Palestina dan Inkonsistensi Kita -->

Palestina dan Inkonsistensi Kita

Rabu, 21 November 2012
Islamedia - Sebuah rapat maha penting dihelat pekan lalu saat matahari masih setia memanggang Tel Aviv, Israel. Semua pejabat penting hadir: mulai dari Perdana menteri Benyamin Netanyahu hingga  Panglima Angkatan Bersenjata negeri zionis tersebut.
“Kita harus serang Gaza sekarang juga,” perintah Netanyahu.
“Bagaimana kalau dunia mengecam kita ?” Tanya salah seorang peserta rapat.
“Kita tak perlu takut dikecam atau dikutuk. Biasalah, dunia hanya bisa mengecam. Negara-negara Islam hanya bisa mengutuk. Dunia Arab tak perlu ditakuti. Apalagi PBB. Kita adalah Negara adidaya sesungguhnya,” lanjut Netanyahu.
“Lalu bagaimana kalau ada ajakan memboikot produk kita?”
“Tak perlu khawatir. Paling hanya sesaat dan setelah usai menyerang Gaza, mereka akan kembali memakai produk kita,” kata Netanyahu.
**************************
Dunia kembali terhenyak pekan lalu ketika Zinos Israel memulai episode kebengisannya dengan membom mobil yang ditumpangi salah satu pemimin militer HAMAS, Ahmad Jabaari. Usai itu, cerita kekejian Zionis Israel kembali terulang. Mereka memborbardir Gaza dengan membabi buta. Korban meninggal berjatuhan; banyak yang terluka. Mayoritas wanita dan anak-anak.
Dan dunia pun seperti berlomba mengutuk Israel. Dan persis seperti rapat imajiner yang saya tuliskan di atas, Negara-negara muslim, PBB dan lainnya hanya mengecam. Hanya mengutuk.
Mengapa Israel begitu percaya diri menyerang Gaza? Kita semua pasti sudah tahu sebabnya. Karena Israel didukung AS; karena Israel kuat secara ekonomi; karena kuatnya lobi Yahudi di AS, dan sebagainya. Atau meminjam istilah Faisal Assegaf, wartawan Tempo, karena Israel adalah negara adidaya sejati.
Tapi boleh jadi, salah satu faktor yang membuat mereka berani adalah karena inkonsistensi kita. Saya seringkali menyaksikan ketika ada acara-acara pengajian di masjid atau musholla, maka air mineralnya adalah salah satu produk Yahudi. Saya pun saya sering melihat ada saja  peserta mereguk Aqua ketika unjuk rasa mendukung Palestina.

Saya teramat yakin, itulah salah satu sebab mengapa Israel begitu berani menyerang Gaza. Karena ada di antara kita yang hanya sibuk mencaci; berlomba mengutuk, namun tak diikuti dengan perilaku di lapangan. Banyak di antara kita memilih menjadi orang-orang yang tak konsisten.
Saya sungguh terinspirasi oleh sikap seorang ustadz yang juga aktivis yang tak kenal lelah memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Sekitar tiga tahun lalu, saya bertemu dengannya dalam acara reuni pengurus Lembaga Dakwah Kampus. Saat disodorkan Aqua, ia menolak dan lebih memilih air putih tak bermerk. Ia menunjukkan sikap konsisten antara ucapan dan tindakan. Jika hal semacam ini diikuti oleh ratusan juta umat Islam di Tanah Air, dapat dibayangkan dampak yang terjadi.
Sejak itu saya belajar dan berusaha keras untuk konsisten. Dan saya memulai dari diri sendiri dan keluarga. Tanpa bermaksud riya, Hingga hari ini, Alhamdulillah saya tak pernah lagi mengajak anak-anak saya mengkonsumsi junkfood di KFC atau Mc Donalds. Bahkan, setiap saya ajak membeli makanan, mereka akan bertanya dulu.
“Ayah, ini buatan Yahudi bukan?”
Kesadaran semacam ini perlu dilakukan sejak dini kepada anak-anak kita.. Agar jangan sampai ketika mereka dewasa kelak, menjadi generasi yang menghabiskan waktunya  di mal-mal sambil menyantap hidangan di  Mc Donald, KFC atau Dunkin Donuts—sementara mulutnya menyeruput  Coca Cola sambil sibuk meliak-likukkan jempolnya di atas keypad Nokia.
Percayalah, Israel akan terus merajalela jika telunjuk kita masih saja menunjuk ke Barat sebagai penyebabnya dan disaat yang sama kita masih tidak konsisten. Saatnya kita melakukan hal-hal kecil dan sederhana: menghindari produk Yahudi selama ada penggantinya. Mulailah dari diri kita sendiri agar menjadi teladan bagi orang di sekitar kita.
*******************
Sebuah rapat kembali dihelat saat matahari masih setia  memanggang Tel Aviv. Agendanya: menyikapi reaksi dunia internasional, termasuk Indonesia, terhadap penyerangan ke Gaza.
“Betulkan apa yang saya katakan. Mereka cuma bisa mengutuk,” kata Netanyahu dengan pongahnya.
“Di Indonesia lebih lucu Mr Prime Minister. Mereka berdemo mengutuk kita, tapi sambil minum dan makan buatan perusahaan kita. Mereka juga saling menghujat dan merasa benar sendiri,” kata seorang intelijen Mossad.
Ha…ha…ha…,” suasana rapat dipenuhi gelak tawa tak berkesudahan.

Erwyn Kurniawan