Islamedia - Sebuah masjid di Swedia berhasil memeroleh persetujuan awal untuk mengumandangkan adzan dari atas menaranya, membuatnya menjadi momen yang pertama kali terjadi di negara Skandinavia itu, demikian seperti dilansir OnIslam mengutip laporan Gatestone Institute.
"Kami telah tinggal lama sekali di Swedia. Kami taat membayar pajak. Kami berusaha jadi warga negara yang baik dan memberi teladan. Kami telah memberi banyak bagi Swedia. Kini kami ingin menuai hasilnya barang sedikit saja," tutur Ismail Okur, Ketua Asosiasi Islam Botkyrka (Islamiska föreningen i Botkyrka) kepada harian Swedia Dagen.
"Kami menginginkan nikmatnya kebebasan beragama," kata Okur.
Okur mewakili komunitas Muslim, mengajukan petisi pada Januari lalu, yang meminta agar warga Muslim diizinkan mengumandangkan adzan, dari sebuah masjid bergaya arsitektur Turki, yang terletak di kotamadya Botkyrka, pinggiran sebelah selatan Stockholm.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Komite Perencanaan Kota melakukan 'voting' pemungutan suara pada pekan lalu, dan mayoritasnya setuju untuk mencabut pelarangan adzan yang diberlakukan sejak tahun 1994. Cuma pihak Partai Kristen Demokrat (Kristdemokraterna) saja yang menolak pencabutan larangan itu.
"Kami tidak bermaksud mengekang kebebasan beragama. Kami setuju kebebasan berekspresi. Kami juga tidak memusuhi Muslim. Tetapi menurut kami, pemerintahan daerah ini tidak ada hubungannya dengan urusan panggilan sembahyang," kata Stefen Dayne, anggota Komite Perencanaan Kota dari Partai Kristen Demokrat itu berdalih.
Menurut Stefeb, hal itu harusnya diserahkan kepada kepolisian. Tak hanya itu, ia malah menuding anggota Komite lain yang mendukung pencabutan itu semata-mata karena takut kehilangan suara dari komunitas Muslim.
Keputusan final untuk menghapus pelarangan itu sendiri masih harus melalui Badan Eksekutif Dewan Kota. Menurut jadwal, pada 8 Oktober mendatang Badan Eksekutif akan mengeluarkan pernyataan terkait hasil voting Komite Perencanaan Kota itu. Kemudian keputusan akhirnya akan ditentukan pada 25 Oktober mendatang.
Jika benar-benar disetujui, warga Muslim akhirnya bakal dapat mengumandangkan adzan panggilan shalat dari masjid di kecamatan Fittja di kotamadya Botkyrka itu. Masjid Fittja sendiri, ketika selesai dibangun pada tahun 2007, memegang rekor menara masjid tertinggi di Eropa dengan ketinggian 32.5 meter.
Okur mengatakan, dalam pengajuan izin itu, warga Muslim Swedia menginginkan agar dapat mengumandangkan azan untuk ibadah shalat Jum'at.
"Rasanya luar biasa ketika menempuhi semuanya ini, hingga kemudian kami dapat melakukan panggilan shalat dalam hari besar kami pada hari Jum'at," katanya kepada Radio masyarakat Swedia.
Di negara-negara Muslim, adzan biasa berkumandang dari masjid-masjid lima kali sehari untuk memanggil shalat lima waktu. Tetapi warga Muslim di Barat seringkali tidak bisa melakukannya, karena otoritas lokal berdalih bahwa panggilan lewat pengeras suara semacam itu bisa menimbulkan kebisingan suara bagi penduduk sekitar.
Muadzin
Pemimpin komunitas Muslim itu juga berharap bahwa mereka akhirnya dapat memiliki seorang muazin untuk melantunkan azan.
"Kami harus memulainya (dari tahap sekecil apapun)," kata Okur.
Ia menyatakan bahwa ke depannya ia berharap muadzin itu bisa mengumandangkan adzan tujuh kali selama sepekan.
"Tapi itu sepertinya terlalu banyak untuk langkah awal. Jika proposal ajuan adzan ini lolos, kami mengharapkan jatah azan sekali sepekan, itu pun mungkin hanya sekitar 1 sampai 2 menit. Jadi sebenarnya kami meminta tidak terlalu banyak," urai Okur.
Jika proposalnya ditolak, pemimpin komunitas Muslim itu akan berusaha mengajukan izin, agar muadzin boleh adzan sekali sebulan, setiap Jum'at pekan pertama.
Jika itu pun tidak diperbolehkan juga, maka ia menyebutkan bakal berupaya mendapatkan izin untuk panggilan adzan selama 2 kali dalam setahun.
"Panggilan adzan bagi kami itu seperti bunyi lonceng gereja. Jadi penting," ujar Okur.
Okur lebih lanjut menegaskan bahwa Muslim Swedia juga berhak untuk menjalankan ibadah keagamaan di negaranya sendiri.
"Kami kini berjumlah sekira lebih dari 100.000 orang Muslim di Swedia. Tidak bolehkah kami menikmati juga kebebasan beragama juga, khususnya di Botkyrka, di mana jumlah kami begitu banyak?"
