Islamedia - Aku
berasal dari keluarga yang pas pasan. Sejak aliyah aku merantau ke Surabaya
untuk sekolah, Bapakku hanya mengirimkan uang sekali dalam sebulan.
Rutinitas
itu berlangsung terus sampai aku duduk dibangku kuliah.Kebutuhanku semnakin
meningkat.Kehausan akan ilmu, pengalaman baru,berinteraksi sosial menuntutku
lebih bisa mandiri dalam hal finansial.Tidak bisa hanya mengandalkan kiriman
orang tua.Akhirnya,sejak semester dua aku mulai mengajar di Taman Pendidikan
AL- Qur'an (TPA).
Pada
tahun berikutnya, aku juga mengajar privat Al-Qur'an dan bahasa
Arab. Alhamdulillah, berapapun honor yang diterima dapat menyambung asa yang
terus berkembang. Walau sibuk, aku juga masih aktif di organisasi
mahasiswa.
Ketika memasuki semester empat, organisasi kemahasiswaanku mendirikan
Linguist Forum, yang kemudian berkembang menjadi lembaga penerjemah. Aku ikut
menjadi pekerjanya. Alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menurunkan
rezeki-Nya melalui lembaga ini.
Bulan
Ramadhan datang, Santriku di TPA An-Noor membludak. Mereka yang tadinya tidak
aktif jadi bersemangat masuk. Entahlah, mungkin semarak bulan suci menarik mereka
kembali aktif. Apalagi setelah aktivitas mengaji selesai ada buka bersama.
Hari itu
uang sakuku benar – benar habis. Sudah kurapikan semua barang – barangku di
kamar. Biasanya ada yang terselip. Memang benar, tapi hanya cukup untuk buka
nanti sore, itupun dengan lauk yang paling sederhana. Tak apalah, syukur masih
bisa berbuka.
Waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Sudah
terdengar gema sahur bersahutan. Aku terjaga, cepat cepat aku tuang air
putih, bismillah, satu gelas, dua gelas, tiga gelas habis. Lalu berbaring
kembali. Sebentar lagi teman – teman bangun untuk sahur. Kita biasa bergiliran
beli makan sahur ke warung.
Ada seorang teman menggoyang goyang
pundakku. Berniat membangunkan untuk sahur. Aku pura pura geliat. ”Aku sudah
sahur, tadi minum air putih. Nggak nitip makan, malas. Mau tidur lagi, masih
ngantuk,” ucapku. Padahal aku betul – betul sadar, hanya tidak ada uang untuk
beli makan.
Ya Rabb, aku akan buktikan sejauh mana Engkau
biarkan hamba-Mu lapar. Pagi hari aku beraktifitas seperti biasa, kuliah dan
pergi ke perpustakaan. Siang hari badan sudah terasa loyo. Tidur siang, semoga
bisa mendatangkan energi baru. Sore hari ke TPA. Ya Allah, masihkah ada
kekuatan. Banyak manusia berhari - hari tidak makan tapi masih mampu berjalan
jauh.
Dengan
Tenaga yang masih tersisa aku berjalan ke TPA yang jaraknya sekitar emapat kilometer
dari kontrakanku. Disana anak - aanak sudah menunggu. Masih ramai, meski Ramadhan
sebentar lagi berlalu. Selesai kegiatan TPA, waktunya berbuka bersama. Snack dan
minuman sore itu terasa begitu nikmat. Sebelum pulang, panitia membawakanku snack
satu tas plastik. Wah bisa dibagi ke teman - teman dikontrakan dan masih ada buat
sahur nanti malam. Alhamdulillah, meski nggak punya uang masih bisa makan.
Menjelang
isya' ada tamu ke kontrakan. Ternyata direktur TPA bersama panitia Ramadhan.
Mereka menyerahkan beberapa amplop. Ternyata honor mengajar TPA selama empat
bulan dan zakat dari panitia.
Subhanallah walhamdulillah. Cukup untuk bekal
harian sampai pulang ke kampung nanti. Ya Rabb, Betapa Engkau tak pernah menyia –
nyiakan hamba-Mu.
Vonda Aprilianto
Perumahan kontrak Krian indah
regency Junwangi
Ds Kemasan Kec Krian Kab Sidoarjo
[Lomba #AYTKTM]