
Islamedia - Sebuah rapat maha penting dihelat pekan lalu saat
matahari masih setia memanggang Tel Aviv, Israel. Semua pejabat penting hadir:
mulai dari Perdana menteri Benyamin Netanyahu hingga Panglima Angkatan Bersenjata negeri zionis
tersebut.
“Kita harus serang Gaza sekarang juga,” perintah
Netanyahu.
“Bagaimana kalau dunia mengecam kita ?” Tanya salah
seorang peserta rapat.
“Kita tak perlu takut dikecam atau dikutuk.
Biasalah, dunia hanya bisa mengecam. Negara-negara Islam hanya bisa mengutuk.
Dunia Arab tak perlu ditakuti. Apalagi PBB. Kita adalah Negara adidaya
sesungguhnya,” lanjut Netanyahu.
“Lalu bagaimana kalau ada ajakan memboikot produk
kita?”
“Tak perlu khawatir. Paling hanya sesaat dan setelah
usai menyerang Gaza, mereka akan kembali memakai produk kita,” kata Netanyahu.
**************************
Dunia kembali terhenyak pekan lalu ketika Zinos
Israel memulai episode kebengisannya dengan membom mobil yang ditumpangi salah
satu pemimin militer HAMAS, Ahmad Jabaari. Usai itu, cerita kekejian Zionis
Israel kembali terulang. Mereka memborbardir Gaza dengan membabi buta. Korban
meninggal berjatuhan; banyak yang terluka. Mayoritas wanita dan anak-anak.
Dan dunia pun seperti berlomba mengutuk Israel. Dan
persis seperti rapat imajiner yang saya tuliskan di atas, Negara-negara muslim,
PBB dan lainnya hanya mengecam. Hanya mengutuk.
Mengapa Israel begitu percaya diri menyerang Gaza?
Kita semua pasti sudah tahu sebabnya. Karena Israel didukung AS; karena Israel
kuat secara ekonomi; karena kuatnya lobi Yahudi di AS, dan sebagainya. Atau
meminjam istilah Faisal Assegaf, wartawan Tempo, karena Israel adalah negara
adidaya sejati.
Tapi boleh jadi, salah satu faktor yang membuat mereka berani
adalah karena inkonsistensi kita. Saya seringkali menyaksikan ketika ada
acara-acara pengajian di masjid atau musholla, maka air mineralnya adalah salah
satu produk Yahudi. Saya pun saya sering melihat ada saja peserta mereguk Aqua ketika unjuk rasa mendukung
Palestina.
Saya teramat yakin, itulah salah satu sebab mengapa
Israel begitu berani menyerang Gaza. Karena ada di antara kita yang hanya sibuk
mencaci; berlomba mengutuk, namun tak diikuti dengan perilaku di lapangan. Banyak
di antara kita memilih menjadi orang-orang yang tak konsisten.
Saya sungguh terinspirasi oleh sikap seorang ustadz
yang juga aktivis yang tak kenal lelah memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Sekitar
tiga tahun lalu, saya bertemu dengannya dalam acara reuni pengurus Lembaga
Dakwah Kampus. Saat disodorkan Aqua, ia menolak dan lebih memilih air putih tak
bermerk. Ia menunjukkan sikap konsisten antara ucapan dan tindakan. Jika hal
semacam ini diikuti oleh ratusan juta umat Islam di Tanah Air, dapat
dibayangkan dampak yang terjadi.
Sejak itu saya belajar dan berusaha keras untuk
konsisten. Dan saya memulai dari diri sendiri dan keluarga. Tanpa bermaksud
riya, Hingga hari ini, Alhamdulillah saya tak pernah lagi mengajak anak-anak
saya mengkonsumsi junkfood di KFC atau Mc Donalds. Bahkan, setiap saya ajak
membeli makanan, mereka akan bertanya dulu.
“Ayah, ini buatan Yahudi bukan?”
Kesadaran semacam ini perlu dilakukan sejak dini
kepada anak-anak kita.. Agar jangan sampai ketika mereka
dewasa kelak, menjadi generasi yang menghabiskan waktunya di mal-mal sambil menyantap hidangan di Mc
Donald, KFC atau Dunkin Donuts—sementara
mulutnya menyeruput Coca Cola sambil sibuk meliak-likukkan jempolnya di atas keypad
Nokia.
Percayalah, Israel akan terus merajalela jika
telunjuk kita masih saja menunjuk ke Barat sebagai penyebabnya dan disaat yang
sama kita masih tidak konsisten. Saatnya kita melakukan hal-hal kecil dan
sederhana: menghindari produk Yahudi selama ada penggantinya. Mulailah dari
diri kita sendiri agar menjadi teladan bagi orang di sekitar kita.
*******************
Sebuah rapat kembali dihelat saat matahari masih
setia memanggang Tel Aviv. Agendanya:
menyikapi reaksi dunia internasional, termasuk Indonesia, terhadap penyerangan
ke Gaza.
“Betulkan apa yang saya katakan. Mereka cuma bisa
mengutuk,” kata Netanyahu dengan pongahnya.
“Di Indonesia lebih lucu Mr Prime Minister. Mereka
berdemo mengutuk kita, tapi sambil minum dan makan buatan perusahaan kita.
Mereka juga saling menghujat dan merasa benar sendiri,” kata seorang intelijen
Mossad.
Ha…ha…ha…,” suasana rapat dipenuhi gelak tawa tak
berkesudahan.
Erwyn Kurniawan