Menurut data kementerian negara AS tahun 2011, dari total 9 juta penduduk Swedia, 450.000 sampai 500.000 di antaranya ialah warga Muslim. [onislam/thelocal/sradio/wp]
"Kami telah tinggal lama sekali di Swedia. Kami taat membayar pajak. Kami berusaha jadi warga negara yang baik dan memberi teladan. Kami telah memberi banyak bagi Swedia. Kini kami ingin menuai hasilnya barang sedikit saja," tutur Ismail Okur, Ketua Asosiasi Islam Botkyrka (Islamiska föreningen i Botkyrka) kepada harian Swedia Dagen.
"Kami menginginkan nikmatnya kebebasan beragama," kata Okur.
Okur mewakili komunitas Muslim, mengajukan petisi pada Januari lalu, yang meminta agar warga Muslim diizinkan mengumandangkan adzan, dari sebuah masjid bergaya arsitektur Turki, yang terletak di kotamadya Botkyrka, pinggiran sebelah selatan Stockholm.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Komite Perencanaan Kota melakukan 'voting' pemungutan suara pada pekan lalu, dan mayoritasnya setuju untuk mencabut pelarangan adzan yang diberlakukan sejak tahun 1994. Cuma pihak Partai Kristen Demokrat (Kristdemokraterna) saja yang menolak pencabutan larangan itu.
"Kami tidak bermaksud mengekang kebebasan beragama. Kami setuju kebebasan berekspresi. Kami juga tidak memusuhi Muslim. Tetapi menurut kami, pemerintahan daerah ini tidak ada hubungannya dengan urusan panggilan sembahyang," kata Stefen Dayne, anggota Komite Perencanaan Kota dari Partai Kristen Demokrat itu berdalih.
Menurut Stefeb, hal itu harusnya diserahkan kepada kepolisian. Tak hanya itu, ia malah menuding anggota Komite lain yang mendukung pencabutan itu semata-mata karena takut kehilangan suara dari komunitas Muslim.
Keputusan final untuk menghapus pelarangan itu sendiri masih harus melalui Badan Eksekutif Dewan Kota. Menurut jadwal, pada 8 Oktober mendatang Badan Eksekutif akan mengeluarkan pernyataan terkait hasil voting Komite Perencanaan Kota itu. Kemudian keputusan akhirnya akan ditentukan pada 25 Oktober mendatang.
Jika benar-benar disetujui, warga Muslim akhirnya bakal dapat mengumandangkan adzan panggilan shalat dari masjid di kecamatan Fittja di kotamadya Botkyrka itu. Masjid Fittja sendiri, ketika selesai dibangun pada tahun 2007, memegang rekor menara masjid tertinggi di Eropa dengan ketinggian 32.5 meter.
Okur mengatakan, dalam pengajuan izin itu, warga Muslim Swedia menginginkan agar dapat mengumandangkan azan untuk ibadah shalat Jum'at.

"Rasanya luar biasa ketika menempuhi semuanya ini, hingga kemudian kami dapat melakukan panggilan shalat dalam hari besar kami pada hari Jum'at," katanya kepada Radio masyarakat Swedia.
Di negara-negara Muslim, adzan biasa berkumandang dari masjid-masjid lima kali sehari untuk memanggil shalat lima waktu. Tetapi warga Muslim di Barat seringkali tidak bisa melakukannya, karena otoritas lokal berdalih bahwa panggilan lewat pengeras suara semacam itu bisa menimbulkan kebisingan suara bagi penduduk sekitar.
Muadzin
Pemimpin komunitas Muslim itu juga berharap bahwa mereka akhirnya dapat memiliki seorang muazin untuk melantunkan azan.
"Kami harus memulainya (dari tahap sekecil apapun)," kata Okur.
Ia menyatakan bahwa ke depannya ia berharap muadzin itu bisa mengumandangkan adzan tujuh kali selama sepekan.
"Tapi itu sepertinya terlalu banyak untuk langkah awal. Jika proposal ajuan adzan ini lolos, kami mengharapkan jatah azan sekali sepekan, itu pun mungkin hanya sekitar 1 sampai 2 menit. Jadi sebenarnya kami meminta tidak terlalu banyak," urai Okur.
Jika proposalnya ditolak, pemimpin komunitas Muslim itu akan berusaha mengajukan izin, agar muadzin boleh adzan sekali sebulan, setiap Jum'at pekan pertama.
Jika itu pun tidak diperbolehkan juga, maka ia menyebutkan bakal berupaya mendapatkan izin untuk panggilan adzan selama 2 kali dalam setahun.
"Panggilan adzan bagi kami itu seperti bunyi lonceng gereja. Jadi penting," ujar Okur.
Okur lebih lanjut menegaskan bahwa Muslim Swedia juga berhak untuk menjalankan ibadah keagamaan di negaranya sendiri.
"Kami kini berjumlah sekira lebih dari 100.000 orang Muslim di Swedia. Tidak bolehkah kami menikmati juga kebebasan beragama juga, khususnya di Botkyrka, di mana jumlah kami begitu banyak?"
Menurut data kementerian negara AS tahun 2011, dari total 9 juta penduduk Swedia, 450.000 sampai 500.000 di antaranya ialah warga Muslim. [onislam/thelocal/sradio/wp]