Islamedia - Kunjungan yang sedang dilakukan rombongan Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan ke Turki sebetulnya tak terlalu istimewa jika dilihat
bahwa telah ada kerjasama panjang antara Indonesia dengan pemerintah Turki,
sehingga yang dilakukan rombongan Aher bisa disebut sebagai penajaman dan
perluasan kerjasama antar negara.
Tapi jika dilihat bahwa ada peluang besar untuk pengembangan ekonomi nasional, tidak hanya untuk Jawa Barat, maka kunjungan ini bisa berarti sangat strategis. Sekali lagi bukan hanya untuk Jawa Barat dengan luas wilayah, potensi alam dan sumber daya manusia terbesar di Indonesia dibandingkan propinsi lain, tapi juga untuk kepentingan ekonomi Indonesia.
Tapi jika dilihat bahwa ada peluang besar untuk pengembangan ekonomi nasional, tidak hanya untuk Jawa Barat, maka kunjungan ini bisa berarti sangat strategis. Sekali lagi bukan hanya untuk Jawa Barat dengan luas wilayah, potensi alam dan sumber daya manusia terbesar di Indonesia dibandingkan propinsi lain, tapi juga untuk kepentingan ekonomi Indonesia.
Indonesia dan Turki adalah anggota
kelompok negara berkembang (Developing 8/D-8), yang sebagian besarnya
berpenduduk muslim. Kelompok D-8 dibentuk di Istambul pada 15 Juni 1997 sebagai
aliansi untuk pembangunan ekonomi negara-negara anggotanya. “Kedua
negara juga memiliki banyak kesamaan. Secara khusus , Indonesia dan Turki sering disebut
sebagai model di mana demokrasi, Islam, dan modernitas dapat hidup
berdampingan,” kata Seskab Dipo
Alam bulan Agustus lalu saat memberikan sambutan pada ulang tahun kemerdekaan
(Victory Day) Turki di Jakarta. Hubungan Indonesia dan Turki bahkan sudah
semenjak masa penjajahan. Konsul Turki di masa
kolonial Belanda, menempati gedung yang saat ini menjadi Museum Tekstil di
Tanah Abang Jakarta Pusat.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki pada 28 Juni – 1 Juli 2010, yang
dianggap sukses dan bersejarah mengingat kunjungan terakhir presiden RI ke
Turki adalah pada tahun 1985. Semenjak itu banyak hal yang kemudian disepakati
dan dikerjasamakan kedua negara. Presiden telah membarui hubungan yang pernah
terbina erat di masa lalu. Saat ini, hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan
Indonesia – Turki telah terjalin dengan baik dan kedua negara telah
menandatangani beberapa perjanjian bilateral sebagai kerjasama, antara
lain Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknik, Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda, Persetujuan Promosi dan Perlindungan Penanaman Modal Bersama.
Nilai perdagangan kedua negara
selama lima tahun terakhir menunjukkan surplus untuk Indonesia dengan
peningkatan rata-rata 30 persen per tahun. Ekspor Indonesia ke Turki setiap
tahun meningkat, pada 2005 sebesar 745 juta dolar AS, sedangkan pada 2004
(623,4 juta dolar), 2003 (450,3 juta dolar) dan 2002 (327 juta dolar).
Istambul yang berlokasi 5 jam perjalanan darat dari
Ankara adalah sentra bisnis, sementara Ankara adalah ibu kota Negara. Serupa
dengan Jawa Barat yang menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia, Istambul
adalah wilayah yang memiliki alam nan Indah dan destinasi pariwisata, sumber
daya alam, pendidikan yang luar biasa. Bedanya, Istambul telah menggarapnya
dengan baik sehingga menjadi primadona wisata dunia dan barometer pendidikan
terbaik di Eropa. Promosi dengan gencar dilakukan sehingga masyarakat seluruh
dunia menjadikan Turki sebagai tujuan wisata utama dunia, bahkan setiap tahun
Indonesia menyumbang sekitar 60.000 wisatawan ke Turki.
Aher berpidato pada Acara Seminar di Turki |
Dan disinilah Gubernur Jawa Barat
Ahmad Heryawan mengambil peranan strategisnya untuk menerjemahkan kerjasama
menjadi lebih kongkrit dan menjadi manfaat bagi kedua negara. "Membangun komitmen dengan Turki untuk meningkatkan
volume perdagangan kedua negara hingga 2,24 miliar dolar AS pada 2015, "
ungkap Aher – panggilan akrabnya, pertengahan pekan lalu sebelum bertolak ke
Istambul. Selain memenuhi undangan sebagai pembicara di Forum Democratic and
Economic Youth Summit 2013 (DEYS 2013) yang berlangsung di Istambul, rombongan
Jawa Barat juga mencari peluang kerjasama ekonomi di bidang pendidikan, energi
dan pariwisata.
Belum usai dari roadshow,
di sela kunjungannya, rombongan Gubernur Ahmad Heryawan membawa berita gembira.
Proyek infrastruktur berupa pembangunan jalan tol, pengelolaan geothermal (energi panas bumi), tekstil
dan pertanian akan siap masuk ke Indonesia. Mekanisme akan dilakukan melalui
B2B dengan badan usaha milik pemerintah provinsi Jabar. “Semua pihak yang kami
datangi menyatakan antusiasme dan tertarik untuk melakukan investasi di Jabar.
Kita tahu ekonomi Turki saat ini sedang tumbuh dan baru keluar dari krisis yang
melanda Eropa”, lanjut Aher.
Berdiskusi Ekonomi dan Investasi dengan warga Turki |
Foreign Direct
Investment (FDI) menjadi keran investasi baru yang bisa diandalkan untuk
pengembangan
ekonomi wilayah, karena membuka peluang kerjasama swasta dalam negeri dengan
swasta luar negeri secara langsung. Dengan FDI, maka investor asing dengan
kontrol pemerintah bisa ikut terlibat dalam kepemilikan dan investasi domestik.
Apa yang sedang dikembangkan oleh Jawa Barat bisa menjadi model bagi kerjasama
serupa oleh wilayah/ propinsi lain dengan Turki, karena sebagaimana kita ketahui, Turki
menjadi motor ekonomi Eropa saat ini. Dengan 78 juta penduduknya (terbesar di
Eropa) Turki sedang menggeliat dan mencari mitra-mitra strategis di luar
negeri, baik pada skala negara maupun mitra investasi perusahaan.
Tak
hanya di level wilayah/ propinsi, kerjasama lebih kongkrit dengan Turki
bisa dibina untuk tingkat nasional/ Indonesia, karena Turki sangat kuat
di produksi peralatan militer, pangan alternatif (produksi gandum dan
biji-bijian Turki adalah salah satu yang terbesar di dunia) dan juga
konstruksi (harga produk konstruksi Turki bersaing dengan Cina dan
India).
Endy J. Kurniawan (Twitter @endykurniawan)
adalah Pegiat Gerakan "Indonesia
Berdaya", Penulis buku Investasi "Think Dinar" & "Think Gold" dan
pembicara seminar Investasi, Media dan Wirausaha