Islamedia - Menarik perhatian, fenomena Turki-Mesir-Tunisia dimana anasir jahat bersatu padu dalam satu ikatan koalisi permanen, melawan arus insanisasi yang dilakukan tiga pemerintahan Islam Moderat.
Mengapa disebut arus insanisasi? Sebab makna insan dengan beberapa derivasinya memiliki makna kembalinya manusia kepada spiritualisme, setelah sekian lama dikungkung deinsanisasi dengan ragam jenisnya.
Karena arus insanisasi menjadikan Islam tidak lagi sekedar nilai legal formal, tapi Islam menjadi nilai hidup yang mengiringi denyut nadi dan helaan nafas setiap insan. Tidak sekedar Islam yang memunculkan kegaduhan di spanduk atau indah di tataran klaim belaka.
Arus insanisasi benar terjadi. Dimana hajat mendasar bagi kehidupan manusia menjadi tanggungjawab negara. Turki leading dalam poin ini. Dimana peran negara mengangkat taraf hidup rakyatnya dari haddul kaffaf menuju haddul ghina terbilang cukup cepat.
Haddul kaffaf yang dimaksud adalah: taraf hidup serba sulit. Sedang haddul ghinaa adalah taraf hidup berlebih. Sedang Mesir dan Tunisia tengah bangkit menuju haddul kifayah, yaitu taraf hidup berkecukupan.
Yang menarik adalah, koalisi kebatilan benar-benar terjadi. Berhimpun dalam satu barisan, demi menggagalkan proyek insanisasi yang diinisiasi oleh gerakan Islam Ikhwanul Muslimin dan gerakan yang memiliki kemiripan fikrohnya.
Mungkin kebingungan mencari format perlawanan, di Tunisia mereka berdemo setengah telanjang, di Mesir membentangkan maaf - celana dalam, dan di Turki mengacungkan minuman keras.
Tuntutan koalisi kebatilan hampir sama. Menuntut pembubaran parlemen, lengsernya presiden, bahkan pembatalan proyek-proyek yang sejatinya mengangkat derajat si pendemo juga.
Nah, justru menarik adalah apa yang disampaikan AlQuran. Didalamnya AlQuran menegaskan dalam banyak ayat, ketika kebatilan berada dalam satu poros, itulah awal dari kebinasaannya. Maka wajar poros Syiah bersatu dengan Zionis di Syiria.
Mengapa disebut arus insanisasi? Sebab makna insan dengan beberapa derivasinya memiliki makna kembalinya manusia kepada spiritualisme, setelah sekian lama dikungkung deinsanisasi dengan ragam jenisnya.
Karena arus insanisasi menjadikan Islam tidak lagi sekedar nilai legal formal, tapi Islam menjadi nilai hidup yang mengiringi denyut nadi dan helaan nafas setiap insan. Tidak sekedar Islam yang memunculkan kegaduhan di spanduk atau indah di tataran klaim belaka.
Arus insanisasi benar terjadi. Dimana hajat mendasar bagi kehidupan manusia menjadi tanggungjawab negara. Turki leading dalam poin ini. Dimana peran negara mengangkat taraf hidup rakyatnya dari haddul kaffaf menuju haddul ghina terbilang cukup cepat.
Haddul kaffaf yang dimaksud adalah: taraf hidup serba sulit. Sedang haddul ghinaa adalah taraf hidup berlebih. Sedang Mesir dan Tunisia tengah bangkit menuju haddul kifayah, yaitu taraf hidup berkecukupan.
Yang menarik adalah, koalisi kebatilan benar-benar terjadi. Berhimpun dalam satu barisan, demi menggagalkan proyek insanisasi yang diinisiasi oleh gerakan Islam Ikhwanul Muslimin dan gerakan yang memiliki kemiripan fikrohnya.
Mungkin kebingungan mencari format perlawanan, di Tunisia mereka berdemo setengah telanjang, di Mesir membentangkan maaf - celana dalam, dan di Turki mengacungkan minuman keras.
Tuntutan koalisi kebatilan hampir sama. Menuntut pembubaran parlemen, lengsernya presiden, bahkan pembatalan proyek-proyek yang sejatinya mengangkat derajat si pendemo juga.
Nah, justru menarik adalah apa yang disampaikan AlQuran. Didalamnya AlQuran menegaskan dalam banyak ayat, ketika kebatilan berada dalam satu poros, itulah awal dari kebinasaannya. Maka wajar poros Syiah bersatu dengan Zionis di Syiria.