Islamedia - Untuk mendapatkan informasi-informasi penting, FBI kerap kali menggunakan orang dalam untuk dijadikan informan / mata-mata. Cara ini tentu sangat efektif untuk mengorek informasi yang diinginkan.
Seperti terhadap Muhammad Tanvir, ia diminta agar menjadi informan bagi FBI. Namun Muhammad Tanvir menolak permintaan FBI. Penolakan ini berujung dilarangnya ia bepergian dari daerahnya. Atas dicabutnya hak bepergian, lelaki muslim Amerika Serikat ini menggugat Biro Penyelidik Federan (FBI) dan departemen keamanan dalam negeri lantaran masuk dalam daftar orang dilarang bepergian. M. Tanvir yang tinggal di Negara Bagian New York ini menduga pelarangannya berkaitan dengan penolakan dia hendak dijadikan mata-mata.
Surat kabar the Huffington Post melaporkan, Sabtu (5/10), Tanvir mengatakan dia bukan orang yang perlu dicurigai. "Saya hanya bekerja di tempat pertukaran uang di Kota Bronx dan tidak menimbulkan ancaman teror," ujarnya.
Tanvir menduga ini praktik FBI demi membatasi kaum muslim menolak bekerja sama dengan mereka sebagai mata-mata.
Saat dihubungi oleh media, FBI menolak berkomentar.
Tanvir bukan satu-satunya ditawarkan menjadi mata-mata. Seorang pegiat pro-Palestina Kevin Irahina pernah dilarang terbang dari Negara Bagian San Diego ke Kosta Rika. Rupanya FBI menggiringnya ke sebuah tempat dan mereka menawarkan Irahina menjadi informan.
Cara-cara inilah yang sangat mengkhawatirkan barisan kaum muslimin, yakni adanya informan dari dalam yang sengaja ditempatkan untuk menghancurkan keutuhan barisan.