Islamedia - Koalisi oposisi Suriah, yang telah diakui oleh Liga Arab sebagai satu-satunya representasi negara Suriah, telah membuka kedutaan besarnya yang pertama di Doha, ibukota Qatar, pada Rabu (27/3) lalu.
Acara peresmian pembukaan Kedubes Suriah itu, dihadiri oleh para Dubes negara-negara Arab dan sejumlah negara Barat. Adapun pemimpin koalisi oposisi Suriah Moaz Al-Khatib, Menlu Qatar Khalidal Al-Atiyah melakukan seremoni pemotongan pita di pintu masuk kedubes.
Lagu kebangsaan Qatar dan Suriah juga diperdengarkan, sementara pejabat Qatar dan oposisi Suriah berdiri di bawah bendera oposisi Suriah yang dibingkai dengan rangkaian balon warna merah, hijau, putih, dan hitam.
Kedutaan besar Suriah sebelumnya masih tetap ditutup, semenjak hubungan diplomatik kedua negara itu memburuk pada November 2011, karena ulah rezim tiran Bashar Assad yang mengobarkan perang sipil dan membantai lebih dari 70.000 orang.
Upacara peresmian kedubes itu berlangsung sehari setelah Liga Arab menerima keanggotaan Koalisi Oposisi Suriah dalam Pertemuan di Doha. Dalam pidato sambutannya di Pertemuan itu, Khatib menyampaikan bahwa oposisi Suriah juga berharap dapat mewakili Suriah di PBB.
Sementara itu, Rusia sebagai sekutu terkuat dan penyuplai senjata rezim tiran Assad, mengeluarkan pernyataan bahwa pemberian kursi Suriah kepada Koalisi Nasional adalah "ilegal dan tak bisa dipertahankan".
Lebih lanjut, Menlu Rusia menuding bahwa Khatib memanfaatkan kehadirannya di Doha, untuk menyerukan dan menggalang tekanan-internasional dalam penerapan area bebas-terbang di wilayah-wilayah Suriah yang dikendalikan oleh oposisi bersenjata.
Menlu Rusia juga memandang miring langkah Liga Arab, organisasi kawasan yang terus bersitegang dengan Rusia selama konflik Suriah dua tahun terakhir ini, yang telah secara efektif mendorong solusi militer alih-alih pembicaraan damai.
Menyusul langkah Inggris dan Perancis, Liga Arab memang telah menyetujui langkah pemebrian bantuan persenjataan kepada para pejuang oposisi di Suriah. [iina]
Acara peresmian pembukaan Kedubes Suriah itu, dihadiri oleh para Dubes negara-negara Arab dan sejumlah negara Barat. Adapun pemimpin koalisi oposisi Suriah Moaz Al-Khatib, Menlu Qatar Khalidal Al-Atiyah melakukan seremoni pemotongan pita di pintu masuk kedubes.
Lagu kebangsaan Qatar dan Suriah juga diperdengarkan, sementara pejabat Qatar dan oposisi Suriah berdiri di bawah bendera oposisi Suriah yang dibingkai dengan rangkaian balon warna merah, hijau, putih, dan hitam.
Kedutaan besar Suriah sebelumnya masih tetap ditutup, semenjak hubungan diplomatik kedua negara itu memburuk pada November 2011, karena ulah rezim tiran Bashar Assad yang mengobarkan perang sipil dan membantai lebih dari 70.000 orang.
Upacara peresmian kedubes itu berlangsung sehari setelah Liga Arab menerima keanggotaan Koalisi Oposisi Suriah dalam Pertemuan di Doha. Dalam pidato sambutannya di Pertemuan itu, Khatib menyampaikan bahwa oposisi Suriah juga berharap dapat mewakili Suriah di PBB.
Sementara itu, Rusia sebagai sekutu terkuat dan penyuplai senjata rezim tiran Assad, mengeluarkan pernyataan bahwa pemberian kursi Suriah kepada Koalisi Nasional adalah "ilegal dan tak bisa dipertahankan".
Lebih lanjut, Menlu Rusia menuding bahwa Khatib memanfaatkan kehadirannya di Doha, untuk menyerukan dan menggalang tekanan-internasional dalam penerapan area bebas-terbang di wilayah-wilayah Suriah yang dikendalikan oleh oposisi bersenjata.
Menlu Rusia juga memandang miring langkah Liga Arab, organisasi kawasan yang terus bersitegang dengan Rusia selama konflik Suriah dua tahun terakhir ini, yang telah secara efektif mendorong solusi militer alih-alih pembicaraan damai.
Menyusul langkah Inggris dan Perancis, Liga Arab memang telah menyetujui langkah pemebrian bantuan persenjataan kepada para pejuang oposisi di Suriah. [iina]