Oposisi Suriah Bersatu, Imam Masjid Terpilih Memimpin -->

Oposisi Suriah Bersatu, Imam Masjid Terpilih Memimpin

Zak
Kamis, 15 November 2012
Islamedia - Pejuang oposisi Suriah tampaknya berhasil mengatasi perbedaan internal, untuk selanjutnya bergerak bersama-sama pemimpin baru, dalam koalisi persatuan yang baru dibentuk dengan dukungan sejumlah negara Arab dan Barat. Oposisi berharap dapat menyudahi pemerintah Suriah dan menyelamatkan negara dari cengkraman rezim tiran. Liga Arab, negara-negara di kawasan teluk, dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) menyampaikan selamat dan sambutan positifnya atas terbentuknya koalisi persatuan tersebut.

Setelah melalui pertemuan selama beberapa hari di Doha, Qatar, di bawah pengawasan negara Arab, Amerika Serikat dan lembaga lainnya, termasuk perwakilan dari kelompok revolusioner, pejuang veteran, serta kelompok etnis dan agama minoritas, kelompok-kelompok oposisi bersepakat untuk bergabung dengan pengorganisasian baru, sehingga dapat membentuk pemerintahan di pengasingan.

Kelompok-kelompok revolusi dan oposisi Suriah dengan suara bulat memilih seorang reformis, pemuka agama dari Damaskus, Mouaz Al-Khatib, sebagai presiden terhitung sejak 11 November lalu. Khatib (50 th) pernah dipenjara beberapa kali karena mengkritik Bashar Al-Assad, presiden Suriah saat ini. Dia akhirnya meloloskan diri ke luar negeri pada tahun ini.

Khatib, seorang ulama yang pernah menjadi imam Masjid Umayyah di Damaskus, menyerukan tentara revolusioner agar menghentikan langkah pasukan pemerintah, dan menyerukan kepada semua sekte agar bersatu. "Kami menuntut kebebasan bagi setiap Sunni, Alawi, Ismaili, Kristen, Druze, Asyur ... dan hak untuk semua bagian dari rakyat Suriah yang harmonis," katanya.

Perkembangan positif ini masih harus dilihat, apakah Koalisi Nasional Kekuatan Revolusioner dan Oposisi Suriah dapat mengatasi rasa saling curiga dan perselisihan internal yang telah melemahkan perjuangan mereka selama 20 bulan ini, dalam upaya mengakhiri empat dekade kekuasaan keluarga Assad, demikian kata laporan Al Jazeera.

"Kami akan berusaha dari sekarang, bahwa badan organisasi baru ini bakal diakui sepenuhnya oleh semua pihak ... sebagai satu-satunya perwakilan sah rakyat Suriah," kata Hamad bin Jassim Al Thani, Perdana Menteri Qatar. Qatar sebagai tuan rumah pertemuan itu, merupakan pendukung utama kelompok oposisi.

Ahmed Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki, mengatakan "tidak ada alasan lagi" bagi negara-negara dunia  untuk tidak mendukung oposisi yang telah bersatu, setelah sebelumnya perbedaan internal menyebabkan banyak perlambatan.

Pihak AS juga sangat mendukung pertemuan Doha untuk menyatukan berbagai faksi, terutama mendesak Dewan Nasional Suriah (Syrian National Council/SNC) yang sebelumnya tidak efektif, menjadi sebuah badan yang lebih luas cakupannya dan lebih terbuka bagi kelompok minoritas. Suriah dikenal sebagai negara dengan keragaman etnis dan agama yang cukup besar. SNC sendiri baru saja melakukan pergantian kepemimpinan, dengan memilih pemimpin baru seorang Kristen komunis bernama George Shabra.

Jurnalis Al Jazeera Mohamed Vall, melaporkan dari tempat pertemuan Doha "Kami mengetahui bahwa nama - Koalisi Nasional Suriah (Syrian National Coalition) - juga akan berubah karena mereka tidak ingin terdengar seperti Dewan Nasional Suriah ketika nama itu disingkat menjadi SNC.

"Ada juga versi panjang dari nama kelompok persatuan ini, yaitu: Koalisi Nasional Kekuatan Revolusioner dan Oposisi Suriah".

Perancis sebagai negara yang terang-terangan mendukung kelompok pejuang oposisi dan dulu pernah menguasai Suriah, juga memuji kesepakatan Doha.

"Perancis akan bekerja sama dengan mitra-mitranya untuk mengamankan pengakuan internasional terhadap entitas baru itu, sebagai wakil dari aspirasi rakyat Suriah," kata Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Perancis, dalam sebuah pernyataan di mana ia menyebut pemerintah Assad sebagai "rezim pidana di Damaskus ".

Dua puluh bulan setelah demonstrasi jalanan yang terinspirasi momen Musim Semi Arab itu kian memicu respon militer dari Assad, banyak pihak berharap oposisi dapat lebih menyatukan diri, agar dapat memecah kebuntuan dalam perang sipil, serta memenangkan lebih banyak dukungan militer dan diplomatik dari sekutu di Timur Tengah dan Barat. Pihak Barat sendiri sebelumnya sempat menaruh kekhawatiran atas pengaruh anti-Barat dalam kubu pejuang yang dicurigai terkait dengan Al-Qaeda.
 
"Ini adalah langkah perlawanan serius terhadap rezim dan langkah serius menuju kemerdekaan," kata George Sabra, pemimpin baru Dewan Nasional Suriah (Syrian National Council) berkomentar mengenai terpilihnya Khatib
 
Lebih dari 38.000 orang telah tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi dalam kekerasan sejak mulai meletusnya revolusi pada Maret tahun lalu. [iina]