Islamedia - Siapa yang tidak mengenal Nora Illi (29) di negara-negara berbahasa Jerman, seperti Jerman, Swiss, dan Austria? Wanita asal Swiss ini menjadi pemberitaan di berbagai media lantaran menjadi muallaf dan juga penampilannya yang mengundang perhatian banyak orang, yakni menggunakan cadar. Dia masuk Islam pada tahun 2003 silam.
Sejak hari pertama Nora mengucapkan syahadat, ia mulai mengenakan jilbab, sedangkan cadar dikenakannya tiga bulan setelah dirinya menikah dengan seorang yang juga muallaf, Abdel Azziz Qaasim Illi (31). Mereka berdua dipertemukan ketika sama-sama menjadi aktivis Palestina. Qaasim sendiri pada tahun 2002 juga sempat menemui Syaikh Ahmad Yasin di sana. Dari pernikahannya dengan Qaasim, Nora dikaruniai empat anak; dua anak perempuan berselisih usia satu tahun dan dua anak laki-laki kembar.
Sejak hari pertama Nora mengucapkan syahadat, ia mulai mengenakan jilbab, sedangkan cadar dikenakannya tiga bulan setelah dirinya menikah dengan seorang yang juga muallaf, Abdel Azziz Qaasim Illi (31). Mereka berdua dipertemukan ketika sama-sama menjadi aktivis Palestina. Qaasim sendiri pada tahun 2002 juga sempat menemui Syaikh Ahmad Yasin di sana. Dari pernikahannya dengan Qaasim, Nora dikaruniai empat anak; dua anak perempuan berselisih usia satu tahun dan dua anak laki-laki kembar.
![]() |
Qaasim Illi bersama Syaikh Ahmad Yasin |
Semenjak menjadi muallaf, kiprah dakwahnya dan suaminya dibuktikan dengan keaktivan mereka sebagai pengurus Dewan Pusat Islam Swiss, IZRS (Islamischer Zentralrat Schweiz).
Organisasi ini pada awalnya didirikan karena adanya larangan mendirikan menara masjid di Swiss. Melalui organisasi ini mereka ingin menguatkan ikatan umat Islam yang ada di Swiss.
IZRS memiliki misi untuk menjadikan umat Islam di Swiss –yang notabene kebanyakan merupakan keturunan imigran– menjadi wajah yang satu, sehingga tidak lagi ada istilah penyebutan ini masjid Muslim Turki, yang ini dari Arab, atau Muslim Albania, dst.
IZRS banyak menyelenggarakan acara-acara keislaman, seperti konferensi tahunan yang mengundang pembicara Muslim yang terkenal di dunia dan pelantun lagu islami sekelas Maher Zain dan Ahmed Bukhatir, mengumpulkan sumbangan untuk Suriah dan Palestina, dll. Dalam waktu dekat mereka juga akan mengadakan fashion show Muslim pertama di Swiss.
Organisasi ini pada awalnya didirikan karena adanya larangan mendirikan menara masjid di Swiss. Melalui organisasi ini mereka ingin menguatkan ikatan umat Islam yang ada di Swiss.
IZRS memiliki misi untuk menjadikan umat Islam di Swiss –yang notabene kebanyakan merupakan keturunan imigran– menjadi wajah yang satu, sehingga tidak lagi ada istilah penyebutan ini masjid Muslim Turki, yang ini dari Arab, atau Muslim Albania, dst.
IZRS banyak menyelenggarakan acara-acara keislaman, seperti konferensi tahunan yang mengundang pembicara Muslim yang terkenal di dunia dan pelantun lagu islami sekelas Maher Zain dan Ahmed Bukhatir, mengumpulkan sumbangan untuk Suriah dan Palestina, dll. Dalam waktu dekat mereka juga akan mengadakan fashion show Muslim pertama di Swiss.
Pada bulan September ini Nora dan Qaasim datang ke Indonesia. Ini bukan pertama kalinya mereka mengunjungi negara kita. Pasca tragedi tsunami pada tahun 2004 lalu, pasangan suami-istri ini langsung terbang ke Aceh. Pada tanggal 9 September 2013 Qaasim diminta menjadi pembicara di UIN Sunan Gunung Djati Bandung terkait bagaimana kehidupan Muslim di Eropa, khususnya di Swiss, dan juga mengatasi fobia terhadap Islam di negara-negara Barat.
Kunjungan ini sebenarnya didahului dengan kesepakatan kerja sama oleh rektor Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan wakil rektor UIN Sunan Gunung Djati dengan Presiden IZRS, Nicolas Blancho, di Bern pada bulan Februari lalu.
Kunjungan ini sebenarnya didahului dengan kesepakatan kerja sama oleh rektor Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan wakil rektor UIN Sunan Gunung Djati dengan Presiden IZRS, Nicolas Blancho, di Bern pada bulan Februari lalu.
Suryani Setyo Astuti,
mahasiswi Program Studi Jerman Universitas Indonesia.