Islamedia - Tanggal 1 Muharam diperingati sebagai awal pergantian tahuun kalender
hijriyah oleh umat islam di seluruh dunia. Meski tidak semeriah perayaan
pergantian tahun masehi, banyak umat islam yang menggunakan peristiwa
ini sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga ataupun melewatkannya
begitu saja seperti hari libur nasional lainnya.
Tentu saja
tidak salah kalau pada 1 Muharam ini kita berkumpul bersama keluarga
atau bahkan melewatkannya begitu saja tanpa kesan apa – apa, namun apa
sih yang perlu dicermati oleh umat islam terkait dengan peringatan 1
Muharam ini?
Apa yang perlu dicermati baru bisa lihat kalau kita
tahu
asal –
usul munculnya penetapan 1 Muharam ini sebagai awal tahun hijjriyah.
Sejarah mencatat bahwa kalender hijriyah mula – mula ditetapkan pada
zaman kekhalifahan sahabat Umar bin Khatab RA pada tahun 17 Hijriyah.
Menurut
kisahnya hal ini terjadi karena pada suatu hari Umar menerima sepucuk
surat dari sahabatnya, abu Musa Al—asy’ari RA tanpa dibubuhi tanggal dan
hari pengirimannya. Hal itu menyulitakn bagi Umar untuk menyeleksi
surat yang mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai
antara surat yang lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan
musyawarah dengan orang yang terpandang dikala itu untuk membiccarakan
serta menyusun masalah kalender islam.
Dalam musyawarah itu ada
beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai patokan untuk memulai kalender
hijriyah yaitu : tahun kelahiran nabi, kebangkitannya menjadi rasul,
tahun waffatnya atau ketika nabi hijrah dari mekah ke Madinah.
Setelah
permulaan
tahun ditetapkan maka dimusyawarahkan bulan apa yang baik digunakan
untuk awal tahun tersebut. Kemudian diputuskan bulan Muharam sebagai
awal tahunnya. Kenapa tahun hijrah nabi yang menjadi patokannya? Karena
dampak hijrah nabi sangat besar dalam sejarah perkembangan islam karena
setelah hijrah nabi mengalami kejayaan gemilang. Hal inilah yang
sekarang juga patut dicermati oleh umat islam dalam merayakan tahun baru
hijriyah ini.
Tahun baru hijriyah se-yogyanya bisa menjadi titik
awal kita untuk menjadi lebih baik lagi di tahun depan, berbuat yang
lebih baik lagi demi bangsa dan negara serta keluarga, menyusun kembali
rencana – rencana agar lebih sukses di tahun depan, sehingga kita bisa
menjadi bangsa yang jaya dan gemilang seperti generasi para sahabat
setelah hijrah ke Madinah.
Setiap hari, bukan hanya di awal
tahun kita harus punya tekad untuk selalu lebih baik seperti pada sebuah
pernyataan dalam sebuah hadist bahwa barangsiapa yang
hari ini lebih baik dari kemarin ia adalah orang yang beruntung, bbila
hari ini sama dengan kemarin, maka ia orang yang merugi. Dan jika hari
ini lebih jelek dari kemarin maka ia orang yang celaka. (euis)