Islam edia - Makna dakwah ialah menyeru kepada Allah SWT dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Hingga pada akhirnya mengingkari thagut...
Islamedia - Makna dakwah ialah menyeru kepada Allah SWT dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Hingga pada akhirnya mengingkari thagut dan beriman kepada Allah SWT dan mengeluarkannya dari kegelapan kejahiliyahan menuju terangnya islam. Sungguh sangat dahsyat.
Sebuah pekerjaan mulia karena ia adalah tugasnya para Nabi, Rasul dan ummat terdahulu yang saat ini kitalah yang wajib untuk melanjutkan estafet perjuangan mereka. Karena kita adalah da’i sebelum menjadi apa-apa, nahnu du’at qobla kulli syai’in.
Medan dakwah adalah sarana melakukan perbaikan, Para penyeru dakwah adalah orang-orang yang juga melakukan perbaikan pada diri mereka. Memperbaiki dan melakukan perbaikan. Medan dakwah adalah “kampus” bagi setiap manusia. Tempat belajar dan menimba banyak ilmu pengetahuan. Karena Allah SWT melalui perantara-Nya Muhammad SAW dan para Rasul terdahulu melakukan sebuah proses tarbiyah (pendidikan) untuk mentransformasi ummat dari kejahiliyahan menuju islam.
Jadi dapat dikatakan dakwah adalah sebuah proses pembelajaran bagi orang-orang yang jahil (bodoh) agar mereka menjadi orang-orang yang cerdas dengan diterangi cahaya islam. Hingga kita dapat menarik satu kesimpulan yang sama bahwa dalam kehidupan ini kita butuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu insya Allah akan kita dapatkan di “universitas dakwah”.
Jika di universitas ada mahasiswa, maka kita semua adalah mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan. Bedanya kalau di universitas ini biaya kuliahnya adalah keikhlasan, kesungguhan, perjuangan dan keistiqomahan. Kita selaku mahasiswa dituntut untuk membayar uang kuliah setiap saat, setiap waktu di setiap tahapan. Ikhlas dalam melaluinya, sungguh-sungguh dalam menjalankannya, berjuang untuk menegakkannya, serta istiqomah walau berat tantangan yang akan dihadapi. Namun insya Allah yang akan didapatkan bukan hanya ilmu dan pemahaman, melainkan keberkahan, rahmat, kasih sayang, pahala, bahkan syurga. Allahuakbar !!!
Jika di universitas ada dosen, maka di universitas dakwah juga ada seorang murobbi (guru). Yang membawakan kita cahaya di tengah kegelapan. Yang membawakan embun penyejuk dalam kehausan. Ia sebagai perantara antara ummat dan hidayah Allah SWT. Mengajarkan, membimbing, memantau bahkan menjaga. Terkadang ia seperti saudara kita. Atau terkadang ia seperti orang tua kita, seperti guru spiritual kita (syaikh) dan juga tentunya seperti seorang guru kita (ustadz). Kita pun sebenarnya adalah seorang pendidik (murobbi). Karena mendidik adalah tugas orang yang terdidik. Pada saatnya kita pun dituntut agar menjadi seorang dosen. Dosen di universitas dakwah. Allahuakbar !!!
Jika di universitas ada jajaran birokrasi yang menglola dan mengatur jalannya proses belajar-mengajar, maka di universitas dakwah juga di kenal dengan sebutan qiyadah (pemimpin) yang dipilih melalui musyawarah untuk menjadi nahkoda di atas bahtera dakwah ini. Setiap bagian dari universitas ada yang mengatur dan mengelola untuk membantu tugas sang qiyadah. Orang-orang yang ada pada jajaran birokrasi adalah orang yang telah lama kuliah, banyak pengalaman, faham akan seluk beluk kampus dan memiliki kapabilitas untuk membawa universitas ini menebarkan kebaikan dan rahmat kepada seluruh alam. Kita para mahasiswa dan dosen harus tsiqoh (percaya) kepada mereka, agak cita-cita bersama mudah untuk diraih, insya Allah. Allahuakbar !!!
Dan akhirnya masa kelulusan pun tiba setelah beberapa tahun lamanya menimba ilmu di universitas dakwah. Walaupun ada juga kisah tentang mahasiwa yang keluar dari universitas sebelum masa kelulusan tiba. Mereka adalah orang yang tidak siap. Tidak siap dalam menghadapi beratnya tantangan yang dilewati dan akhirnya memilih untuk tidak kuliah lagi di universitas dakwah, naudzubillah. Semoga kita bukan golongan mereka, amien. Bagi kita yang tetap bertahan, insya Allah kita lulus. Tidak ada yang tidak lulus. Masa kelulusan itu adalah kematian kita. Itulah kelulusan yang menyenangkan (khusnul khatimah). Kita mengakhiri masa aktif di universitas dakwah, dengan gelar almarhum / almarhumah. Ijazah kita akan dibagikan di akirat sebagai syarat untuk masuk ke dalam syurga-Nya.
Kita semua berharap ingin mendapatkan nilai yang baik, yang terbaik dari yang baik-baik. Itulah kebanggaan kita semua setelah berhasil menyerahkan syarat kepada sang pencipta dengan nilai yang memuaskan akhirnya kita dapat melihat wajah-Nya dan reuni. Reuni dengan saudara seperjuangan di universitas dakwah. Wallahu’alam bi ash-showwab.
