Turki mengesampingkan dialog dengan pemerintah Suriah, kata Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu pada Selasa, sehari setelah Moskow mengusulkan perundingan dengan Damaskus sebagai satu-satunya jalan untuk menghentikan konflik di negara itu.

"Tidak ada tempat untuk menyelenggarakan dialog dengan pemerintah yang terus melakukan pembunuhan terhadap rakyatnya, bahkan selama Idul Adha," kata Davutoglu dalam jumpa wartawan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyerukan Barat dan negara-negara regional termasuk Turki untuk memulai prundingan dengan Presiden Bashar al-Assad serta oposisi untuk membuka jalan bagi satu penyelesaian politik di Suriah, yang dilanda hampir 20 bulan konflik.

Sangat sulit untuk menyelesaikan satu masalah tanpa dialog dengan pemerintah, dan itu adalah satu-satunya masalah yang harus tetap ditempuh melalui satu proses politik," kata Lavrov setelah berembuk dengan Lakhdar Brahimi, utusan perdamaian internasional untuk Suriah.

Davutoglu mengatakan dialog dengan Damaskus merupakan satu langkah yang dapat "melegitimasi pemerintah untuk terus melakukan aksi kekerasan".

Pemerintah Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, yang pernah menjadi sekutu Presiden Bashar al-Assad, bertikai dengan Damaskus setelah tindakan keras yang mematikan terhadap pemberontakan rakyat yang meletus Maret tahun lalu.

Turki sejak itu menampung 108.0000 pengungsi Suriah yang melarikan diri dari koflik itu, serta para pemimpin militer dan politik oposisi di pengasingan.

Ankara mendukung imbauan Brahimi bagi gencatan senjata selama liburan Idul Adha yang tidak pernah ditaati, dengan masing-masing pihak salig menuduh melakukan pelanggaran.

Davutoglu mengatakan gencatan senjata yang gagal itu menyebabkan Turki "sangat terganggu."

Lebih dari 500 orang dilaporkan tewas selama Idul Adha empat hari kendatipun gencaran senjata itu ditengahi Brahimi, yang mengatakan perang saudara di Suriah akan semakin buruk.

Brahimi, yang menjadi utusan Suriah setelah orang yang digantikannya Kofi Annan mengunduran diri ketika rencana perdamaian lima pasalnya gagal dilaksanakan.

"Masalah-masalah sekarang adalah mendorong perdamaian melalui satu pesan paling keras. Kami mempertahankan hubungan kami dengan pemerintah Suriah selama beberapa bulan dan menyerukan dialog," kata Davutoglu.

"Kami masih melakukan, tetapi yang paling utama pemerintah Suriah harus menunjukkan keinginannya berdamai dengan rakyatnya sendiri," tambahnya menolak perundingan kendatipun perang saudara tidak akan mendatangkan hasil apapun.

Davutoglu juga menyeruka satu proses transisi d Suriah di mana "orang yang tidak terlibat dalam aksi berdarah terhadap rakyat Suriah akan memainkan satu peran."

Turki, yang bersama dengan sejumlah negara Arab dan Barat menyerukan penggulingan Bashar baru-baru ini terlibat dalam dialog dengan Iran dan Rusia, pendukung-pendukung pemerintah Bashar.

Davutoglu mengatakan konsultasi-konsultasi dengan Iran dan Rusia serta Mesir dan Arab Saudi-- yang menututu Bashar mundur-- akan dilanjutkan, dan menambahkan semua pihak harus secara tegas mengemukakan kepada pemerintah Suriah bahwa mereka harus menghentikan pembunuhan, demikian AFP.[antara]