Islamedia - Dinas Sosial harus lebih proaktif kepada masyarakat agar tidak muncul kasus-kasus Tasripin lainnya. Hal tersebut disampaikan Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri, Selasa 23 April 2013.
"Sebelum itu (kasus Tasripin) muncul, harusnya dinas sosial turun juga. Mengecek ke rumah-rumah, turun langsung ke masyarakat," ujar Salim.
Salim yang duduk di Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera itu berharap masyarakat juga ikut berperan serta apabila menemukan kasus serupa terjadi di lingkungannya. Jangan sampai, masyarakat tak acuh terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.
"Saya khawatir masyarakat kita sudah tidak mau tahu lagi apa yang terjadi di tetangganya, hanya memikirkan diri sendiri saja. Kalau masyarakat mempunyai info, berikanlah informasi tersebut," kata Salim.
Dengan adanya kasus Tasripin ini, Salim berharap agar pemerintah daerah lebih memperhatikan rakyatnya ketika mereka sudah terekspose di media. "Saya harap ke media juga, kalo ada yang begitu lagi, dimunculkan saja. Supaya pemerintah daerah menjadi hati-hati dan malu," kata Salim.
Taspirin adalah seorang anak berusia 12 tahun yang harus menjadi kepala keluarga bagi adik-adiknya. Ayah dan kakak sulungnya merantau ke Kalimantan, sedang ibunya sudah meninggal 2 tahun lalu.
Tinggal di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sejak azan Subuh berkumandang ia harus memulai aktifitas hariannya yang antara lain menanak nasi, membangunkan ketiga adiknya dan memandikan mereka.
Rumah yang ditempati Taspirin dan adik-adiknya hanya sebuah rumah dengan papa berukuran 5×6 meter saja. Hanya ada 2 kursi panjang dan satu meja kayu yang menjadi perabotan di rumah beralaskan tanah itu. Berbeda dengan rumah di sebelahnya yang berlantai keramik dan tembok.
Kisah ini mengemuka menjadi perbincangan masyarakat, termasuk di dunia maya. Hingga kemudian pasukan TNI dari Kodim 0701 memberi bantuan dan merenovasi rumahnya.(viva/ismed)
"Sebelum itu (kasus Tasripin) muncul, harusnya dinas sosial turun juga. Mengecek ke rumah-rumah, turun langsung ke masyarakat," ujar Salim.
Salim yang duduk di Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera itu berharap masyarakat juga ikut berperan serta apabila menemukan kasus serupa terjadi di lingkungannya. Jangan sampai, masyarakat tak acuh terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.
"Saya khawatir masyarakat kita sudah tidak mau tahu lagi apa yang terjadi di tetangganya, hanya memikirkan diri sendiri saja. Kalau masyarakat mempunyai info, berikanlah informasi tersebut," kata Salim.
Dengan adanya kasus Tasripin ini, Salim berharap agar pemerintah daerah lebih memperhatikan rakyatnya ketika mereka sudah terekspose di media. "Saya harap ke media juga, kalo ada yang begitu lagi, dimunculkan saja. Supaya pemerintah daerah menjadi hati-hati dan malu," kata Salim.
Taspirin adalah seorang anak berusia 12 tahun yang harus menjadi kepala keluarga bagi adik-adiknya. Ayah dan kakak sulungnya merantau ke Kalimantan, sedang ibunya sudah meninggal 2 tahun lalu.
Tinggal di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sejak azan Subuh berkumandang ia harus memulai aktifitas hariannya yang antara lain menanak nasi, membangunkan ketiga adiknya dan memandikan mereka.
Rumah yang ditempati Taspirin dan adik-adiknya hanya sebuah rumah dengan papa berukuran 5×6 meter saja. Hanya ada 2 kursi panjang dan satu meja kayu yang menjadi perabotan di rumah beralaskan tanah itu. Berbeda dengan rumah di sebelahnya yang berlantai keramik dan tembok.
Kisah ini mengemuka menjadi perbincangan masyarakat, termasuk di dunia maya. Hingga kemudian pasukan TNI dari Kodim 0701 memberi bantuan dan merenovasi rumahnya.(viva/ismed)