Islamedia - Ketua MUI Ma'ruf Amin meluncurkan buku biografi tepat di usianya yang
menginjak 70 tahun. Seiring dengan pengabdiannya yang sudah cukup lama,
sang kiai didorong untuk terjun ke dunia politik.
Acara peluncuran buku berjudul 'Pengabdian Tiada Henti terhadap Agama, Bangsa dan Negara' itu digelar di Gedung Pegadaian Pusat, Jl Kramat Raya 162, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2013). Hadir juga tokoh Islam lainnya, seperti Rois Syuriah PBNU Masdar F Mas’udi, Ketua Komisi Fatwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat Ahmad Zain An Najah, dan pakar ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik.
Dalam buku yang disusun dan diterbitkan oleh tim The Ibrahim Hosen Institute ini diterangkan perjalanan hidup Ma'ruf Amin. Mulai dari hari lahirnya, 11 Maret 1943 hingga menjabat sebagai anggota Wantimpres Bidang Hubungan Antaragama. Ma'ruf memang sudah menjabat sebagai anggota Wantimpres selama dua periode. Kumpulan 40-an tulisan penuh glorifikasi ini memang ditujukan sebagai kado ulang tahun Ma'ruf yang ke 70.
Namun dalam acara diskusi itu, ada beberapa pesan yang disampaikan rekan-rekan Ma'ruf. Di antaranya Masdar F Mas'udi yang meminta agar MUI kini tidak perlu lagi fokus mengurusi persoalan halal-haram.
"Halal-haram itu jelas dalam hati kita. Akan tetapi sekarang masalahnya adalah maslahat-mudharat (kemanfaatan dan dampak buruk). Ini harus lebih disentuh daripada hanya masalah fatwa formil halal dan haram," ucap Masdar.
Pembicara lainnya, Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mendorong agar Ma'ruf Amin bisa menceburkan diri lebih ke dalam dunia politik. Menurutnya, ulama harus memimpin Indonesia.
"Jiwa keagamaan dalam politik Indonesia telah melemah, bahkan hampir mati. Kepemimpinan ulama di Indonesia harus dikembalikan," kata Abdul Mu'ti.
Ma'ruf Amin sendiri memilih untuk lebih banyak mendengarkan daripada ikut duduk di kursi pembicara. Ma'ruf tidak ingin mengintervensi pembicaraan orang lain mengenai dirinya.
"Tidak semua orang suka dan sependapat dengan saya. Saya biarkan saja. Pasti ada yang suka ada yang tidak suka," kata Wantimpres Bidang Hubungan Antaragama ini.
"Sebagai orang yang mau dibedah, jangan banyak-banyak ngomongnya. Saya terima saja," tutur pendiri PKNU yang merapat kembali ke PKB ini, di awal acara.[detik/im]
Acara peluncuran buku berjudul 'Pengabdian Tiada Henti terhadap Agama, Bangsa dan Negara' itu digelar di Gedung Pegadaian Pusat, Jl Kramat Raya 162, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2013). Hadir juga tokoh Islam lainnya, seperti Rois Syuriah PBNU Masdar F Mas’udi, Ketua Komisi Fatwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat Ahmad Zain An Najah, dan pakar ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik.
Dalam buku yang disusun dan diterbitkan oleh tim The Ibrahim Hosen Institute ini diterangkan perjalanan hidup Ma'ruf Amin. Mulai dari hari lahirnya, 11 Maret 1943 hingga menjabat sebagai anggota Wantimpres Bidang Hubungan Antaragama. Ma'ruf memang sudah menjabat sebagai anggota Wantimpres selama dua periode. Kumpulan 40-an tulisan penuh glorifikasi ini memang ditujukan sebagai kado ulang tahun Ma'ruf yang ke 70.
Namun dalam acara diskusi itu, ada beberapa pesan yang disampaikan rekan-rekan Ma'ruf. Di antaranya Masdar F Mas'udi yang meminta agar MUI kini tidak perlu lagi fokus mengurusi persoalan halal-haram.
"Halal-haram itu jelas dalam hati kita. Akan tetapi sekarang masalahnya adalah maslahat-mudharat (kemanfaatan dan dampak buruk). Ini harus lebih disentuh daripada hanya masalah fatwa formil halal dan haram," ucap Masdar.
Pembicara lainnya, Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mendorong agar Ma'ruf Amin bisa menceburkan diri lebih ke dalam dunia politik. Menurutnya, ulama harus memimpin Indonesia.
"Jiwa keagamaan dalam politik Indonesia telah melemah, bahkan hampir mati. Kepemimpinan ulama di Indonesia harus dikembalikan," kata Abdul Mu'ti.
Ma'ruf Amin sendiri memilih untuk lebih banyak mendengarkan daripada ikut duduk di kursi pembicara. Ma'ruf tidak ingin mengintervensi pembicaraan orang lain mengenai dirinya.
"Tidak semua orang suka dan sependapat dengan saya. Saya biarkan saja. Pasti ada yang suka ada yang tidak suka," kata Wantimpres Bidang Hubungan Antaragama ini.
"Sebagai orang yang mau dibedah, jangan banyak-banyak ngomongnya. Saya terima saja," tutur pendiri PKNU yang merapat kembali ke PKB ini, di awal acara.[detik/im]