Islamedia - Engkau boleh beribadah sepuas mu, boleh kau semarakan masjid-masjid dan semua ritual agamamu tapi haram bagi mu memasuki wilayah ini, negara!
Kau tak boleh memasukinya, seberapa baiknya engkau mengikuti aturan main, seberapa baiknya engkau berkompetisi dan seberapa moderatnya perilaku mu. Untuk yang satu ini tidak boleh. Semua aturan boleh berubah, semua yang boleh bisa menjadi tidak boleh dan semua larangan bisa menjadi niscaya kalau engkau masuk mengelola negara.
Hari ini kita kehilangan bench-mark tentang peradaban masyarakat sipil yang dielu-elukan oleh mainstream rejim beradab dunia kontemporer dengan Barat sebagai pemimpinnya.
Kita kehilangan rujukan dan patokan tentang apa yang mereka maksudkan tentang negara sipil dan demokrasi. Negara yang demokratis, yang semua warga negaranya mempunyai kebebasan untuk memilih bagaimana mereka dipimpin dan siapa pemimpinnya. Kita kehilangan bench-mark karena ternyata warga negara itu boleh memilih apa saja bagaimana mereka akan dipimpin dan bentuk pemimpinnya kecuali tidak boleh untuk Islam.
Sebuah negara boleh dipimpin oleh ideologi apapun atau oleh pemimpin jenis apapun kalau prosesnya adalah proses yang beradab melaui election yang jujur, adil, langsung dan tidak ada intervensi. Tapi aneh memang ketika yang menang pertandingan itu adalah yang membawa nilai Islam maka semua postulat tentang negara sipil dan demokrasi bisa dibuang ketempat sampah.
Bagaimana mungkin negara-negara kampiun pendukung negara sipil dan demokratisasi berdiam diri atas sebuah kudeta berdarah, jangankan kutukan dan sangsi, sekedar celapun tidak.
Tetapi begitulah sunnatullah, Islam itu hadir bukan untuk mengemis keadilan dan belas kasihan tapi untuk memberikan keadilan dan rahmat, Islam dan penyerunya adalah subyek yang menghadirkan keadilan dan rahmat tersebut bukan obyek yang mengemis untuk itu. Tidak bisa selainnya mampu memberikan obyektifikasi peradaban sebagaimana yang pernah dihadirkan Islam untuk dunia.
Maka jangan engkau minta penguasa dunia hari ini untuk mengharapkan keadilan pandangan mereka, dan jangan pula engkau minta penguasa-penguasa boneka yang membebek kepadanya. Karena keadilan dan rahmat bagi dunia memang bukan tugas mereka menghadirkannya tapi tugasmu.
" Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (QS Ali Imran: 119)
"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS Ali Imran:120)
Abu Azmi Al-Hafidz
Kau tak boleh memasukinya, seberapa baiknya engkau mengikuti aturan main, seberapa baiknya engkau berkompetisi dan seberapa moderatnya perilaku mu. Untuk yang satu ini tidak boleh. Semua aturan boleh berubah, semua yang boleh bisa menjadi tidak boleh dan semua larangan bisa menjadi niscaya kalau engkau masuk mengelola negara.
Hari ini kita kehilangan bench-mark tentang peradaban masyarakat sipil yang dielu-elukan oleh mainstream rejim beradab dunia kontemporer dengan Barat sebagai pemimpinnya.
Kita kehilangan rujukan dan patokan tentang apa yang mereka maksudkan tentang negara sipil dan demokrasi. Negara yang demokratis, yang semua warga negaranya mempunyai kebebasan untuk memilih bagaimana mereka dipimpin dan siapa pemimpinnya. Kita kehilangan bench-mark karena ternyata warga negara itu boleh memilih apa saja bagaimana mereka akan dipimpin dan bentuk pemimpinnya kecuali tidak boleh untuk Islam.
Sebuah negara boleh dipimpin oleh ideologi apapun atau oleh pemimpin jenis apapun kalau prosesnya adalah proses yang beradab melaui election yang jujur, adil, langsung dan tidak ada intervensi. Tapi aneh memang ketika yang menang pertandingan itu adalah yang membawa nilai Islam maka semua postulat tentang negara sipil dan demokrasi bisa dibuang ketempat sampah.
Bagaimana mungkin negara-negara kampiun pendukung negara sipil dan demokratisasi berdiam diri atas sebuah kudeta berdarah, jangankan kutukan dan sangsi, sekedar celapun tidak.
Tetapi begitulah sunnatullah, Islam itu hadir bukan untuk mengemis keadilan dan belas kasihan tapi untuk memberikan keadilan dan rahmat, Islam dan penyerunya adalah subyek yang menghadirkan keadilan dan rahmat tersebut bukan obyek yang mengemis untuk itu. Tidak bisa selainnya mampu memberikan obyektifikasi peradaban sebagaimana yang pernah dihadirkan Islam untuk dunia.
Maka jangan engkau minta penguasa dunia hari ini untuk mengharapkan keadilan pandangan mereka, dan jangan pula engkau minta penguasa-penguasa boneka yang membebek kepadanya. Karena keadilan dan rahmat bagi dunia memang bukan tugas mereka menghadirkannya tapi tugasmu.
" Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (QS Ali Imran: 119)
"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS Ali Imran:120)
Abu Azmi Al-Hafidz