Dwipa Aprianur
Sebuah pekerjaan mulia karena ia adalah tugasnya para Nabi, Rasul dan ummat terdahulu yang saat ini kitalah yang wajib untuk melanjutkan estafet perjuangan mereka. Karena kita adalah da’i sebelum menjadi apa-apa, nahnu du’at qobla kulli syai’in.
Medan dakwah adalah sarana melakukan perbaikan, Para penyeru dakwah adalah orang-orang yang juga melakukan perbaikan pada diri mereka. Memperbaiki dan melakukan perbaikan. Medan dakwah adalah “kampus” bagi setiap manusia. Tempat belajar dan menimba banyak ilmu pengetahuan. Karena Allah SWT melalui perantara-Nya Muhammad SAW dan para Rasul terdahulu melakukan sebuah proses tarbiyah (pendidikan) untuk mentransformasi ummat dari kejahiliyahan menuju islam.
Jadi dapat dikatakan dakwah adalah sebuah proses pembelajaran bagi orang-orang yang jahil (bodoh) agar mereka menjadi orang-orang yang cerdas dengan diterangi cahaya islam. Hingga kita dapat menarik satu kesimpulan yang sama bahwa dalam kehidupan ini kita butuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu insya Allah akan kita dapatkan di “universitas dakwah”.
Jika di universitas ada mahasiswa, maka kita semua adalah mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan. Bedanya kalau di universitas ini biaya kuliahnya adalah keikhlasan, kesungguhan, perjuangan dan keistiqomahan. Kita selaku mahasiswa dituntut untuk membayar uang kuliah setiap saat, setiap waktu di setiap tahapan. Ikhlas dalam melaluinya, sungguh-sungguh dalam menjalankannya, berjuang untuk menegakkannya, serta istiqomah walau berat tantangan yang akan dihadapi. Namun insya Allah yang akan didapatkan bukan hanya ilmu dan pemahaman, melainkan keberkahan, rahmat, kasih sayang, pahala, bahkan syurga. Allahuakbar !!!
Jika di universitas ada dosen, maka di universitas dakwah juga ada seorang murobbi (guru). Yang membawakan kita cahaya di tengah kegelapan. Yang membawakan embun penyejuk dalam kehausan. Ia sebagai perantara antara ummat dan hidayah Allah SWT. Mengajarkan, membimbing, memantau bahkan menjaga. Terkadang ia seperti saudara kita. Atau terkadang ia seperti orang tua kita, seperti guru spiritual kita (syaikh) dan juga tentunya seperti seorang guru kita (ustadz). Kita pun sebenarnya adalah seorang pendidik (murobbi). Karena mendidik adalah tugas orang yang terdidik. Pada saatnya kita pun dituntut agar menjadi seorang dosen. Dosen di universitas dakwah. Allahuakbar !!!
Jika di universitas ada jajaran birokrasi yang menglola dan mengatur jalannya proses belajar-mengajar, maka di universitas dakwah juga di kenal dengan sebutan qiyadah (pemimpin) yang dipilih melalui musyawarah untuk menjadi nahkoda di atas bahtera dakwah ini. Setiap bagian dari universitas ada yang mengatur dan mengelola untuk membantu tugas sang qiyadah. Orang-orang yang ada pada jajaran birokrasi adalah orang yang telah lama kuliah, banyak pengalaman, faham akan seluk beluk kampus dan memiliki kapabilitas untuk membawa universitas ini menebarkan kebaikan dan rahmat kepada seluruh alam. Kita para mahasiswa dan dosen harus tsiqoh (percaya) kepada mereka, agak cita-cita bersama mudah untuk diraih, insya Allah. Allahuakbar !!!
Dan akhirnya masa kelulusan pun tiba setelah beberapa tahun lamanya menimba ilmu di universitas dakwah. Walaupun ada juga kisah tentang mahasiwa yang keluar dari universitas sebelum masa kelulusan tiba. Mereka adalah orang yang tidak siap. Tidak siap dalam menghadapi beratnya tantangan yang dilewati dan akhirnya memilih untuk tidak kuliah lagi di universitas dakwah, naudzubillah. Semoga kita bukan golongan mereka, amien. Bagi kita yang tetap bertahan, insya Allah kita lulus. Tidak ada yang tidak lulus. Masa kelulusan itu adalah kematian kita. Itulah kelulusan yang menyenangkan (khusnul khatimah). Kita mengakhiri masa aktif di universitas dakwah, dengan gelar almarhum / almarhumah. Ijazah kita akan dibagikan di akirat sebagai syarat untuk masuk ke dalam syurga-Nya.
Kita semua berharap ingin mendapatkan nilai yang baik, yang terbaik dari yang baik-baik. Itulah kebanggaan kita semua setelah berhasil menyerahkan syarat kepada sang pencipta dengan nilai yang memuaskan akhirnya kita dapat melihat wajah-Nya dan reuni. Reuni dengan saudara seperjuangan di universitas dakwah. Wallahu’alam bi ash-showwab.
Dwipa Aprianur