Islamedia - Sumbar mencatat sejarah. Setelah ditunggu-tunggu sekian lama, akhirnya sumur eksplorasi panas bumi pertama di Indonesia setelah adanya UU Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, resmi dibor di Nagari Pinang Awan, Muaralabuh, Kabupaten Solok Selatan, sore kemarin (21/9).
Investasi PT Supreme Energy dengan nilai hampir Rp7 triliun yang bakal menghasilkan daya listrik sekitar 220 MW itu, merupakan yang terbesar di Sumatera.
“Ini adalah sumur pertama panas bumi yang akan dibor di Indonesia setelah adanya UU Panas Bumi. Ini akan jadi tonggak sejarah penting untuk perkembangan energi di Indonesia,” ungkap Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Tisnaldi pada peresmian tersebut.
Tisnaldi mengingatkan semua pihak akan pentingnya proyek panas bumi sebagai energi ramah lingkungan masa depan. Apalagi, cadangan minyak, gas dan batubara di republik ini semakin menipis.
“Sumbar beruntung, dengan adanya investor seperti PT Supreme Energy yang berinvestasi di Solok Selatan,” kata Tisnaldi pada kesempatan dihadiri Kepala Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Freddy R.Saragih, Gubernur Sumbar diwakili Asisten II Ekonomi Pembangunan Syafrial, Presiden Direktur/ CEO PT Supreme Energy Supramu Santosa beserta jajaran direksi, termasuk dari Perancis dan Jepang.
Dalam kesempatan itu, dengan nada bercanda, Tisnaldi membeberkan, Supramu Santosa adalah rang sumando Minang, sekaligus orang Minang asli. “Tokoh yang ikut memprakarsai UU Panas Bumi juga orang Minang yaitu bapak Irwan Prayitno (Gubernur Sumbar),” katanya.
Di lokasi yang dipenuhi berbagai peralatan pengeboran dan sarana penunjang berteknologi tinggi itu, Supramu Santosa menyampaikan komitmen PT Supreme Energy untuk berinvestasi di Sumbar, khususnya Solok Selatan.
Sembari memperkenalkan vice president dan managernya, Supramu menyampaikan proyek ini dipimpin ahli-ahli panas bumi yang banyak berasal dari Minangkabau. “Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, dan ikut mendoakan agar pemboran eksplorasi ini berhasil sesuai yang diharapkan,” ungkapnya.
Ketua DPRD Solok Selatan Khairunnas dengan tegas mendukung adanya proyek ini. Ia berharap bisa segera terealisasi dan mendatangkan manfaat ekonomi bagi rakyat Solok Selatan.
Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria menuturkan, dulunya sumur air panas di Solok Selatan hanya digunakan untuk merebus telur atau kacang, ke depan diharapkan bisa membuat Solok Selatan terang benderang. “Sehingga tak terasa lagi bedanya antara siang dan malam. Kalau sekarang listrik di Solok Selatan seperti minum obat, mati hidup minimal 3x sehari,” katanya seraya tersenyum.
Rakyat Solok Selatan, kata Muzni, menaruh harapan besar proyek ini berhasil, agar listriknya juga bisa dinikmati masyarakat Solok Selatan yang saat ini masih banyak belum menikmati listrik. “Artinya, keberadaan proyek ini tidak hanya menumpang produksi untuk menerangkan daerah lain,” tegasnya.
Syafrial yang mewakili gubernur mengatakan, kebutuhan listrik di Sumbar sekitar 450 MW. Pembangkit utamanya listrik tenaga air sehingga ketika sedang musim panas, produksi turun cukup besar akibat elevasi air yang menyusut. “Dengan adanya listrik yang akan dihasilkan sekitar 220 MW nanti, setengah wilayah Sumbar bisa dipasok dari Solok Selatan,” tandas Syafrial.
