Islamedia - Assalamu'alaykum ustadz, bagaimana hukumnya menjalin jari jemari tangan kiri dan kanan seperti menggenggamkan keduanya? terimakasih.. (@Rudi)
Jawaban:
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa man waalah, wa Ba’d;
Semoga rahmat Allah Ta’ala atas kita semua ...
Sering kita lihat ketika di masjid, manusia
duduk bersila sambil menyilangkan –istilah penanya menjalin- jari jemari kedua tangannya. Baik ketika
menunggu azan dan iqamah, atau saat mendengarkan khutbah Jumat. Hal ini
terlarang, yakni makruh. Larangan
ini berlaku bagi orang yang hendak shalat atau menunggu shalat di masjid. Tetapi, diluar waktu itu tidak apa-apa, walau pun di
masjid.
Larangan tersebut tertera di antaranya dalam
riwayat dari Ka’ab bin ‘Ujrah
Radhilallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ خَرَجَ
عَامِدًا إِلَى الْمَسْجِدِ فَلَا يُشَبِّكَنَّ يَدَيْهِ فَإِنَّهُ فِي صَلَاةٍ
Jika di antara kalian berwudhu maka perbaguslah wudhunya, lalu bersengaja menuju masjid, maka janganlah menyilangkan
jari jemari kalian, karena saat itu hakikatnya dalam keadaan shalat. (HR.
At Tirmidzi No. 386, Abu Daud No. 562, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah
No. 475. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 442, juga dishahihkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam
Ibnu Hibban. Lihat Fathul Bari
(1/566) )
Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah menjelaskan:
يعني: ما دام متجهاً إلى الصلاة
فهو في صلاة، فلا يشبكن بين أصابعه لا في الطريق ولا في المسجد
Yakni selama dia menuju ke masjid maka dia dalam keadaan shalat, maka
janganlah menyilangkan antara jari jemarinya, baik ketika di jalan mau pun saat
di masjid. (Syarh Sunan Abi Daud, 3/479)
Itulah hikmah kenapa perbuatan tersebut dilarang. Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa perbuatan tersebut berasal dari syetan, namun
semua riwayat tersebut dinyatakan dhaif oleh Al
Hafizh Ibnu Hajar. (Fathul Bari, 1/566), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth
dalam Ta’liq Musnad Ahmad-nya.
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
يكره تشبيك الاصابع عند الخروج إلى الصلاة وفي المسجد عند انتظارها ولا
يكره فيما عدا ذلك ولو كان في المسجد.
Dimakruhkan menyilangkan jari jemari ketika keluar menuju shalat dan di
masjid ketika menunggu shalat, dan tidak dimakruhkan di luar waktu itu walau pun
di masjid. (Fiqhus Sunnah, 1/252)
Kenapa setelah selesai shalat tidak dilarang? Telah shahih beberapa riwayat bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
pernah menyilangkan jari jemarinya di masjid, namun itu terjadi setelah
shalat, bukan waktu menunggu shalat atau
dalam perjalanan ke masjid.
Kami sampaikan satu hadits saja, dalam hadits yang cukup panjang Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu
menceritakan (kami ringkas saja):
فَصَلَّى بِنَا
رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ فَقَامَ إِلَى خَشَبَةٍ مَعْرُوضَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَاتَّكَأَ
عَلَيْهَا كَأَنَّه غَضْبَانُ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَشَبَّكَ
بَيْنَ أَصَابِعِهِ .....
Lalu beliau (Rasulullah) shalat bersama kami dua rakaat, kemudian beliau
salam, lalu bangun menuju kayu tiang di masjid, dia bersandar kepadanya seakan
dia sedang marah dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dan dia
menyilangkan jari jemarinya .... (HR. Bukhari No. 482)
Demikian. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam
Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina
Muhammadin wa ‘Ala
Aalihi wa Shahbihi ajmain.