Islamedia - "Saya Mohammed Morsi, presiden republik ini. Saya merupakan presiden Mesir yang sah. Anda tidak memiliki hak untuk memimpin persidangan masalah presidensial," ujarnya lantang.
Ya, dia lah Presiden Mesir terpilih yang sah, Muhammad Mursi, yang izzahnya menyatu dengan ketegaran para pendukungnya di medan Rabi'ah dan berbagai penjuru Mesir.
Setelah militer negeri itu merampok kepemimpinannya pada Rabu 3 Juli 2013, gelombang demonstrasi mendukung Mursi bergulir di seantero negeri seribu piramida. Hatta darah dan nyawa yang terenggut, para pendukungnya tak gentar karena mereka meyakini membela hak adalah jihad. Membela harta dan kehormatan diakui sebagai jihad dalam Islam, dan mati membelanya adalah syahid.
Kemarin, Selasa (5/11/2013) Mursi diseret ke pengadilan dengan tuduhan yang aneh: pembunuhan atas 900 demonstran. Padahal pembunuhan itu dilakukan oleh militer sendiri. Sepanjang kepemimpinannya, tak ada tampak sifat diktator. Ia begitu dekat dengan rakyat. Bahkan tak ada rasa takut di hati rakyat untuk mengkritiknya langsung.
"Saya presiden yang sah, sedang kalian ilegal," dengan suara lantang Mursi berkata kepada barisan hakim di meja hijau. Para tawanan lain pun turut berteriak "ilegal... ilegal."
Bila seseorang tidak memiliki rasa takut kecuali hanya kepada Allah swt, maka dunia lah yang takut kepadanya.
Mursi dengan berani mengultimatum majelis hakim karena telah menghalang-halanginya menjalankan tugas negara. Tingkahnya ini tak terganggu oleh fakta ia sedang di bawah sandera militer yang khianat.
"Sampaikan salam kepada rakyat Mesir, katakan, saudara kalian Mursi tetap teguh, takkan menjual tanah air dan agamanya dengan kehinaan.. !" Ucapan itu bak halilintar meraung di tengah ruangan sidang.
Izzah ini pada akhirnya membuat rezim militer dan pendukungnya harus meredakan gemetar kaki mereka dalam waktu yang lama. Tak cukup nyali bagi mereka untuk menggelar sidang kembali dalam waktu yang dekat. Mereka meminta tangguh hingga 8 Januari 2014 mendatang. Itu pun kalau gemetar di badan mereka sudah hilang.
Allahu Akbar. Tak kan surut walau selangkah. Tak kan henti walau sejenak. Cita kami hidup mulia. Atau syahid mendapat surga.
Ya, dia lah Presiden Mesir terpilih yang sah, Muhammad Mursi, yang izzahnya menyatu dengan ketegaran para pendukungnya di medan Rabi'ah dan berbagai penjuru Mesir.
Setelah militer negeri itu merampok kepemimpinannya pada Rabu 3 Juli 2013, gelombang demonstrasi mendukung Mursi bergulir di seantero negeri seribu piramida. Hatta darah dan nyawa yang terenggut, para pendukungnya tak gentar karena mereka meyakini membela hak adalah jihad. Membela harta dan kehormatan diakui sebagai jihad dalam Islam, dan mati membelanya adalah syahid.
Kemarin, Selasa (5/11/2013) Mursi diseret ke pengadilan dengan tuduhan yang aneh: pembunuhan atas 900 demonstran. Padahal pembunuhan itu dilakukan oleh militer sendiri. Sepanjang kepemimpinannya, tak ada tampak sifat diktator. Ia begitu dekat dengan rakyat. Bahkan tak ada rasa takut di hati rakyat untuk mengkritiknya langsung.
"Saya presiden yang sah, sedang kalian ilegal," dengan suara lantang Mursi berkata kepada barisan hakim di meja hijau. Para tawanan lain pun turut berteriak "ilegal... ilegal."
Bila seseorang tidak memiliki rasa takut kecuali hanya kepada Allah swt, maka dunia lah yang takut kepadanya.
Mursi dengan berani mengultimatum majelis hakim karena telah menghalang-halanginya menjalankan tugas negara. Tingkahnya ini tak terganggu oleh fakta ia sedang di bawah sandera militer yang khianat.
"Sampaikan salam kepada rakyat Mesir, katakan, saudara kalian Mursi tetap teguh, takkan menjual tanah air dan agamanya dengan kehinaan.. !" Ucapan itu bak halilintar meraung di tengah ruangan sidang.
Izzah ini pada akhirnya membuat rezim militer dan pendukungnya harus meredakan gemetar kaki mereka dalam waktu yang lama. Tak cukup nyali bagi mereka untuk menggelar sidang kembali dalam waktu yang dekat. Mereka meminta tangguh hingga 8 Januari 2014 mendatang. Itu pun kalau gemetar di badan mereka sudah hilang.
Allahu Akbar. Tak kan surut walau selangkah. Tak kan henti walau sejenak. Cita kami hidup mulia. Atau syahid mendapat surga.