Islamedia - Beberapa hari yang lalu saya beritikaf di sebuah masjid, tepatnya di
Daarut Tauhid Bandung. Seperti biasa, jika di masjid Daarut Tauhid selalu ada
kajian ilmu setiap jam 5 pagi. Dan subhanallah, tanpa ada pemberitahuan, tanpa iring-iringan kendaraan selayaknya seorang pejabat, tanpa ada sirine pemberitahuan, tanpa protokoler dua
orang tamu istimewa itu muncul di kesyahduan shubuh, mengunjungi kajian ini. Beliau adalah Pak Ahmad
Heryawan yang tak lain dan tak bukan adalah Gubernur Jawa Barat dan Walikota terpilih
kota Bandung periode 2013 -2018, Pak Ridwal kamil atau yang akrab disapa kang
Emil.
Oleh: Anak Bangsa
Entah saya mimpi apa semalam, tapi kini ada dua orang pejabat negeri
duduk di hadapan saya ditambah seorang Ustadz kondang sekaligus pemimpin
yayasan Daarut Tauhid Bandung, yaitu Kyai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. Saya
simak kajian ini dengan seksama, subhanallah, kesederhanaan, keramahan, dan
kebijaksanaan saya lihat dari mereka bertiga selama kajian pagi ini
berlangsung. Rasa kagum saya memuncak ketika mereka sepakat bahwa ketiga orang
yang sedang di hadapan para jamaah bukanlah 3 pemimpin, melainkan 3 orang ini
adalah 3 pelayan.
Selesainya kajian, pikiran saya terbang melayang-layang, memikirkan
betapa indahnya negeri yang saya injaki dipenuhi oleh pemimpin seperti mereka,
ramah, sederhana, dan bijaksana. Seandainya di setiap daerah di negeri ini dipimpin
oleh orang seperti mereka, seandainya di setiap kota-kota di negeri ini dipimpin
oleh orang seperti mereka, seandainya di setiap kelurahan di negeri ini
dipimpin oleh orang seperti mereka,
senadainya di setiap RW dan RT di negeri ini dipimpin oleh orang seperti
mereka, seandainya di setiap rumah di negeri ini dipimpin oleh orang seperti
mereka, dan seandainya pemimpin seperti mereka, pemimpin yang menyeimbangkan keeksisan diri mereka di berbagai media
dengan masjid, mungkin negeri ini akan jauh lebih baik.
Saya dulu bisa jadi sama seperti kalian, orang yang enggan
memikirkan dunia politik di negeri ini, masa bodoh dengan apa yang terjadi di jajaran pemerintahan
negeri ini, lebih memilih golput dalam
pemilu. Yah, bisa jadi saya sama seperti kalian, tapi paradigma itu berubah,
ketika saya mulai memperhatikan negeri lain, palestina hingga yang terbaru
adalah mesir.
Banyak saudara-saudara
yang seiman dengan saya sedang berjuang mempertahankan hak mereka di seberang
sana, dan bisa jadi yang terlintas di dalam pikiran mereka setiap detik adalah
bagaimana caranya mereka bisa bertahan dan merasakan kembali hidup yang
tentram. Setelah beberapa waktu saya memperhatikan apa yang terjadi di dunia,
yah dunia bukan negeri saya saja, akhirnya sebuah kalimat yang terucap dari
mulut saya, “Konyol jika saya masih
berfikir masa bodo dengan apa yang terjadi di negeri ini”
Lah kenapa konyol ? Apa nyambungnya dengan pemerintahan negeri ?.
Jelas konyol, ketika beribu-ribu orang saudara saya berjuang di seberang sana,
sedangkan saya disini masih acuh dengan apa yang terjadi di negeri sendiri.
Ketika saya berfikir, untuk golput dalam
pemilu, itu sama saja dengan membiarkan hak saya berlalu begitu saja, membiarkan
calon-calon penguasa bertindak seenaknya, dan bagaimana jikalau dia akhirnya
terpilih menjadi seorang pemimpin negeri ? orang yang tidak bertanggung jawab
dan serakah memimpin negeri ini ? Bisa jadi kita akan senasib seperti
saudara-saudara kita dipalestina dan mesir. Mungkin masih ada yang berfikir,
“yaelah, ga ngaruh juga kali satu suara golput”. Bukankah hal-hal besar itu di
mulai dari hal-hal kecil ? bukankah peristiwa besar karena ada beberapa orang
yang meremehkan hal-hal kecil ?
Saya tidak akan meminta anda untuk memilih satu kelompok tertentu,
atau partai tertentu. Yang saya minta adalah pilihlah pemimpin yang amanah,
yang sederhana, dan peduli. Pilhilah pemimpin itu, entah dia mau datang dari
kelompok atau partai manapun, karena bagi saya, partai hanyalah media,
kendaraan. Cari tahu kepribadian setiap calon pemimpin, cari tahu dari mana ia
berasal, keluarga, pendidikan, dan lingkungannya. Cari tahu! jika semua ilmu
telah kita kuasai, silahkan lakukan apa yang menurut kita harus kita lakukan.
Memilih atau tidak, itu sepenuhnya hak kita masing-masing, karena diakhirat pun kita hanya bertanggung jawab
dengan apa yang kita lakukan, bukan yang orang lain lakukan. Jadi saya tekankan
sekali lagi, itu semua 100% hak kita masing-masing. Tapi saya ingatkan, jangan
salahkan orang lain jika sesuatu yang buruk terjadi di negeri ini, kalau
ternyata kita tidak pernah ikut andil untuk perbaikan di negeri ini.