Somalia, Negeri Pemasok Ternak Yang Menderita -->

Somalia, Negeri Pemasok Ternak Yang Menderita

Abu Rafah
Minggu, 24 Februari 2013
Islamedia - Somalia, sebuah Negara di bagian Afrika Timur pernah menjadi negeri pemasok kambing terbesar di dunia. Penduduknya yang 100% muslim ini, merdeka 52 tahun lalu, tepatnya 1 Juli 1960. Namun sejak tahun 1991 negeri ini dilanda konflik berkepanjangan. Terjadi perebutan kekuasaan, mengakibatkan situasi politik yang memanas dan tidak kondusif. Roda pemerintahan pun berjalan tidak efektif. Situasi keamanan yang tak terkendali, kelompok-kelompok bersenjata saling bertarung dan terpecah yang menjadikan kondisi semakin panas hingga menyebabkan warga pergi dari kampung halaman mereka karena peperangan.
 
Somalia, negeri gurun beriklim rata-rata 280celcius itu kian frustasi dengan keadaannya sendiri. Gejolak konflik yang tak kunjung reda berdampak derita kian nestapa. Cuaca yang ekstrem, kemiskinan merajalela, kekeringan menyekik leher yang dahaga, kelaparan merenggut jiwa setiap 6 menitnya. Membuat negeri ini seolah tak punya harapan lagi.

Tragedi ini meraksasa akibat dunia bungkam dan tutup mata atasnya. Curah hujan yang sangat rendah menyebabkan Somalia selama dua dekade dilanda bencana kekeringan, gejolak perang saudara yang tak pernah usai. Semuanya seolah buta, tak peduli dengan apa yang terjadi. Banyak hewan ternak menghilang dari bumi Somalia, atau mati terkapar menyedihkan di dataran luas yang panas itu. Sungguh memprihatinkan.

Kerasnya bencana di Somalia tidak sampai disitu. Sejak 2008 terdapat 125 kasus pembajakan di perairan Somalia. Mereka yang dulu berprofesi sebagai petani, berubah status menjadi perompak. Frustasi dengan bencana kekeringan dan kelaparan yang berkepanjangan membuat penduduk Somalia mengambil jalur kekerasan untuk memenuhi perutnya yang kelaparan. Somalia pun dikenal sebagai negeri bajak laut. 
 
Sungguh ironi, negeri kaya nan subur, pemasok pangan terbesar itu kini harus hidup dalam ketakutan dan serba kekurangan. “Kita abaikan dulu stigma Somalia sebagai negeri bajak laut. Faktanya, jutaan rakyatnya saat ini terancam mati kelaparan. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang tak boleh diabaikan oleh bangsa Indonesia yang beradab,” begitu tandas Ahyudin. Presiden Aksi Cepat Tanggap.

Memang ini adalah tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Uluran tangan harus diberikan, agar tersingkir segala luka Somalia, hilang sirna segala derita yang menyesakkan dada. Namun, untuk datang kesana, bukanlah perkara mudah. Penuh resiko yang harus diwaspadai. Alih alih ingin memberikan bantuan kepada warga Somalia, malah menjadi tawanan para perompak yang mengintai dilaut lepas. Lewat darat atau udara apakah lebih baik? Tidak juga. Negeri beribukota Mogadishu ini sedang diliputi perang saudara, banyak kelompok bersenjata yang saling bertarung disana. Maka, nyaris tak ada jalur aman yang dapat dilalui ke negeri ternak ini.

ACT Foundation salah satu lembaga kemanusiaan global menyalurkan bantuan atas tragedi kemanusiaan yang melanda negeri pemasok ternak itu. Perjuangan menembus lorong lorong kematian tim kemanusiaan menjadi drama yang mendebarkan. Menyampaikan amanah ummat ke negeri yang tengah diguncang perpecahan itu membawa kecemasan akan keselamatan diri. Namun tekad telah kuat, niat telah bulat, bahwa di seberang sana ada negeri yang tengah menderita kelaparan. Jutaan penduduknya terancam mati kelaparan. Dengan keyakinan bahwa Allah menyertai setiap langkah hamba-Nya dalam setiap misi kemanusiaan, bismillah, tugas mulia ini harus ditunaikan, amanah ini harus sampai tujuan. 

Kini mata dunia terbuka, di Somalia jutaan jiwa harus segera diselamatkan. Tim kemanusiaan manca negara kini berlomba-lomba memberikan uluran tangan. Namun tak cukup jika hanya bantuan pangan yang diberikan. Somalia butuh bantuan menyeluruh baik dari sisi politik, kemanusiaan, maupun ekonomi untuk menyelesaikan akar krisis yang melanda Somalia. Demi menyelamatkan  anak bangsa Somalia.