Sumbar masih membuka kesempatan investasi masuk untuk menggarap energi panas bumi. Potensi sangat besar. Setidaknya, kata Syafrial, ada 16 titik lokasi panas bumi di ranah Minang. “Pemprov berharap semakin banyak investor yang berinvestasi di sektor energi masa depan seperti yang dilakukan PT Supreme Energy ini,” harapnya.
http://tentanggubernursumbar.wordpress.com
Investasi PT Supreme Energy dengan nilai hampir Rp7 triliun yang bakal menghasilkan daya listrik sekitar 220 MW itu, merupakan yang terbesar di Sumatera.
“Ini adalah sumur pertama panas bumi yang akan dibor di Indonesia setelah adanya UU Panas Bumi. Ini akan jadi tonggak sejarah penting untuk perkembangan energi di Indonesia,” ungkap Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Tisnaldi pada peresmian tersebut.
Tisnaldi mengingatkan semua pihak akan pentingnya proyek panas bumi sebagai energi ramah lingkungan masa depan. Apalagi, cadangan minyak, gas dan batubara di republik ini semakin menipis.
“Sumbar beruntung, dengan adanya investor seperti PT Supreme Energy yang berinvestasi di Solok Selatan,” kata Tisnaldi pada kesempatan dihadiri Kepala Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Freddy R.Saragih, Gubernur Sumbar diwakili Asisten II Ekonomi Pembangunan Syafrial, Presiden Direktur/ CEO PT Supreme Energy Supramu Santosa beserta jajaran direksi, termasuk dari Perancis dan Jepang.
Dalam kesempatan itu, dengan nada bercanda, Tisnaldi membeberkan, Supramu Santosa adalah rang sumando Minang, sekaligus orang Minang asli. “Tokoh yang ikut memprakarsai UU Panas Bumi juga orang Minang yaitu bapak Irwan Prayitno (Gubernur Sumbar),” katanya.
Di lokasi yang dipenuhi berbagai peralatan pengeboran dan sarana penunjang berteknologi tinggi itu, Supramu Santosa menyampaikan komitmen PT Supreme Energy untuk berinvestasi di Sumbar, khususnya Solok Selatan.
Sembari memperkenalkan vice president dan managernya, Supramu menyampaikan proyek ini dipimpin ahli-ahli panas bumi yang banyak berasal dari Minangkabau. “Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, dan ikut mendoakan agar pemboran eksplorasi ini berhasil sesuai yang diharapkan,” ungkapnya.
Ketua DPRD Solok Selatan Khairunnas dengan tegas mendukung adanya proyek ini. Ia berharap bisa segera terealisasi dan mendatangkan manfaat ekonomi bagi rakyat Solok Selatan.
Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria menuturkan, dulunya sumur air panas di Solok Selatan hanya digunakan untuk merebus telur atau kacang, ke depan diharapkan bisa membuat Solok Selatan terang benderang. “Sehingga tak terasa lagi bedanya antara siang dan malam. Kalau sekarang listrik di Solok Selatan seperti minum obat, mati hidup minimal 3x sehari,” katanya seraya tersenyum.
Rakyat Solok Selatan, kata Muzni, menaruh harapan besar proyek ini berhasil, agar listriknya juga bisa dinikmati masyarakat Solok Selatan yang saat ini masih banyak belum menikmati listrik. “Artinya, keberadaan proyek ini tidak hanya menumpang produksi untuk menerangkan daerah lain,” tegasnya.
Syafrial yang mewakili gubernur mengatakan, kebutuhan listrik di Sumbar sekitar 450 MW. Pembangkit utamanya listrik tenaga air sehingga ketika sedang musim panas, produksi turun cukup besar akibat elevasi air yang menyusut. “Dengan adanya listrik yang akan dihasilkan sekitar 220 MW nanti, setengah wilayah Sumbar bisa dipasok dari Solok Selatan,” tandas Syafrial.
Sumbar masih membuka kesempatan investasi masuk untuk menggarap energi panas bumi. Potensi sangat besar. Setidaknya, kata Syafrial, ada 16 titik lokasi panas bumi di ranah Minang. “Pemprov berharap semakin banyak investor yang berinvestasi di sektor energi masa depan seperti yang dilakukan PT Supreme Energy ini,” harapnya.
http://tentanggubernursumbar.wordpress.com