Kunjungan Strategis Aher ke Turki dan Peluang Foreign Direct Investment di Indonesia -->

Kunjungan Strategis Aher ke Turki dan Peluang Foreign Direct Investment di Indonesia

Admin
Selasa, 29 Oktober 2013
Islamedia - Kunjungan yang sedang dilakukan rombongan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ke Turki sebetulnya tak terlalu istimewa jika dilihat bahwa telah ada kerjasama panjang antara Indonesia dengan pemerintah Turki, sehingga yang dilakukan rombongan Aher bisa disebut sebagai penajaman dan perluasan kerjasama antar negara. 

Tapi jika dilihat bahwa ada peluang besar untuk pengembangan ekonomi nasional, tidak hanya untuk Jawa Barat, maka kunjungan ini bisa berarti sangat strategis. Sekali lagi bukan hanya untuk Jawa Barat dengan luas wilayah, potensi alam dan sumber daya manusia terbesar di Indonesia dibandingkan propinsi lain, tapi juga untuk kepentingan ekonomi Indonesia.

Indonesia dan Turki adalah anggota kelompok negara berkembang (Developing 8/D-8), yang sebagian besarnya berpenduduk muslim. Kelompok D-8 dibentuk di Istambul pada 15 Juni 1997 sebagai aliansi untuk pembangunan ekonomi negara-negara anggotanya. “Kedua negara juga memiliki banyak kesamaan. Secara khusus , Indonesia dan Turki sering disebut sebagai model di mana demokrasi, Islam, dan modernitas dapat hidup berdampingan,” kata Seskab Dipo Alam bulan Agustus lalu saat memberikan sambutan pada ulang tahun kemerdekaan (Victory Day) Turki di Jakarta. Hubungan Indonesia dan Turki bahkan sudah semenjak masa penjajahan. Konsul Turki di masa kolonial Belanda, menempati gedung yang saat ini menjadi Museum Tekstil di Tanah Abang Jakarta Pusat.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki pada 28 Juni – 1 Juli 2010, yang dianggap sukses dan bersejarah mengingat kunjungan terakhir presiden RI ke Turki adalah pada tahun 1985. Semenjak itu banyak hal yang kemudian disepakati dan dikerjasamakan kedua negara. Presiden telah membarui hubungan yang pernah terbina erat di masa lalu. Saat ini, hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia – Turki telah terjalin dengan baik dan kedua negara telah menandatangani beberapa perjanjian bilateral sebagai  kerjasama, antara lain Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknik, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, Persetujuan Promosi dan Perlindungan Penanaman Modal Bersama.

Nilai perdagangan kedua negara selama lima tahun terakhir menunjukkan surplus untuk Indonesia dengan peningkatan rata-rata 30 persen per tahun. Ekspor Indonesia ke Turki setiap tahun meningkat, pada 2005 sebesar 745 juta dolar AS, sedangkan pada 2004 (623,4 juta dolar), 2003 (450,3 juta dolar) dan 2002 (327 juta dolar).

Istambul yang berlokasi 5 jam perjalanan darat dari Ankara adalah sentra bisnis, sementara Ankara adalah ibu kota Negara. Serupa dengan Jawa Barat yang menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia, Istambul adalah wilayah yang memiliki alam nan Indah dan destinasi pariwisata, sumber daya alam, pendidikan yang luar biasa. Bedanya, Istambul telah menggarapnya dengan baik sehingga menjadi primadona wisata dunia dan barometer pendidikan terbaik di Eropa. Promosi dengan gencar dilakukan sehingga masyarakat seluruh dunia menjadikan Turki sebagai tujuan wisata utama dunia, bahkan setiap tahun Indonesia menyumbang sekitar 60.000 wisatawan ke Turki. 
Aher berpidato pada Acara Seminar di Turki
Dan disinilah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengambil peranan strategisnya untuk menerjemahkan kerjasama menjadi lebih kongkrit dan menjadi manfaat bagi kedua negara. "Membangun komitmen dengan Turki untuk meningkatkan volume perdagangan kedua negara hingga 2,24 miliar dolar AS pada 2015, " ungkap Aher – panggilan akrabnya, pertengahan pekan lalu sebelum bertolak ke Istambul. Selain memenuhi undangan sebagai pembicara di Forum Democratic and Economic Youth Summit 2013 (DEYS 2013) yang berlangsung di Istambul, rombongan Jawa Barat juga mencari peluang kerjasama ekonomi di bidang pendidikan, energi dan pariwisata.

Belum usai dari roadshow, di sela kunjungannya, rombongan Gubernur Ahmad Heryawan membawa berita gembira. Proyek infrastruktur berupa pembangunan jalan tol, pengelolaan geothermal (energi panas bumi), tekstil dan pertanian akan siap masuk ke Indonesia. Mekanisme akan dilakukan melalui B2B dengan badan usaha milik pemerintah provinsi Jabar. “Semua pihak yang kami datangi menyatakan antusiasme dan tertarik untuk melakukan investasi di Jabar. Kita tahu ekonomi Turki saat ini sedang tumbuh dan baru keluar dari krisis yang melanda Eropa”, lanjut Aher. 
Berdiskusi Ekonomi dan Investasi dengan warga Turki
Foreign Direct Investment (FDI) menjadi keran investasi baru yang bisa diandalkan untuk pengembangan ekonomi wilayah, karena membuka peluang kerjasama swasta dalam negeri dengan swasta luar negeri secara langsung. Dengan FDI, maka investor asing dengan kontrol pemerintah bisa ikut terlibat dalam kepemilikan dan investasi domestik. Apa yang sedang dikembangkan oleh Jawa Barat bisa menjadi model bagi kerjasama serupa oleh wilayah/ propinsi lain dengan Turki, karena sebagaimana kita ketahui, Turki menjadi motor ekonomi Eropa saat ini. Dengan 78 juta penduduknya (terbesar di Eropa) Turki sedang menggeliat dan mencari mitra-mitra strategis di luar negeri, baik pada skala negara maupun mitra investasi perusahaan.

Tak hanya di level wilayah/ propinsi, kerjasama lebih kongkrit dengan Turki bisa dibina untuk tingkat nasional/ Indonesia, karena Turki sangat kuat di produksi peralatan militer, pangan alternatif (produksi gandum dan biji-bijian Turki adalah salah satu yang terbesar di dunia) dan juga konstruksi (harga produk konstruksi Turki bersaing dengan Cina dan India).  


Endy J. Kurniawan (Twitter @endykurniawan) 
adalah Pegiat Gerakan "Indonesia Berdaya", Penulis buku Investasi "Think Dinar" & "Think Gold" dan pembicara seminar Investasi, Media dan Wirausaha