Islam edia - Penyesatan berita merupakan salah satu perkara yang menjadi konsentrasi utama dan sandaran para diktator untuk memperkokoh...
Islamedia - Penyesatan berita merupakan salah satu perkara yang menjadi konsentrasi utama dan sandaran para diktator untuk memperkokoh posisinya. Penyesatan ini dilakukan dari dua sisi; Menutup rapat-rapat tindakan represif dan sadis para rezim, sedangkan sisi lainnya, memonopoli hak berbicara atas nama rakyat atau umat setelah mulut-mulut mereka dibungkam dengan tangan besi.
Maha suci Allah yang telah memberikan contoh seorang diktator paling tersohor dalam sejarah (Firaun). Dia mengaku dirinya Tuhan dan memaksa rakyatnya untuk tunduk kepadanya sambil tutup mata dan kemudian dia mengeluarkan pernyataan sesatnya;
"Aku tidak mengumakakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tiada menunjukkan kepadamu sekalian jalan yang benar." (QS. Ghafir: 29)
"Firaun-firaun" pada masa kita sekarang masih saja mengikuti jejak para thagut pendahulunya, walaupun sarana komunikasi dan arus iformasi telah maju sedemikian pesat. Inilah pola fikir Firaun yang sebenarnya; Paksa semua orang untuk diam dan anda sendirilah yang berhak berbicara atas nama rakyat yang tertindas. Selama suara mereka dibungkam, maka anda dapat mengaku sebagai juru bicara mereka!!
Dalam revolusi rakyat Arab (dikenal dengan Arab Spring -penj) terhadap para diktator yang terjadi tiga tahun belakangan ini, dapat diperhatikan bagaimana kerasnya perlakuan pasukan rezim diktator terhadap berbagai upaya untuk menginformasikan kejadian sesungguhnya. Karena itu, para pembunuh berkonsentrasi menyasar mereka yang berupaya mengambil gambar peristiwa demonstrasi, walau sekedar dengan kamera handphone.
Di Suriah misalnya, gerombolan pasukan Assad dengan sadisnya telah membunuh ratusan para aktifis yang berhasil menembus blokade informasi yang ditutup rapat-rapat oleh para penjahat negeri tersebut. Bahkan para wartawan asing pun tidak selamat dari senjata mereka, agar mereka tidak dapat memberikan informasi sesungguhnya atas kekejaman gerombolan Nushairiah (Assad) dan antek-anteknya terhadap rakyat Suriah yang tak berdaya.
Kudeta militer yang terjadi di Mesir dua bulan lalu, sejak awal, telah mengumumkan perang terhadap media informasi yang mereka ketahui tidak bersedia untuk didikte. Maka mereka menutup atau mempersempit ruang gerak chanel berita non Mesir dengan cara menutup kantornya setelah melakukan penggeledahan hingga memenjarakan para stafnya.
Itupun tidak cukup, seiring dengan itu mereka melakukan tindakan brutal lewat saluran media resmi dan semi resmi untuk melakukan pencitraan negatif terhadap media-media yang tidak bersedia bungkam. Yang paling menonjol dengan semua perlakuan itu adalah terhadap chanel Aljazeera, karena pengaruhnya sangat luas dan mereka tetap berpegang teguh pada asas profesionalismenya. . Akan tetapi, media-media antek tersebut tidak dapat mencuci otak jutaan warga Mesir yang menyaksikan media pro kudeta berubah menjadi media sumpah serapah dan penggiringan stigma buruk terhadap siapa saja yang tak bersedia patuh kepada mereka.
Kenyataan ini akhirnya membuat junta militer terang-terangan turun tangan lewat jalur pemerintahan. Maka menteri penerangan pemerintahan kudeta menuduh Aljazeera bekerja tanpa izin resmi!! Sesungguhnya dia sedang mentertawakan dirinya sendiri sebelum mentertawakan orang lain. Karena chanel ini telah bekerja di Kairo sejak berdiri, 17 tahun lalu, dan kantornya terletak di tempat paling terkenal; Medan Tahrir!! Tanpa malu, sang menteri ini selalu mengulang-ulang teriakan para kroni Mubarak yang disuarakan terhadap chanel ini pada revolusi 25 Januari 2011!! Bahkan dustanya mencapai puncaknya ketika dia berkata, "Penutupan chanel Aljazeera merupakan tuntutan rakyat!!"
Sebagaimana telah kami jelaskan bahwa dusta atas nama rakyat merupakan cara paling ampuh setiap diktator yang represif terhadap rakyatnya. Menteri penerangan yang berdusta terang-terangan tersebut tak lebih merupakan paku yang digunakan sebagai alat kudeta dan dijadikan sebagai wakil rakyat palsu lalu mereka melanjutkan kejahatannya terhadap Mesir dan warga Mesir atas nama rakyat. Akan tetapi, sang menteri tampak tidak dapat menyembunyikan kegalauannya saat menyatakan bahwa pelarangan operasi chanel Aljazeera di Mesir tidak dapat menghalangi siarannya sampai kepada warga Mesir, "Walau dilarang, dia akan muncul lewat saluran lain, karena memang terdapat satelit lainnya, apalagi mereka (Qatar) akan meluncurkan satelitnya bulan depan, banyak cara yang dapat dilakukan, ditutupnya kantor mereka tidak berarti mutlak dapat mengatasi mereka."
