Islamedia - “Menyimak Kicau Merajut Makna” itulah judul buku terbaru yang diluncurkan Salim A Fillah. Buku
yang merupakan kumpulan “kicauan” penulis muda berbakat itu didalam Twitter-nya.
Bukan sekedar kicauan tentunya, melainkan kicauan yang sarat dengan makna. Coba simak salah satu “kicauannya”:
Jawaban terindah pada pemfitnah: “Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semogga Allah mengampunimu.”
Jawaban terbaik pada penghina dan pencela kehormatan: “Yang kaukatakan tadi sebenarnya adalah pujian; sebab aslinya diriku lebih mengerikan.”
Jawaban teragung pada caci maki dan kebusukan: “Bahkan walau ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji dan nista.”
Terjawablah pujian: “Moga Allah ampuni aib yang tak kautahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; dan jadikanku lebih baik dari semua itu.”
Contoh ‘kicauan’ yang lain, "Aku takut atas amanah ini!" ujar Abdul Aziz setelah diangkat menjadi khalifah (presiden). "Yang kami takutkan justru kalau kamu tidak takut!" sahut Imam Asy Sya'bi.
Ada ratusan “kicauan” serupa. Bila kita sabar menyimaknya, akan menyegarkan jiwa yang dahaga.
Menurut Fanni Rahman, dari penerbit Pro U, Salim termasuk penulis yang punya karakter. Dia punya kemampuan menulis sama baiknya dengan bercerita. “Membaca tulisannya dia seperti mendengar orang bercerita,” katanya.
Di samping itu, masih kata Fanni, Salim kaya dengan kazanah ilmu keislamanan. Sehingga rujukan-rujukannya kuat.
Buku ini merupakan karya ke delapan dari penulis kelahiran Kulonprogo, Yogyakarta yang juga pengasuh Majelis Jejak Nabi ini.
Karyanya yang lain, di antaranya adalah Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan; Agar Bidadari Cemburu Padamu; Bahagianya Merayakan Cinta, Jalan Cinta Para Pejuang dan Dalam Dekapan Ukhuwah.
Menurut Penerbit Pro U yang selama ini menerbitkan karya-karyanya Salim, hampir semua buku-buku Salim A. Fillah best seller. Bahkan buku pertamanya, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, hingga kini naik cetak 18 kali.
Seraya bersyukur, Salim sendiri tetap rendah hati, bahkan royalti untuk buku ini ia sumbangkan untuk Palestina.[hidayatullah/im]
Bukan sekedar kicauan tentunya, melainkan kicauan yang sarat dengan makna. Coba simak salah satu “kicauannya”:
Jawaban terindah pada pemfitnah: “Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semogga Allah mengampunimu.”
Jawaban terbaik pada penghina dan pencela kehormatan: “Yang kaukatakan tadi sebenarnya adalah pujian; sebab aslinya diriku lebih mengerikan.”
Jawaban teragung pada caci maki dan kebusukan: “Bahkan walau ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji dan nista.”
Terjawablah pujian: “Moga Allah ampuni aib yang tak kautahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; dan jadikanku lebih baik dari semua itu.”
Contoh ‘kicauan’ yang lain, "Aku takut atas amanah ini!" ujar Abdul Aziz setelah diangkat menjadi khalifah (presiden). "Yang kami takutkan justru kalau kamu tidak takut!" sahut Imam Asy Sya'bi.
Ada ratusan “kicauan” serupa. Bila kita sabar menyimaknya, akan menyegarkan jiwa yang dahaga.
Menurut Fanni Rahman, dari penerbit Pro U, Salim termasuk penulis yang punya karakter. Dia punya kemampuan menulis sama baiknya dengan bercerita. “Membaca tulisannya dia seperti mendengar orang bercerita,” katanya.
Di samping itu, masih kata Fanni, Salim kaya dengan kazanah ilmu keislamanan. Sehingga rujukan-rujukannya kuat.
Buku ini merupakan karya ke delapan dari penulis kelahiran Kulonprogo, Yogyakarta yang juga pengasuh Majelis Jejak Nabi ini.
Karyanya yang lain, di antaranya adalah Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan; Agar Bidadari Cemburu Padamu; Bahagianya Merayakan Cinta, Jalan Cinta Para Pejuang dan Dalam Dekapan Ukhuwah.
Menurut Penerbit Pro U yang selama ini menerbitkan karya-karyanya Salim, hampir semua buku-buku Salim A. Fillah best seller. Bahkan buku pertamanya, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, hingga kini naik cetak 18 kali.
Seraya bersyukur, Salim sendiri tetap rendah hati, bahkan royalti untuk buku ini ia sumbangkan untuk Palestina.[hidayatullah/im]