Islamedia - Dalam sebuah dialog televisi yang disiarkan oleh Aljazeera
pada Sabtu (12/10) lalu, terungkap fakta-fakta tentang ekonomi Mesir pasca 100
hari kudeta Militer terhadap presiden Mursi. Di awal dialog, dilontarkan sebuah
pertanyaan, apakah kemerosotan ekonomi saat ini terjadi secara langsung pasca
kudeta militer atau bentuk warisan pada masa lalu?
Osama Al-Ghaith, pakar ekonomi mengatakan bahwa
kemerosotan ekonomi saat ini bukan hasil dari revolusi 25 Januari, melainkan
warisan dari rezim Mubarak. Selain itu, pasca 100 hari kudeta, Mesir telah mengalami
kelumpuhan ekonominya akibat dari tingginya harga bahan pokok di pasaran.
Osama juga menambahkan, bahwa kemerosotan ekonomi
saat ini juga disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari sektor pariwisata,
yang merupakan sektor terpenting dalam perekonomian Mesir.
Osama menganggap bahwa bantuan dari negara-negara
Teluk tidak akan mampu untuk menghidupkan kembali perekonomian Mesir, juga tidak
akan mampu memberikan jalan keluar dari permasalahan ini. Untuk menyelamatkan
perekonomian saat ini, butuh 300 milyar dollar selama 5 tahun ke depan, agar
bisa memulihkan kembali ekonomi Mesir.
Dia juga membantah pernyataan beberapa media Mesir
yang menyatakan bahwa saat ini Mesir memiliki Devisa Negara sebesar 36 milyar
dollar, justru yang ada jauh lebih sedikit dari angka tersebut.
Senada dengan Osama Al-Ghaith, pakar ekonomi Khaled
Al-Wazni, yang juga hadir dalam dialog tersebut, mengatakan bahwa kemerosotan
ekonomi saat ini bukan hasil dari revolusi 25 Januari, melainkan warisan dari
rezim Mubarak.
Khaled Al-Wazni menjelaskan bahwa seharusnya
bantuan-bantuan yang diberikan oleh negara-negara Teluk bukan sekedar bantuan
uang, melainkan dalam bentuk investasi. Sebab, investasi secara langsung jauh
lebih efektif ketimbang memberikan bantuan uang. (sinaimesir.net)