Islamedia - Sebuah lembaga amal dari Uni Emirat Arab, akan menggalang kerjasama dengan para pemuka agama dan penggiat komunitas di Asia dan Afrika, untuk membuka akses pendidikan bagi kaum perempuan.
Lembaga amal bernama Dubai Cares yang selama ini telah bekerja dalam peningkatan akses terhadap pendidikan dasar bermutu di 28 negara berkembang itu, akan meluncurkan program barunya pada tahun ini, untuk mengatasi "hambatan tradisional dan kultural".
"Kami hendak menggarap 10 program baru di enam hingga tujuh negara," ujar Asma Malik, Manajer Program Dubai Cares, di sela-sela pelaksanaan Konferensi dan Pameran Internasional Pembangunan dan Bantuan Kemanusiaan ke-10 di Dubai yang berakhir pada Jum'at (29/3) lalu.
"(Kami) berencana untuk menjalankan program yang menyasar anak-anak dalam masa awal perkembangan, serta menambahkan program yang menangani masalah pendidikan kaum perempuan," kata Malik seraya mengemukakan bahwa tantangan yang dihadapi lembaganya begitu beragam di tiap-tiap kawasan, sehingga butuh program inovatif untuk mengatasinya.

"Di area perdesaan, kami harus bekerjasama dengan pemuka agama dan juga penggiat komunitas, untuk meyakinkan masyarakatnya, dan membantu menumbuhkan kesadaran akan arti penting pendidikan bagi para anak gadis mereka," lanjut Malik lagi.
Di Asia, menurut Malik, tantangannya berbeda ketika sang gadis mulai memasuki pendidikan menengah.
"Dalam konteks Asia, masalahnya bukan pada akses terhadap pendidikan, namun terkait masa peralihan di mana para siswi mulai drop out, disebabkan kurangnya sanitasi maupun kurangnya fasilitas yang higienis, dan juga karena para anak gadis itu cenderung dinikahkan atau hamil sejak dini."
Selain itu, Malik juga mengatakan bahwa keadaan ekonomi yang miskin turut menjadi alasan anak perempuan putus sekolah. [iina]
Lembaga amal bernama Dubai Cares yang selama ini telah bekerja dalam peningkatan akses terhadap pendidikan dasar bermutu di 28 negara berkembang itu, akan meluncurkan program barunya pada tahun ini, untuk mengatasi "hambatan tradisional dan kultural".
"Kami hendak menggarap 10 program baru di enam hingga tujuh negara," ujar Asma Malik, Manajer Program Dubai Cares, di sela-sela pelaksanaan Konferensi dan Pameran Internasional Pembangunan dan Bantuan Kemanusiaan ke-10 di Dubai yang berakhir pada Jum'at (29/3) lalu.
"(Kami) berencana untuk menjalankan program yang menyasar anak-anak dalam masa awal perkembangan, serta menambahkan program yang menangani masalah pendidikan kaum perempuan," kata Malik seraya mengemukakan bahwa tantangan yang dihadapi lembaganya begitu beragam di tiap-tiap kawasan, sehingga butuh program inovatif untuk mengatasinya.

"Di area perdesaan, kami harus bekerjasama dengan pemuka agama dan juga penggiat komunitas, untuk meyakinkan masyarakatnya, dan membantu menumbuhkan kesadaran akan arti penting pendidikan bagi para anak gadis mereka," lanjut Malik lagi.
Di Asia, menurut Malik, tantangannya berbeda ketika sang gadis mulai memasuki pendidikan menengah.
"Dalam konteks Asia, masalahnya bukan pada akses terhadap pendidikan, namun terkait masa peralihan di mana para siswi mulai drop out, disebabkan kurangnya sanitasi maupun kurangnya fasilitas yang higienis, dan juga karena para anak gadis itu cenderung dinikahkan atau hamil sejak dini."
Selain itu, Malik juga mengatakan bahwa keadaan ekonomi yang miskin turut menjadi alasan anak perempuan putus sekolah. [iina]