Pertanyaan yang muncul seketika pada sebagian orang, "Apakah para diktator itu tidak dapat belajar sama sekali dari para diktator pendahulunya yang sudah binasa atau terjungkal? Selama sebuah chanel akhirnya dapat sampai ke tengah masyarakat, lalu mengapa dengan bodoh ngotot untuk menutupnya dengan cara penuh permusuhan seperti itu?
Maha suci Allah yang telah memberikan contoh seorang diktator paling tersohor dalam sejarah (Firaun). Dia mengaku dirinya Tuhan dan memaksa rakyatnya untuk tunduk kepadanya sambil tutup mata dan kemudian dia mengeluarkan pernyataan sesatnya;
مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ (سورة غافر: 29(
"Aku tidak mengumakakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tiada menunjukkan kepadamu sekalian jalan yang benar." (QS. Ghafir: 29)
"Firaun-firaun" pada masa kita sekarang masih saja mengikuti jejak para thagut pendahulunya, walaupun sarana komunikasi dan arus iformasi telah maju sedemikian pesat. Inilah pola fikir Firaun yang sebenarnya; Paksa semua orang untuk diam dan anda sendirilah yang berhak berbicara atas nama rakyat yang tertindas. Selama suara mereka dibungkam, maka anda dapat mengaku sebagai juru bicara mereka!!
Dalam revolusi rakyat Arab (dikenal dengan Arab Spring -penj) terhadap para diktator yang terjadi tiga tahun belakangan ini, dapat diperhatikan bagaimana kerasnya perlakuan pasukan rezim diktator terhadap berbagai upaya untuk menginformasikan kejadian sesungguhnya. Karena itu, para pembunuh berkonsentrasi menyasar mereka yang berupaya mengambil gambar peristiwa demonstrasi, walau sekedar dengan kamera handphone.
Di Suriah misalnya, gerombolan pasukan Assad dengan sadisnya telah membunuh ratusan para aktifis yang berhasil menembus blokade informasi yang ditutup rapat-rapat oleh para penjahat negeri tersebut. Bahkan para wartawan asing pun tidak selamat dari senjata mereka, agar mereka tidak dapat memberikan informasi sesungguhnya atas kekejaman gerombolan Nushairiah (Assad) dan antek-anteknya terhadap rakyat Suriah yang tak berdaya.
Kudeta militer yang terjadi di Mesir dua bulan lalu, sejak awal, telah mengumumkan perang terhadap media informasi yang mereka ketahui tidak bersedia untuk didikte. Maka mereka menutup atau mempersempit ruang gerak chanel berita non Mesir dengan cara menutup kantornya setelah melakukan penggeledahan hingga memenjarakan para stafnya.
Itupun tidak cukup, seiring dengan itu mereka melakukan tindakan brutal lewat saluran media resmi dan semi resmi untuk melakukan pencitraan negatif terhadap media-media yang tidak bersedia bungkam. Yang paling menonjol dengan semua perlakuan itu adalah terhadap chanel Aljazeera, karena pengaruhnya sangat luas dan mereka tetap berpegang teguh pada asas profesionalismenya. . Akan tetapi, media-media antek tersebut tidak dapat mencuci otak jutaan warga Mesir yang menyaksikan media pro kudeta berubah menjadi media sumpah serapah dan penggiringan stigma buruk terhadap siapa saja yang tak bersedia patuh kepada mereka.
Kenyataan ini akhirnya membuat junta militer terang-terangan turun tangan lewat jalur pemerintahan. Maka menteri penerangan pemerintahan kudeta menuduh Aljazeera bekerja tanpa izin resmi!! Sesungguhnya dia sedang mentertawakan dirinya sendiri sebelum mentertawakan orang lain. Karena chanel ini telah bekerja di Kairo sejak berdiri, 17 tahun lalu, dan kantornya terletak di tempat paling terkenal; Medan Tahrir!! Tanpa malu, sang menteri ini selalu mengulang-ulang teriakan para kroni Mubarak yang disuarakan terhadap chanel ini pada revolusi 25 Januari 2011!! Bahkan dustanya mencapai puncaknya ketika dia berkata, "Penutupan chanel Aljazeera merupakan tuntutan rakyat!!"
Sebagaimana telah kami jelaskan bahwa dusta atas nama rakyat merupakan cara paling ampuh setiap diktator yang represif terhadap rakyatnya. Menteri penerangan yang berdusta terang-terangan tersebut tak lebih merupakan paku yang digunakan sebagai alat kudeta dan dijadikan sebagai wakil rakyat palsu lalu mereka melanjutkan kejahatannya terhadap Mesir dan warga Mesir atas nama rakyat. Akan tetapi, sang menteri tampak tidak dapat menyembunyikan kegalauannya saat menyatakan bahwa pelarangan operasi chanel Aljazeera di Mesir tidak dapat menghalangi siarannya sampai kepada warga Mesir, "Walau dilarang, dia akan muncul lewat saluran lain, karena memang terdapat satelit lainnya, apalagi mereka (Qatar) akan meluncurkan satelitnya bulan depan, banyak cara yang dapat dilakukan, ditutupnya kantor mereka tidak berarti mutlak dapat mengatasi mereka."
Pertanyaan yang muncul seketika pada sebagian orang, "Apakah para diktator itu tidak dapat belajar sama sekali dari para diktator pendahulunya yang sudah binasa atau terjungkal? Selama sebuah chanel akhirnya dapat sampai ke tengah masyarakat, lalu mengapa dengan bodoh ngotot untuk menutupnya dengan cara penuh permusuhan seperti itu?
DR. Mohanna Al-Khalil