Islamedia - Orang
sering memanggilnya Sri, lengkapnya Sri Romadhoni. Ia salah satu dari ibu-ibu
yang ikut halaqah pekanan ditempat tinggalku. Entah bagaimana awalnya aku bisa
mengenalnya. Kesan pertama yang aku ingat saat bertemu dengannya adalah lembut
dan santun. Aku memanggilnya Mbak Sri, sapaan hormat sesama orang jawa.
Mbak
sri memiliki dua orang putra, suaminya hanya seorang petani yang lahannya masih
ngontrak di lahan milik orang lain. Sambil menunggu masa panen, suaminya
menyambi kerja sebagai seorang pemulung. Penghasilannya tidak seberapa. Terkadang ia berkunjung
kerumahku sekedar meluahkan gundah gulana hatinya. Yang tak akan pernah ku lupa adalah
kebiasaannya mengunjungiku sambil membawa hasil panen suaminya. Ubi, terong,
pisang, kacang panjang, dan tanaman palawija lainnya.
Subhanallah… Bukan hanya
aku, tetangga sebelah rumah ku pun selalu ia berikan hadiah-hadiah sederhana
yang ia mampu. Qona’ah. Itu gelar yang pantas ia dapatkan. Mengapa? Karena
selama ia menceritakan rahasia hidupnya padaku, tak pernah terucap kata-kata
kekufuran atas nikmat yang Allah berikan melalui tangan suaminya, tak pernah ia
menyesali posisinya sebagai seorang istri petani yang penghasilannya kurang
dari cukup.
Justru, ia mengundang keberkahan rezeki itu dengan memberi dan memberi. Ia tak pernah malu dengan apa yang ia beri, ia tak pernah minder jika harus mendatangi rumah teman-temanku yang lebih layak dari rumahnya sambil membawa oleh-oleh yang mungkin dipandang sebelah mata oleh mereka yang berada. Kebiasaan itu ia dawamkan sampai ia dan keluarganya meninggalkan kami. Enam bula yang lalu, ia pindah ke kampung halaman suaminya di pulau jawa.
Justru, ia mengundang keberkahan rezeki itu dengan memberi dan memberi. Ia tak pernah malu dengan apa yang ia beri, ia tak pernah minder jika harus mendatangi rumah teman-temanku yang lebih layak dari rumahnya sambil membawa oleh-oleh yang mungkin dipandang sebelah mata oleh mereka yang berada. Kebiasaan itu ia dawamkan sampai ia dan keluarganya meninggalkan kami. Enam bula yang lalu, ia pindah ke kampung halaman suaminya di pulau jawa.
Saat
aku menulis kisah ini, aku begitu merindukannya. Rindu dengan kebiasaan
baiknya, yang hari-harinya tak lekang dari kebiasaan bersedekah. Qona’ah dan apa adanya. Watak asli yang
menghiasi kesehariannya.
“Ya
Allah, perbanyaklah harta kekayaannya dan juga anaknya serta berikanlah berkah kepadanya atas apa
yang telah Engkau karuniakan kepadanya. Dan panjangkanlah kehidupannya pada
ketaatan”
Mbak
sri, hanya doa ini yang bisa aku kirimkan untukmu, semoga doaku ini menjadi
saksi atas harta yang telah engkau sedekahkan kepadaku, tetanggaku, dan
orang-orang yang pernah menikmati hasil panenmu itu.
Yuyun Kusuma Wardani
Kampar, Riau
[islamedia]