
ﻚﻴﺒﻟ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻚﻴﺒﻟ ، ﻚﻴﺒﻟ ﻻ ﻚﻳﺮﺷ ﻚﻟ ﻚﻴﺒﻟ
"Aku
penuhhi panggilanmu Ya Allah, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanmu
ya
Allah."
Labbaika… adalah ungkapan penuh
ketaatan saat mendengar panggilan yang diarahkan kepadanya . Dalam bahasa Arab,
ungkapan ini diucapkan dari pihak yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi,
seperti anak kepada orang tuanya atau murid kepada gurunya. Sebagaimana para shahabat
radhiallahhu anhum, jika dipanggil Rasulullah saw, mereka akan berkata, "Labbaika
yaa Rasulallah…." . Dalam konteks ibadah haji, perjalanan yang panjang,
ongkos dan beban berat yang harus dipikul serta berbagai kesulitan menghadang,
takkan menghalangi kaum muslimin untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan
ibadah haji, jika Dia telah izinkan. Di luar itu, sejatinya,
"labbaika.." bukan hanya sebatas ucapan yang dilantunkan, tapi seharusnya
menjadi keyakinan tak terpisahkan, bahwa tidak ada jawaban dan sikap yang
paling pantas dari diri seorang mukmin saat mendengarkan dan menerima seruan
Allah kecuali dia menyatakan "Kami dengar dan kami taat". Inilah terjemahan
yang paling lugas dari kata "labbaik" itu. Sehingga, bukan hanya terhadap
seruan haji, tapi terhadap seruan lainnya yang bersumber dari Allah Ta'ala,
seperti shalat, puasa, zakat, bakti kepada orang tua, menutup aurat,
melaksanakan yang ma'ruf dan menjauhi yang munkar, lisaanul haal (sikap) kita
hendaknya menyatakan "Labbaika yaa Allah…."
ﺎَﻳ ﺎَﻬُّﻳَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ
ْﺍﻮُﺒﻴِﺠَﺘْﺳﺍ ِﻪّﻠِﻟ
ِﻝﻮُﺳَّﺮﻠِﻟَﻭ ﺍَﺫِﺇ
ﻢُﻛﺎَﻋَﺩ ﺎَﻤِﻟ
ْﻢُﻜﻴِﻴْﺤُﻳ ﺓﺭﻮﺳ)
ﻝﺎﻔﻧﻷﺍ 24 )
"Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila dia menyeru kamu kepada sesuatu
yang memberi kehidupan kepada kamu…" (QS. Al-Anfal: 24)
Inilah hakekat tauhid uluhiyah, tauhid
ibadah dan penghambaan yang menuntut kita untuk selalu mewujudkan ibadah dan
ketaatan kepada Allah Ta'ala. Dan inilah yang menjadi misi utama para rasul sejak
awal hingga akhir. Bahkan pesan tauhid dipertegas lagi dengan kata "Laa syariika
lak" (Tidak ada sekutu bagiMu), bahwa ibadah dan penghambaan harus murni
kepada Allah Ta'ala semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada ibadah untuk
selain-Nya, apapun dan siapapun wujudnya. Bagian kedua dari kalimat talbiyah
adalah:
ﻥﺇ ﺪﻤﺤﻟﺍ ﺔﻤﻌﻨﻟﺍﻭ
ﻚﻟ ﻚﻠﻤﻟﺍﻭ
، ﻻ
ﻚﻳﺮﺷ ﻚﻟ
"Sesungguhnya segala puji, nikmat
dan kerajaan hanya milik-Mu, tiada setuju bagi-Mu." Bagian kedua dari
kalimat talbiyah ini berisi pengakuan dan keyakinan mutlak akan kekuasaan dan
kerajaan Allah Ta'ala serta kebesaran dan keagunganNya yang tiada tanding. Maka
segala puji hanya layak diberikan kepada-Nya. Lebih dari itu, nikmat Allah
Ta'ala tiada terkira kepada setiap hamba. Tidak ada satupun bagian hidup kita
kecuali bergantung dengan nikmat dan kasih sayangNya. Dialah yang menentukan
dan mengatur segala kehidupan ini. Maka segala puji hanya layak dikembalikan kepada-Nya.
Inilah Tauhid Rububiyah yang juga tidak boleh hilang dalam diri seorang muslim.
Pernyataan ini pun diperkuat dengan nilai tauhid yang mutlak dan murni yang
tidak menerima sikap mendua;
"Laa syariika lak" (tidak
ada sekutu bagiMu). Tauhid Rububiyah mengajarkan kita untuk bersandar dan
bergantung dengan kekuatan dan kekuasaan Allah semata. Bahwa apapun kedudukan,
kekuatan dan kebesaran yang kita miliki, atau yang dimiliki oleh makhluk apapun
dan siapapun, semua itu tak ada apa-apanya dibanding kekuasaan dan kekuatan
Allah yang sedikitpun kehidupan kita tidak dapat berpisah darinya. Jangan
sampai penyandaran dan kepasrahan kita dialihkan kepada diri sendiri atau
makhluk lainnya dibanding kepada Allah. Apalagi pada saat yang sama dan tempat
yang sama, jamaah haji dari berbagai penjuru dunia dikumpulkan dengan berbagai
latar belakang sosial, pendidikan dan ekonomi yang beraneka ragam. Semua
kebesaran dan simbol-simbol duniawi hendaknya ditanggalkan. Maka, ketika sesaat
sebelum ihram seseorang melucuti pakaian biasanya untuk diganti dengan kain ihram,
hendaknya diapun melucuti kesombongannya dan keangkuhannya untuk kemudian
menjadi hamba yang bersandar, bergantung dan memohon hanya kepada Allah Ta'ala.
Sebuah sikap yang tidak hanya dituntut saat dia melaksanakan ibadah haji, tapi
dalam semua aspek kehidupannya, sebelum haji, saat haji maupun sesudah haji. Mengumandangkan
kalimat talbiyah sambil meresapi makna yang terkandung di dalamnya, tentu akan
lebih mampu mengetuk dinding- dinding hati dan lebih memberikan energi untu